A review by m_akbar
The Course of Love by Alain de Botton

4.0

*Review ini untuk edisi bahasa Indonesia

Ini adalah buku tulisan de Botton kesekian yang saya baca. Setahu saya, ini pertama kalinya dia menulis novel. Buku-buku sebelumnya seperti Consolations of Philosophy, Status Anxiety, dan The Art of Travel saya sangat suka, dimana de Botton memberikan refleksi filosofis pada hal-hal keseharian. Hal ini juga muncul pada novel baru ini.

Novel ini bukan novel cinta pada umumnya, yang diisi karakter-karakter unik, dialog-dialog manis, plot yang penuh twist, atau adegan pertaruhan hidup-mati. Bukan. Novel ini, tampaknya dibuat de Botton sebagai antidot untuk kisah-kisah cinta bombastis ala Hollywood dan akun gosip. Karena kisah-kisah cinta bombastis itu hanya menyajikan yang luar biasa, tanpa mampu menyiapkan kita untuk menjalani perjalanan cinta yang "biasa-biasa saja", yang pastinya sebagian besar dari kita alami.

Sesuai judulnya, buku ini menceritakan perjalanan cinta. Dari bagaimana karakternya membentuk ide cinta, bertemu pasangan, menjalani hubungan, menghadapi rajukan, kejenuhan, pertengkaran, punya anak, berselingkuh, sampai menjalani terapi pasangan. Yang diceritakan adalah cerita cinta paling telanjang, paling "biasa", yang pastinya bakal meruntuhkan delusi-delusi favorit kita bahwa bertemu pasangan hidup bakal selalu menyenangkan.

Dan kita butuh buku semacam ini.

Buku ini sangat khas de Botton. Selain renungan filosofis, dia juga meminjam konsep psikoanalisis, teori kelekatan, dan prinsip terapi pasangan. Meskipun begitu, buku ini tetap asyik dibaca, karena penyampaiannya yang tidak menggurui. Karenanya, buku ini serasa hybrid antara novel dan essay, dimana cerita diselingi pemikiran dan pemaknaan.

Satu poin minus saya adalah terjemahan bahasa Indonesianya. Gaya menulis de Botton memang cukup puitis dan padat makna, bahkan hampir seperti aforisme, sehingga menerjemahkannya cukup sulit. Meskipun begitu, jika pembaca mau bersabar menghadapi terjemahannya, banyak bongkahan pelajaran menarik yang dapat diambil dari buku ini.

"Kita tidak perlu terus berlaku bijak agar menjalin hubungan yang baik. Kita hanya perlu menguasai kemampuan untuk sekali-sekali mengetahui dengan santun dan menyenangkan bahwa dalam satu-dua hal, kita memang kurang waras", The Course of Love, Alain de Botton