A review by riskapoetryayu
Weasels in the Attic by Hiroko Oyamada

4.5

Buku ini diterjemahkan dari bahasa Jepang oleh David Boyd dan terdiri dari 3 cerita yang saling berhubungan. Menurutku inti yg ingin disampaikan dalam buku ini adalah tentang ibu atau sifat keibuan. Menariknya dalam buku ini dari ketiga ceritanya semua naratornya merupakan laki-laki meskipun buku ini berpusat tentang hal-hal feminin wanita (keibuan dan kesuburan). Unik gitu sih.

Pada cerita pertama, sang narator diberitahu bahwa temannya yg bernama Urabe telah meninggal dunia dan narator menceritakan kenangannya saat dia makan di rumah Urabe bersama temannya, Saiki. Dalam cerita pertama ini membahas tentang kesuburan dan usaha pasangan suami istri untuk mendapatkan keturunan.

Cerita kedua dibuka dengan narator mengunjungi Saiki dan istri barunya yg masih muda bernama Yoko, di rumah baru mereka disuatu desa. Rumah itu ternyata dihuni kawanan musang yg tinggal di loteng dan istri narator memberikan saran untuk mengatasi masalah musang itu.

Lalu cerita ketiga, sang narator dan istrinya mengunjungi Saiki dan Yoko serta bayi mereka yang baru lahir. Cerita ketiga ini terhubung dengan tema utama di cerita pertama dan kedua, yaitu tentang kesuburan dan keibuan.

Dengan adanya narator laki-laki, Hiroko Oyamada mengangkat masalah kesuburan yg menjadi masalah yg cukup mengkhawatirkan di Jepang, serta bagaimana peran seorang ibu dari sudut pandang laki-laki. Hiroko Oyamada juga mengimbuhkan maskulinitas dan sifat misoginis dengan mengangkat isu itu kedalam ketiga cerita dalam buku ini.

Di cerita kedua juga mengisyaratkan bahwa obsesi pria Jepang terhadap gadis muda juga bisa disimak melalui pernikahan Saiki dengan istrinya yang jauh lebih muda.
Aku paling suka kalimat pada cerita kedua yg menggambarkan pengorbanan seorang ibu (induk musang) yg berteriak untuk memperingatkan kawanannya perihal tempat yg ditinggalinya berbahaya dan ia sedang meregang nyawa.

“𝘔𝘺 𝘨𝘳𝘢𝘯𝘥𝘮𝘢 𝘵𝘰𝘭𝘥 𝘮𝘺 𝘥𝘢𝘥 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘪𝘵 𝘸𝘢𝘴 𝘵𝘩𝘦 𝘮𝘰𝘵𝘩𝘦𝘳 𝘸𝘦𝘢𝘴𝘦𝘭 𝘵𝘩𝘦𝘺’𝘥 𝘤𝘢𝘶𝘨𝘩𝘵, 𝘢𝘯𝘥 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘢 𝘸𝘩𝘰𝘭𝘦 𝘧𝘢𝘮𝘪𝘭𝘺 𝘩𝘢𝘥 𝘣𝘦𝘦𝘯 𝘭𝘪𝘷𝘪𝘯𝘨 𝘶𝘱 𝘵𝘩𝘦𝘳𝘦. 𝘚𝘩𝘦 𝘴𝘢𝘪𝘥 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘰𝘶𝘯𝘥—𝘵𝘩𝘦 𝘮𝘰𝘵𝘩𝘦𝘳 𝘸𝘦𝘢𝘴𝘦𝘭’𝘴 𝘧𝘪𝘯𝘢𝘭 𝘴𝘤𝘳𝘦𝘢𝘮—𝘸𝘢𝘴 𝘢 𝘸𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 𝘵𝘰 𝘵𝘩𝘦 𝘧𝘢𝘵𝘩𝘦𝘳 𝘸𝘦𝘢𝘴𝘦𝘭 𝘢𝘯𝘥 𝘵𝘩𝘦𝘪𝘳 𝘤𝘩𝘪𝘭𝘥𝘳𝘦𝘯. 𝘛𝘩𝘪𝘴 𝘩𝘰𝘶𝘴𝘦 𝘪𝘴 𝘥𝘢𝘯𝘨𝘦𝘳𝘰𝘶𝘴 . . . 𝘋𝘰𝘯’𝘵 𝘴𝘵𝘢𝘺 𝘩𝘦𝘳𝘦 𝘰𝘳 𝘵𝘩𝘦𝘺’𝘭𝘭 𝘥𝘳𝘰𝘸𝘯 𝘺𝘰𝘶 . . . 𝘓𝘦𝘢𝘷𝘦 𝘢𝘯𝘥 𝘥𝘰𝘯’𝘵 𝘤𝘰𝘮𝘦 𝘣𝘢𝘤𝘬 . . . 𝘎𝘰𝘰𝘥𝘣𝘺𝘦. 𝘛𝘩𝘢𝘵’𝘴 𝘸𝘩𝘺 𝘸𝘦 𝘩𝘢𝘥 𝘵𝘰 𝘥𝘰 𝘪𝘵 𝘩𝘦𝘳𝘦, 𝘮𝘺 𝘨𝘳𝘢𝘯𝘥𝘮𝘢 𝘴𝘢𝘪𝘥. 𝘕𝘰𝘸 𝘵𝘩𝘦𝘺’𝘭𝘭 𝘯𝘦𝘷𝘦𝘳 𝘤𝘰𝘮𝘦 𝘣𝘢𝘤𝘬. 𝘈𝘯𝘥 𝘯𝘰𝘵 𝘫𝘶𝘴𝘵 𝘵𝘩𝘦𝘮. 𝘈𝘭𝘭 𝘵𝘩𝘦𝘪𝘳 𝘳𝘦𝘭𝘢𝘵𝘪𝘷𝘦𝘴, 𝘢𝘭𝘭 𝘵𝘩𝘦 𝘸𝘦𝘢𝘴𝘦𝘭𝘴 𝘪𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘢𝘳𝘦𝘢, 𝘵𝘩𝘦𝘺 𝘩𝘦𝘢𝘳𝘥 𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘦𝘯𝘦𝘥. 𝘛𝘩𝘦𝘺 𝘬𝘯𝘰𝘸 𝘵𝘩𝘪𝘴 𝘩𝘰𝘶𝘴𝘦 𝘪𝘴 𝘵𝘩𝘦 𝘭𝘢𝘴𝘵 𝘱𝘭𝘢𝘤𝘦 𝘵𝘩𝘦𝘺 𝘸𝘢𝘯𝘵 𝘵𝘰 𝘣𝘦. 𝘕𝘰𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 𝘵𝘰 𝘸𝘰𝘳𝘳𝘺 𝘢𝘣𝘰𝘶𝘵. 𝘛𝘩𝘦𝘺 𝘸𝘰𝘯’𝘵 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘮𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘤𝘬. 𝘐𝘵’𝘴 𝘢 𝘨𝘰𝘰𝘥 𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 𝘸𝘦 𝘨𝘰𝘵 𝘵𝘩𝘦 𝘮𝘰𝘵𝘩𝘦𝘳, 𝘴𝘩𝘦 𝘴𝘢𝘪𝘥. 𝘞𝘩𝘦𝘯 𝘺𝘰𝘶 𝘨𝘦𝘵 𝘢 𝘣𝘢𝘣𝘺, 𝘵𝘩𝘦𝘺 𝘫𝘶𝘴𝘵 𝘴𝘤𝘳𝘦𝘢𝘮 𝘧𝘰𝘳 𝘩𝘦𝘭𝘱. 𝘍𝘢𝘵𝘩𝘦𝘳 𝘸𝘦𝘢𝘴𝘦𝘭𝘴 𝘨𝘦𝘵 𝘷𝘪𝘰𝘭𝘦𝘯𝘵 𝘢𝘯𝘥 𝘸𝘦𝘢𝘳 𝘵𝘩𝘦𝘮𝘴𝘦𝘭𝘷𝘦𝘴 𝘰𝘶𝘵 𝘵𝘳𝘺𝘪𝘯𝘨 𝘵𝘰 𝘤𝘩𝘦𝘸 𝘵𝘩𝘳𝘰𝘶𝘨𝘩 𝘵𝘩𝘦 𝘤𝘢𝘨𝘦 𝘣𝘦𝘧𝘰𝘳𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘤𝘢𝘯 𝘦𝘷𝘦𝘯 𝘨𝘦𝘵 𝘵𝘩𝘦𝘮 𝘪𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘸𝘢𝘵𝘦𝘳. 𝘛𝘩𝘦 𝘮𝘰𝘵𝘩𝘦𝘳’𝘴 𝘵𝘩𝘦 𝘣𝘦𝘴𝘵, 𝘴𝘩𝘦 𝘴𝘢𝘪𝘥. 𝘛𝘩𝘦𝘯 𝘴𝘩𝘦 𝘱𝘶𝘵 𝘩𝘦𝘳 𝘩𝘢𝘯𝘥𝘴 𝘵𝘰𝘨𝘦𝘵𝘩𝘦𝘳 𝘢𝘨𝘢𝘪𝘯 𝘢𝘯𝘥 𝘬𝘦𝘱𝘵 𝘱𝘳𝘢𝘺𝘪𝘯𝘨. 𝘈𝘯𝘥 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘸𝘢𝘴 𝘵𝘩𝘦 𝘭𝘢𝘴𝘵 𝘰𝘧 𝘵𝘩𝘦 𝘸𝘦𝘢𝘴𝘦𝘭𝘴.”