A review by phienault
Tiga Sandera Terakhir by Brahmanto Anindito

4.0

Mereka ingin Indonesia mengakui kemerdekaan Papua Barat. Itu satu-satunya jalan untuk membebaskan sandera hidup-hidup. Jakarta takkan mau meluluskan permintaan itu. NKRI harga mati di sini, merdeka harga mati di sana. Ah ....!” (hal. 83) 

buku kelima yang kelar aku baca di bulan ini adalah Tiga Sandera Terakhir karya Brahmanto Anindito. 
buku ini menceritakan tentang penyanderaan brutal di Papua. beberapa korbannya termasuk dua warga negara Indonesia, dua turis asal Perancis dan satu turis asal Australia. ((aku jelasin in general aja gamau spoiler hehe)) 

menurutku, penulis cukup “berani” mengambil tema militer, tema yang masih jarang disentuh oleh novelis Indonesia. konflik yang diangkat pun bs dibilang sensitif; terlebih ini kisah nyata. 
penulis memang mengungkapkan di bagian kata pengantar kalau tujuan penulisan novel ini adalah menyegarkan ingatan kita pada kasus penyanderaan yg terjadi di Mapnduma tahun 1996. 

novel ini cukup berkesan buatku. penulis bener-bener fokus sama satu topik sehingga cerita tergali lebih dalam. 
lokalitas Papua, operasi militer, dan balutan thriller, ketiganya terasa seimbang, gaada yang dominan, ga terkesan cm tempelan ataupun terkesan menggurui. semua informasi disampaikan melalui dialog, sehingga terasa mengalir. aku jg suka sama penyelesaian konfliknya, ga terlalu mudah, tapi juga ga terlalu berbelit-belit. selipan humornya juga terasa pas.

menurutku, yg disayangkan dr novel ini adalah sinopsis yg terlalu panjang ((jd kya spoiler gt wkwk)). 
tp meskipun masih terdapat kekurangan, novel ini bener-bener layak dibaca oleh siapapun para penggemar thriller, ataupun manteman yang ingin mengenal tanah Papua secara lebih dekat, dan juga ingin menambah wawasan tentang dunia militer. overall, Tiga Sandera Terakhir bukan sekadar judul, tapi juga sebuah doa.