readcells's profile picture

readcells 's review for:

Purple Eyes by Prisca Primasari
4.0

Buku ini cukup tipis untuk ukuran sebuah novel, hanya 144 halaman (karena ketipisannya itu pula, buku ini bisa saya lahap dalam sehari). Eits, tapi jangan salah. Ini adalah salah satu yang membuat saya kagum dengan Prisca, karena cukup dengan 144 halaman ia sudah bisa membawa pembacanya menelusuri kisah Solveig dan Ivarr dengan baik. Intinya, buku ini singkat, jelas, padat, dan bermakna.

Membaca buku ini serasa sedang bersantai di dekat sungai yang tenang. Mendengarkan
suara gemerisik sungai yang mendamaikan hati. Gaya bercerita yang ditulis mengalir bagai aliran sungai. Dan seperti sungai yang arusnya tidak menentu, terkadang cerita berjalan fast-paced, tetapi di bagian-bagian tertentu kita akan membaca cerita dengan begitu detailnya karena memang itu yang diperlukan. Pas. Gaya kepenulisannya yang khas seperti buku-buku terjemahan mampu membawa emosi cerita yang hendak disampaikan penulis. Character development yang ada juga cukup kuat dan ditulis seiring berjalannya alur dengan apik. Kita bisa melihat bagaimana karakter-karakter berkembang. Oh ya, di buku ini, pembaca hanya akan sering melihat nama Ivarr, Solveig, dan Hades. Cameo yang ada pun keluar cuma sedikit, sangat sangat sedikit sekali. Itu bisa menjadi kelebihan juga, bahwa pembaca dibiarkan fokus hanya kepada tiga pemeran utama sehingga mereka bisa merasa terikat dengan cerita. Ini mungkin salah satu strategi dari penulis juga ketika memilih menulis novel dengan halaman tipis.

\Latar tempat yang unik serta cara penggambarannya yang cukup detail dan mudah dipahami membuat saya tambah menyukai buku ini. Berani beda, di saat bejibunnya buku-buku ber-setting Amerika ataupun Inggris, Prisca memilih mengambil latar di Norwegia. Dengan gaya penuturannya yang baik, pembaca seakan dibawa melintasi samudra menuju negara di benua biru tersebut. Ini nih, yang saya sukai dari buku-buku berlatar luar negeri. Kita seakan bisa berkelililing dunia. Saya jadi tambah banyak pengetahuan dan itung-itung cuci mata juga sewaktu cari-cari di google (iya, saya sampai cari tempat-tempat yang digunakan sebagai latarnya). Norwegia lebih indah, ya, ternyata. *kemudian pengen ke sana* *liat tabungan menipis* *nangis kejer-kejer cuma memandangi google*. Saya juga mengapresiasi para penulis yang berani mengambil risiko dengan menulis cerita berlatar luar negeri, karena mereka juga harus melakukan riset dan itu bukan hal yang mudah. Segala dari latar tempat, suasana musim yang mungkin berbeda, dan kebudayaan negara terkait yang ditunjukkan haruslah selaras dengan plot cerita. And Prisca did well here.

...

Oke, untuk kesimpulan. Saya sangat merekomendasikan buku ini! Seperti yang telah disebutkan di atas, this book is thin yet full of meaning. Cukup 144 halaman saja, cukup dengan halaman sesedikit itu pembaca sudah bisa berkeliling Norwegia (okay I sound like mbak-mbak traveler agent-_-). Bercerita tentang hati, buku ini ini saya dapuk mampu menyihir hati-hati kalian dengan kemagisan ceritanya, wahai para calon pembaca. Dengan mengangkat tema yang unik pula, pasti kalian tidak akan menyesal pernah membawanya ke meja kasir. Walaupun ada typo (yang omong-omong, sangat sedikit itu), tidak mengurangi kekerenan dari buku ini dan tidak akan menganggu kalian dalam membacanya. I give it 4 of 5 stars! Oh ya, kelihatannya Purple Eyes bakal ada versi webtoon-nya, wah, looking forward to it!

[Full review: https://bookthebookedbooks.wordpress.com/reviews/berdamai-dengan-hati-di-tanah-norwegia/]