Scan barcode
A review by nikolinaza
Underwater by Marisa Reichardt, Martín Felipe Castagnet
5.0
Baca buku ini, sekilas aku teringat buku dengan tema serupa yang berjudul 'Hate List'. Bedanya, Underwater jauh lebih ringan dan lebih heartwarming.
Underwater mengisahkan tentang Morgan, remaja yang mengalami trauma pasca kejadian mengerikan di sekolahnya. Akibat kejadian itu, Morgan tidak pernah mau keluar rumah. Dia kehilangan minat terhadap segala sesuatu yang disukainya dan terus mengurung diri. Suatu hari, tetangga barunya yang bernama Evan datang dan mengetuk pintu rumah Morgan. Evan mengingatkannya pada segala hal yang disukainya, salah satunya air. Tanpa gadis itu sadari, Evan adalah salah satu pembuka jalannya untuk melawan rasa takutnya dan hidup normal kembali.
Aku suka kemistri para tokoh di buku ini. Ibu Morgan, meski lelah dengan beribu beban di bahunya, dia selalu ada untuk anak gadisnya. Lalu ada Ben, sosok adik kecil yang lucu dan pintar. Ada juga Brenda yang siap mendengarkan cerita-cerita Morgan dengan sabar. Kemudian Evan, si cowok manis tetangga sebelah yang menumbuhkan perasaan nyaman di hati Morgan dengan pertemanan baru mereka. Aku suka melihat orang-orang di sekitar Morgan begitu suportif terhadapnya dan selalu sabar menghadapinya ketika dia mulai bertindak 'tidak masuk akal'.
Alur buku ini cukup cepat. Penulisannya pun simpel dan tidak bertele-tele sehingga enak dibaca dan tidak membosankan. Sudut pandang orang pertama yang digunakan membuat pembaca benar-benar mampu memahami apa yang dirasakan tokoh Morgan setiap harinya, dan semua masalah yang diderita gadis itu tidak semudah kelihatannya. Penulis menuliskan trauma yang dialami Morgan dengan sangat baik.
5 bintang lah pokoknya, bikin kepengin baca buku lain yang sejenis juga.
Underwater mengisahkan tentang Morgan, remaja yang mengalami trauma pasca kejadian mengerikan di sekolahnya. Akibat kejadian itu, Morgan tidak pernah mau keluar rumah. Dia kehilangan minat terhadap segala sesuatu yang disukainya dan terus mengurung diri. Suatu hari, tetangga barunya yang bernama Evan datang dan mengetuk pintu rumah Morgan. Evan mengingatkannya pada segala hal yang disukainya, salah satunya air. Tanpa gadis itu sadari, Evan adalah salah satu pembuka jalannya untuk melawan rasa takutnya dan hidup normal kembali.
Aku suka kemistri para tokoh di buku ini. Ibu Morgan, meski lelah dengan beribu beban di bahunya, dia selalu ada untuk anak gadisnya. Lalu ada Ben, sosok adik kecil yang lucu dan pintar. Ada juga Brenda yang siap mendengarkan cerita-cerita Morgan dengan sabar. Kemudian Evan, si cowok manis tetangga sebelah yang menumbuhkan perasaan nyaman di hati Morgan dengan pertemanan baru mereka. Aku suka melihat orang-orang di sekitar Morgan begitu suportif terhadapnya dan selalu sabar menghadapinya ketika dia mulai bertindak 'tidak masuk akal'.
Alur buku ini cukup cepat. Penulisannya pun simpel dan tidak bertele-tele sehingga enak dibaca dan tidak membosankan. Sudut pandang orang pertama yang digunakan membuat pembaca benar-benar mampu memahami apa yang dirasakan tokoh Morgan setiap harinya, dan semua masalah yang diderita gadis itu tidak semudah kelihatannya. Penulis menuliskan trauma yang dialami Morgan dengan sangat baik.
5 bintang lah pokoknya, bikin kepengin baca buku lain yang sejenis juga.