You need to sign in or sign up before continuing.
Take a photo of a barcode or cover
nverad 's review for:
The Good Son - Anak Teladan
by You-Jeong Jeong
Saya galau. Antara mau membulatkan bintang 3 atau 4.
Kisahnya berlatar di Korea Selatan, sebuah kota baru fiktif dekat Incheon. Setelah prolog, cerita dibuka dengan pembunuhan sadis atas seorang perempuan, usia 50-an. Yang pertama menemukan jasadnya adalah anaknya sendiri, di rumah mereka. Pasalnya, sang anak ini baru terbangun, dalam keadaan berlumuran darah, dan tidak ada orang lain di situ. Pembaca diajak mengikuti jalan pikiran anak, apa yang terjadi sebelumnya, dan mengapa ia dan ibunya bisa berada dalam kondisi tersebut.
Yak, siapa pembunuh sang ibu sudah bisa diketahui sebelum setengah buku. Sisanya, kita dibawa bolak balik menelusuri hidup si pembunuh, masa lalu dan masa sekarangnya, dan beberapa lubang pada masa sisanya.
Tingkat kesadisan pembunuh berdarah dingin ini agak mengingatkan saya pada [b: Katarsis|17786536|Katarsis|Anastasia Aemilia|https://images.gr-assets.com/books/1365495068s/17786536.jpg|24874684] yang pernah saya baca, level psikopat yang cerdas, begitu tenang, tidak punya simpati maupun rasa bersalah, dan menjadikan dusta sebagai hal wajar dalam tutur katanya. Bedanya, latar belakang kondisi pembunuh di buku ini lebih jelas, lebih konkret, dan buat saya yang awam psikologi terasa lebih masuk akal. Tokoh yang terlibat dalam cerita ini juga tidak banyak, masing-masing dengan peran yang pas.
Salah satu buku Agatha Christie, [b: Membunuh Itu Gampang|1939320|Murder Is Easy (Membunuh Itu Gampang)|Agatha Christie|https://images.gr-assets.com/books/1194927748s/1939320.jpg|3038817] sudah menggambarkan, sekali seseorang menghilangkan nyawa orang lain secara sengaja, apapun motifnya, maka membunuh akan menjadi kebiasaan. Sepertinya ini juga yang terjadi pada rangkaian pembunuhan yang dilakukan Jack the Ripper atau kasus pembunuhan berantai lain, atau di buku ini. Jadi bersiaplah menghadapi tidak hanya satu pembunuhan, dengan motif berbeda,bsebagian dirancang dengan penuh perhitungan dan tanpa sesal.
Mmm, yaa... Saya pun jadi bertanya-tanya. Bila seorang psikopat sudah dapat didiagnosis sejak dini sekali, misalnya sebelum masuk usia remaja, bagaimana penanganan yang tepat agar kecenderungan perilaku menyimpang ini tak lagi timbul, ya? Pengawasan sosial lewat institusi formal, perawatan medis, atau cukup oleh keluarga?
Sebab saya lagi-lagi teringat potongan kisah salah satu buku Agatha Christie lain, [b: Menuju Titik Nol|1494389|Menuju Titik Nol (Towards Zero)|Agatha Christie|https://images.gr-assets.com/books/1194946272s/1494389.jpg|2860210], di mana ada seorang anak yang sejak kecil punya kecenderungan kejam hanya saat keinginannya tak terpenuhi, di masa dewasanya sukses merancang sebuah kematian. Pembunuhan target utamanya itu, dirancang dengan didahului kematian korban-korban sampingan, tanpa rasa bersalah sama sekali dari si pembunuh.
Yak apa kok malah bahas Agatha Christie lagi 😅
Kisahnya berlatar di Korea Selatan, sebuah kota baru fiktif dekat Incheon. Setelah prolog, cerita dibuka dengan pembunuhan sadis atas seorang perempuan, usia 50-an. Yang pertama menemukan jasadnya adalah anaknya sendiri, di rumah mereka. Pasalnya, sang anak ini baru terbangun, dalam keadaan berlumuran darah, dan tidak ada orang lain di situ. Pembaca diajak mengikuti jalan pikiran anak, apa yang terjadi sebelumnya, dan mengapa ia dan ibunya bisa berada dalam kondisi tersebut.
Yak, siapa pembunuh sang ibu sudah bisa diketahui sebelum setengah buku. Sisanya, kita dibawa bolak balik menelusuri hidup si pembunuh, masa lalu dan masa sekarangnya, dan beberapa lubang pada masa sisanya.
Tingkat kesadisan pembunuh berdarah dingin ini agak mengingatkan saya pada [b: Katarsis|17786536|Katarsis|Anastasia Aemilia|https://images.gr-assets.com/books/1365495068s/17786536.jpg|24874684] yang pernah saya baca, level psikopat yang cerdas, begitu tenang, tidak punya simpati maupun rasa bersalah, dan menjadikan dusta sebagai hal wajar dalam tutur katanya. Bedanya, latar belakang kondisi pembunuh di buku ini lebih jelas, lebih konkret, dan buat saya yang awam psikologi terasa lebih masuk akal. Tokoh yang terlibat dalam cerita ini juga tidak banyak, masing-masing dengan peran yang pas.
Salah satu buku Agatha Christie, [b: Membunuh Itu Gampang|1939320|Murder Is Easy (Membunuh Itu Gampang)|Agatha Christie|https://images.gr-assets.com/books/1194927748s/1939320.jpg|3038817] sudah menggambarkan, sekali seseorang menghilangkan nyawa orang lain secara sengaja, apapun motifnya, maka membunuh akan menjadi kebiasaan. Sepertinya ini juga yang terjadi pada rangkaian pembunuhan yang dilakukan Jack the Ripper atau kasus pembunuhan berantai lain, atau di buku ini. Jadi bersiaplah menghadapi tidak hanya satu pembunuhan, dengan motif berbeda,bsebagian dirancang dengan penuh perhitungan dan tanpa sesal.
Mmm, yaa... Saya pun jadi bertanya-tanya. Bila seorang psikopat sudah dapat didiagnosis sejak dini sekali, misalnya sebelum masuk usia remaja, bagaimana penanganan yang tepat agar kecenderungan perilaku menyimpang ini tak lagi timbul, ya? Pengawasan sosial lewat institusi formal, perawatan medis, atau cukup oleh keluarga?
Sebab saya lagi-lagi teringat potongan kisah salah satu buku Agatha Christie lain, [b: Menuju Titik Nol|1494389|Menuju Titik Nol (Towards Zero)|Agatha Christie|https://images.gr-assets.com/books/1194946272s/1494389.jpg|2860210], di mana ada seorang anak yang sejak kecil punya kecenderungan kejam hanya saat keinginannya tak terpenuhi, di masa dewasanya sukses merancang sebuah kematian. Pembunuhan target utamanya itu, dirancang dengan didahului kematian korban-korban sampingan, tanpa rasa bersalah sama sekali dari si pembunuh.
Yak apa kok malah bahas Agatha Christie lagi 😅