Scan barcode
A review by blackferrum
If You Could See the Sun by Ann Liang
lighthearted
slow-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? N/A
- Loveable characters? N/A
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
3.0
Alice Sun seolah tertimpa mimpi buruk ketika orang tuanya mengabarkan jika mereka tidak bisa lagi membiayai sekolahnya di Allington. Pilihannya hanya dua; bersekolah di sekolah negeri atau pergi ke luar negeri. Dua-duanya bukan opsi terbaik karena sekolahnya saat ini sudah menyajikan semuanya. Semua yang Alice butuhkan.
Murid berprestasi sepertinya jelas tidak bisa menerima kenyataan ini begitu saja. Jadi, ketika mendadak tubuhnya tidak bisa terlihat--secara harfiah--Alice merasa ini jalan yang akan menyelamatkannya dari mimpi buruk tadi.
Namun, menjadi transparan tidak cukup membuatnya puas. Dia menggandeng Henry Li demi menuntaskan misinya. Ketika satu pengalaman memberikan harga yang sepadan, Alice tidak bisa berhenti, sementara tenggat pembayaran iuran semakin dekat. Lalu sebuah misi berujung insiden membuat hatinya terketuk; benarkah yang dia lakukan ini?
Alurnya cukup menarik. Eh, sebenarnya memang menarik. Siapa yang nggak merasa ide Alice memanfaatkan kemampuan menghilangnya jadi salah satu sumber pemasukan? Gila memang, mengingat misi-misinya nggak bisa dibilang mudah, bahkan menyerempet bahaya. Jadi, yah, cukup memantik rasa penasaran.
Sayangnya, Alice ini nggak punya karakterisasi yang mantap. Sejak awal diklaim nggak begitu terlihat, tapi jadi murid berprestasi? I know, nggak terlihat di sini artinya nggak punya teman atau simply bukan salah satu dari anggota geng, yang pasti bukan cewek tanpa label karena otaknya jenius.
Kepribadiannya dari awal nggak begitu solid. Kesan dari beberapa halaman awal adalah Alice Sun anak yang tidak suka berbasa-basi dan mandiri dalam ranah remaja seumurannya. Pindah ke beberapa halaman selanjutnya, ketika keanehan (atau kemampuan) di tubuhnya muncul, lalu meminta Henry bekerja sama rasanya ada Alice yang lain karena yah, mendadak jadi agak "agresif".
Soal kedekatannya dengan Henry, Alice agak terlalu sering membahas soal Henry begini dan begitu untuk ukuran musuh bebuyutannya. Plus beberapa kali pembahasan Henry agak memakan timing yang seharusnya dipakai untuk fokus pada misi Alice. Semacam ketika Henry muncul, maka mari bahas bagaimana perasaan Alice padanya, alias kebanyakan salfok.
Intinya, perkara Alice Sun nggak bisa dibilang mudah, tapi jelas rumit. Menukarkan moralnya demi mendapat uang rasanya nggak bisa disepadankan.
Buku ini cocok untuk para pencinta Young Adult. Bukan yang terbaik, tapi lumayan menghibur alurnya.
By the way, sampai saat ini ada pertanyaan besar yang belum terjawab; apa yang menyebabkan tubuh Alice tidak terlihat? Maksudku secara sistem tidak jelas. Alice hanya bisa merasakan kapan kemampuan itu datang. Tentang apa dan bagaimana masih jadi misteri.
Murid berprestasi sepertinya jelas tidak bisa menerima kenyataan ini begitu saja. Jadi, ketika mendadak tubuhnya tidak bisa terlihat--secara harfiah--Alice merasa ini jalan yang akan menyelamatkannya dari mimpi buruk tadi.
Namun, menjadi transparan tidak cukup membuatnya puas. Dia menggandeng Henry Li demi menuntaskan misinya. Ketika satu pengalaman memberikan harga yang sepadan, Alice tidak bisa berhenti, sementara tenggat pembayaran iuran semakin dekat. Lalu sebuah misi berujung insiden membuat hatinya terketuk; benarkah yang dia lakukan ini?
Alurnya cukup menarik. Eh, sebenarnya memang menarik. Siapa yang nggak merasa ide Alice memanfaatkan kemampuan menghilangnya jadi salah satu sumber pemasukan? Gila memang, mengingat misi-misinya nggak bisa dibilang mudah, bahkan menyerempet bahaya. Jadi, yah, cukup memantik rasa penasaran.
Sayangnya, Alice ini nggak punya karakterisasi yang mantap. Sejak awal diklaim nggak begitu terlihat, tapi jadi murid berprestasi? I know, nggak terlihat di sini artinya nggak punya teman atau simply bukan salah satu dari anggota geng, yang pasti bukan cewek tanpa label karena otaknya jenius.
Kepribadiannya dari awal nggak begitu solid. Kesan dari beberapa halaman awal adalah Alice Sun anak yang tidak suka berbasa-basi dan mandiri dalam ranah remaja seumurannya. Pindah ke beberapa halaman selanjutnya, ketika keanehan (atau kemampuan) di tubuhnya muncul, lalu meminta Henry bekerja sama rasanya ada Alice yang lain karena yah, mendadak jadi agak "agresif".
Soal kedekatannya dengan Henry, Alice agak terlalu sering membahas soal Henry begini dan begitu untuk ukuran musuh bebuyutannya. Plus beberapa kali pembahasan Henry agak memakan timing yang seharusnya dipakai untuk fokus pada misi Alice. Semacam ketika Henry muncul, maka mari bahas bagaimana perasaan Alice padanya, alias kebanyakan salfok.
Intinya, perkara Alice Sun nggak bisa dibilang mudah, tapi jelas rumit. Menukarkan moralnya demi mendapat uang rasanya nggak bisa disepadankan.
Buku ini cocok untuk para pencinta Young Adult. Bukan yang terbaik, tapi lumayan menghibur alurnya.
By the way, sampai saat ini ada pertanyaan besar yang belum terjawab; apa yang menyebabkan tubuh Alice tidak terlihat? Maksudku secara sistem tidak jelas. Alice hanya bisa merasakan kapan kemampuan itu datang. Tentang apa dan bagaimana masih jadi misteri.