A review by dustandstarlight
Sihir Perempuan by Intan Paramaditha

3.0

Sihir Perempuan-nya Intan Paramditha adalah sebuah buku rangkaian cerpen-cerpen dengan benang merah perempuan-perempuan yang tidak patuh dan bagaimana mereka—dalam belenggunya masing-masing, dalam jeruji yang berbeda-beda—menelusuri dan `keluar` dari sana. Di balik peran-ragam peran perempuan dalam tatanan masyarakat yang cenderung dimarginalisasi, diobjektifikasi, dikelasduakan, mereka toh masih memiliki cara untuk memberontak.

Dalam menelusuri kisah-kisah perempuan-perempuan yang tidak patuh ini, penulisnya kerap menggunakan ragam teknik: penggunaan horor (dan makhluk-makhluk di luar `manusia`: vampir, hantu, dll) untuk menelusuri sisi-sisi gelap perempuan dan juga sisi-sisi gelap masyarakat dalam merepresi, pemanfaatan intertekstual dalam hal dongeng/mitologi yang biasanya merangkum peran-peran perempuan (contoh: Cinderella, Nyi Roro Kidul), juga diksinya yang tidak bertele-tele tetapi tajam. Menusuk. Disturbing, boleh dibilang.

Terdapat 11 kisah yang ditawarkan dalam kumpulan cerpen ini. Di antara kesebelasan kisah tersebut, kisah-kisah yang terasa paling menonjol dalam kumpulan cerpen ini bukan hanya kisah yang punya ending twist (hampir sebagian besar cerita memiliki akhir yang mencoba untuk menambahkan twist) ataupun kisah yang berhasil membalikkan cerita-cerita yang sudah kerap kita dengar seakan mengomentarinya kembali, tetapi kisah yang memang betul-betul mendalami sisi-sisi tergelap perempuan yang (mencoba) mendobrak keluar dari kungkungannya. Entah itu dari kungkungan sosial, atau kungkungan biologis yang seakan mencuri autonomi tubuhnya, dari segala trauma-luka, atau `bermain` dengan kekuatan di luar sana yang mungkin tidak bisa terjabarkan.

Ketika penulisnya mendalami hal tersebut, di mata saya, eksplorasinya terasa begitu dalam dan juga karakter "perempuan yang tidak patuh" terasa begitu subversif dan menantang apa yang selama ini kita ketahui. Sayangnya, beberapa cerita cenderung lebih mengandalkan 'membelokkan'/men-twist akhir cerita untuk mengomentari isu-isu perempuan, sehingga sedikit mengurangi pengalaman saya dalam membaca. Walaupun begitu, secara umum, kumpulan cerpen ini sangat "menyenangkan" (walaupun mungkin, kata menyenangkan kurang tepat untuk mendeskripsikan perasaannya mengingat saya cukup merasa terkuras atas intensitas ceritanya), dan patut untuk dikoleksi.

Kisah favorit: Darah, Sang Ratu, Mak Ipah dan Bunga-Bunga, dan Sejak Porselen Berpipi Merah Itu Pecah