Scan barcode
clavishorti's reviews
90 reviews
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? It's complicated
3.0
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? No
5.0
Dan aku merangkak terus. Aku lupa kepada sakit, aku merangkak terus. Dan aku lihat di puncak Bukit Kuwuk, Tati berdiri berpakaian putih dengan pita merah di rambut dan ikat pinggang merah melilit pinggangnya. Ia menari-nari kegirangan, di tangannya sebuah batu tulis.
Graphic: Blood, Injury/Injury detail, Rape, Murder, Gun violence, Kidnapping, Sexual harassment, Sexual assault, Death, War, and Pregnancy
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? No
5.0
Kurasa orang-orang dewasa terlalu sulit dipahami. Mereka membuat aturan-aturan yang kadang tak adil sama sekali. Bagaimana bisa, kami yang lahir secara utuh membawa badan dan pikiran kami sendiri selalu dinilai sebagai jelmaan orangtua kami. Kami tidak pernah sama dengan orangtua kami. Kami manusia baru yang punya kehidupan baru dan pilihan baru. Kami tidak lahir membawa dosa ataupun kesalahan mereka di masa lalu. Seharusnya, kami tak dihakimi atas apa yang pernah mereka lakukan. Tapi, kami ini bisa apa?
Graphic: Torture, Blood, Death of parent, Gore, Grief, Injury/Injury detail, Kidnapping, and Murder
Moderate: Pregnancy
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? No
5.0
Dalam sebuah taruhan berisiko, Cristian memutuskan untuk membuka topeng busuk rezim dan memberikan suara untuk rakyatnya yang tercekik oleh tirani. Namun, di dunia di mana setiap langkah adalah taruhan dengan nasib, apa sebenarnya yang akan dihasilkan dari perjuangan Cristian untuk kebebasan?
“Kau tahu, Cristian. Dante ternyata salah. Neraka tidak panas. Neraka ternyata dingin dan beku.”
Dalam I Must Betray You karya Ruta Sepetys, pembaca disuguhkan dengan sebuah perjalanan yang menegangkan, memadukan elemen fiksi dengan kejadian sejarah yang nyata. Terletak di tengah-tengah gejolak Revolusi Romania tahun 1989, buku ini menyoroti tema pengkhianatan, keluarga, cinta, dan semangat revolusi yang menggetarkan jiwa.
Berbeda dengan karya-karya sebelumnya seperti Salt to the Sea dan The Fountains of Silence, I Must Betray You memilih pendekatan yang memikat dengan menyajikan cerita melalui satu sudut pandang utama: Pengalaman Cristian, seorang remaja yang penuh semangat, berjuang melawan tirani dan ketidakadilan rezim yang membatasi kebebasan individu.
Di antara tembok-tembok beton rezim yang tinggi dan menakutkan, Cristian menjadi panduan kita melintasi lorong-lorong kekuasaan yang gelap, ketakutan yang menyelimuti, dan keputusasaan yang menghantui. Dari sudut pandangnya, kita menyaksikan tidak hanya kisah perjuangannya, tetapi juga kompleksitas hubungan antar karakter dan dinamika kehidupan sehari-hari di bawah tekanan rezim otoriter.
Melalui bait-bait puisinya yang menusuk, kita menyaksikan panorama politik yang kompleks dan kekerasan yang merajalela di negeri itu. Pembaca diundang untuk merasakan tekanan politik yang mencekam dan ketegangan sosial yang melingkupi setiap aspek kehidupan Cristian. Dalam setiap halaman, kita disuguhkan dengan detail-detail yang menggugah, mulai dari dialog yang sarat makna hingga deskripsi yang hidup tentang keadaan lingkungan sekitarnya. Ini memungkinkan pembaca untuk benar-benar terhubung dengan pengalaman Cristian dan secara emosional terlibat dalam perjuangannya.
Dengan alur cerita yang terstruktur secara rapi dan mengalir dengan lancar, pembaca dihanyutkan dalam perjalanan emosional yang menguras hati. Setiap halaman dipenuhi dengan nuansa pengkhianatan yang meresap, pertempuran batin yang mengguncang, dan tetesan harapan yang menggelora di tengah kegelapan yang melanda. Ketegangan terus membangun, membawa pembaca melalui labirin emosi karakter utama, sementara pengkhianatan dan keberanian saling berbenturan, menciptakan drama yang memikat dan penuh intrik. Dengan setiap bab, pembaca terus disuguhkan dengan momen-momen mendebarkan dan pemikiran yang mendalam, menjadikan pengalaman membaca buku ini tak terlupakan.
Pepatah yang menyatakan bahwa sejarah adalah guru terbaik sungguh terbukti dalam pengalaman membaca buku I Must Betray You karya Ruta Sepetys. Bagi saya, buku I Must Betray You bukan hanya sekadar cermin bagi masa lalu yang tragis, tetapi juga sebuah pengingat yang sangat kuat akan pentingnya belajar dari masa lalu. Dengan mengingat dan mempelajari masa lalu, kita dapat mencegah terulangnya kesalahan yang sama di masa depan. Sebagai pembaca, saya disadarkan akan urgensi untuk menjaga dan memperjuangkan nilai-nilai seperti kebebasan, keadilan, dan martabat manusia yang harus kita pertahakan dengan gigih, bahkan di bawah tekanan dan penindasan dari rezim otoriter.
Melalui lapisan-lapisan narasi yang kuat, Ruta Sepetys menggambarkan dengan jelas bagaimana rezim komunis di Romania berhasil memupuk rasa ketidakpercayaan di antara masyarakatnya. Mereka menggunakan berbagai alat propaganda untuk mengontrol informasi yang disampaikan kepada masyarakat, bahkan memanipulasi berita dan menyensor konten yang tidak sesuai dengan narasi mereka. Hal ini menciptakan ketidakpastian dan kebingungan di kalangan masyarakat, yang pada akhirnya memunculkan rasa tidak percaya terhadap sumber informasi resmi.
Selain itu, rezim komunis juga membangun jaringan pengawasan yang luas, termasuk polisi rahasia dan pengaduan masyarakat, menciptakan atmosfer ketakutan dan paranoia di antara warga. Rasa tidak aman ini memperkuat isolasi dan ketidakpercayaan di antara individu-individu dalam masyarakat, sehingga menyulitkan terbentuknya solidaritas sosial yang kuat.
Tidak hanya itu, rezim komunis juga menggunakan taktik intimidasi dan represi untuk menindas segala bentuk oposisi atau perlawanan. Dengan melakukan penangkapan sewenang-wenang, penyiksaan, dan eksekusi terhadap siapa pun yang dianggap sebagai ancaman, mereka menciptakan iklim ketakutan yang melumpuhkan dan menghambat upaya masyarakat untuk bersatu melawan tirani.
Dengan menggunakan berbagai cara yang telah dijelaskan sebelumnya, rezim komunis secara sistematis membangun dan memperkuat rasa ketidakpercayaan di antara masyarakatnya. Mereka merobek solidaritas sosial, memadamkan semangat persatuan, dan mengurangi peluang untuk terbentuknya koalisi oposisi yang kuat. Meskipun demikian, api perlawanan terhadap tirani tidak pernah padam. Sebagai sumber ketahanan dan harapan, semangat ini terus berkembang di tengah ketidakpastian dan ketakutan yang merajalela. Setiap tindakan represif rezim hanya memperkuat tekad rakyat untuk menentangnya.
Dan pada suatu titik, semangat perlawanan ini mencapai puncaknya dalam Revolusi Romania tahun 1989. Saat itu, di tengah gejolak politik dan kekerasan yang melumpuhkan, suara-suara perlawanan bergema melalui jalan-jalan kota. Mereka tidak hanya mencerminkan kemarahan dan ketidakpuasan, tetapi juga menggugah jiwa dan semangat para pengikutnya untuk bangkit melawan penindasan yang telah lama mereka tanggung.
Revolusi itu bukan hanya tentang pergantian kekuasaan, tetapi juga tentang harapan akan masa depan yang lebih terang. Itu adalah dorongan kolektif untuk membebaskan diri dari belenggu tirani dan menegakkan hak-hak asasi manusia yang telah lama diabaikan. Dengan keberanian dan keteguhan hati, rakyat Romania mengubah takdir mereka sendiri, mengukir sejarah baru yang akan diingat selamanya. Di balik tragedi dan pengorbanan, terbitlah cahaya harapan yang membawa perubahan yang revolusioner bagi bangsa mereka.
Buku I Must Betray You karya Ruta Sepetys adalah sebuah perjalanan yang menggugah jiwa dan membawa kita menjelajahi kedalaman emosi dan kekuatan kemanusiaan. Salah satu poin utamanya adalah narasinya yang luar biasa kuat dan mendalam. Melalui kata-kata yang indah dan penuh warna, Ruta Sepetys membawa kita melintasi jalan berliku politik dan kekerasan yang memenuhi Romania pada tahun 1989.
Puisi-puisi yang ditulis oleh karakter utama, Cristian, adalah permata yang membuat buku ini bersinar lebih terang. Dalam buku catatannya, puisi-puisi ini memberikan kedalaman emosi dan introspeksi yang lebih dalam tentang perasaan dan pikiran karakter utama. Mereka tidak hanya menambah kekayaan alur cerita, tetapi juga memberikan ruang bagi pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam dari setiap peristiwa yang terjadi.
Selain itu, alih bahasa yang dilakukan oleh Fira Nursya’bani adalah sebuah karya seni dalam dirinya sendiri. Meskipun terjemahan, Fira Nursya’bani mampu menghidupkan kembali semua nuansa dan emosi dari narasi aslinya dalam bahasa Indonesia. Bahkan, puisi-puisi yang awalnya ditulis dalam bahasa Inggris tetap memancarkan keindahannya dalam terjemahan ini, menunjukkan keahlian dan kepekaan sang penerjemah dalam menyampaikan pesan dengan keaslian bahasa yang berbeda.
Meskipun buku I Must Betray You memiliki banyak keunggulan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa ada juga beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan. Salah satu kelemahan yang mungkin mencolok adalah penggunaan satu sudut pandang dalam penyampaian ceritanya. Berbeda dengan ciri khas Ruta Sepetys yang menghadirkan sudut pandang yang beragam dan banyak dalam karya-karyanya sebelumnya, di buku ini kita hanya mendapatkan satu sudut pandang, yaitu dari perspektif karakter utama, Cristian. Meskipun hal ini membantu untuk lebih mendalaminya karakter utama dan memungkinkan pembaca merasakan pengalaman secara intim, beberapa pembaca mungkin merasa terbatas dalam memahami sudut pandang lain atau memperoleh wawasan yang lebih luas tentang peristiwa yang terjadi.
Selain itu, ada kemungkinan bahwa terdapat beberapa sejarah yang belum dimasukkan ke dalam buku ini. Meskipun Ruta Sepetys telah melakukan penelitian yang mendalam dan menggabungkan kejadian sejarah nyata dengan fiksi, namun tidak dapat dipungkiri bahwa selalu ada keterbatasan dalam ruang lingkup karya sastra. Beberapa pembaca mungkin merasa tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang konteks sejarah yang lebih luas atau peristiwa-peristiwa tambahan yang mungkin tidak dimasukkan ke dalam narasi utama.
Meskipun demikian, kelemahan-kelemahan tersebut tidak mengurangi kekuatan dan keindahan buku ini. I Must Betray You tetap menjadi sebuah karya yang memukau, menggugah, dan memperkaya pemahaman kita tentang masa lalu yang tragis. Dengan alur cerita yang menarik, karakter-karakter yang kompleks, narasi yang kuat, puisi-puisi yang memikat, dan terjemahan yang cemerlang, buku ini tidak hanya memikat hati pembaca, tetapi juga memberikan wawasan yang berharga tentang periode bersejarah yang penting. Buku ini mengingatkan kita akan kekuatan dan keberanian manusia dalam menghadapi masa lalu yang tragis, dan mendorong kita untuk tidak pernah melupakan pelajaran berharga yang dapat diambil darinya. Saya sangat merekomendasikan buku I Must Betray You karya Ruta Sepetys bagi siapa pun yang ingin tenggelam dalam dunia yang penuh dengan intrik politik, perjuangan batin, dan semangat revolusi yang menggetarkan jiwa.
Graphic: Torture, Death, Violence, and War
Moderate: Injury/Injury detail, Grief, and Blood
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? It's complicated
2.0
“Not just because you’re a dog. It’s the same with people. They think that an old person can’t live the rest of her life with her mind intact, that an old person gets sick easily and spreads disease, and that nobody will take care of the elderly. That’s what they think about all living things.”
Graphic: Murder, Sexual assault, and Blood
Moderate: Gun violence, Injury/Injury detail, Kidnapping, Sexual assault, and Death
Minor: Gore
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? It's complicated
5.0
Perjalanan panjang akan bermula di sini, menuntunnya pada kebenaran yang mengejutkan.
Dalam karya fenomenalnya, Confessions, Minato Kanae membawa pembaca melalui perjalanan yang penuh intrik dan ketegangan. Dengan keahliannya yang luar biasa, Minato Kanae mempersembahkan sebuah cerita yang menggugah dan memikat, merambah ke dalam lanskap gelap dari keadilan yang terdistorsi, balas dendam yang membara, dan psikologi manusia yang rumit.
Dikenal sebagai “Ratu Iya-misu”, Minato Kanae tidak hanya menulis, tetapi menciptakan karya-karya yang meresap ke dalam jiwa pembaca dengan kekuatan dan ketajaman yang luar biasa. Iya-misu, sebuah aliran misteri yang tumbuh subur dalam sastra Jepang, mempersembahkan pengalaman membaca yang membawa pembaca ke dalam labirin kegelapan dan konflik batin dari kemanusiaan.
Dalam iya-misu, pembaca dihadapkan pada suasana yang gelap dan perasaan tak nyaman hingga mempertanyakan fondasi moralitas dan kebenaran. Di sini, kekerasan, ketidakmampuan manusia, dan pertarungan batin menjadi pemandangan yang umum, menciptakan suasana yang tak tertandingi dalam sastra misteri dan menggugah para pencinta sastra yang haus akan tantangan intelektual dan emosional.
Sejalan dengan itu, saat menyelami Confession karya Minato Kanae, pembaca akan disuguhi dengan narasi yang tajam dan mendalam, membawa mereka dalam perjalanan yang memaksa untuk merenungkan ulang konsep-konsep moralitas dan esensi manusia. Setiap halaman membawa nuansa ketegangan, menuntun pembaca melalui labirin konflik psikologis yang kompleks dan menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang sifat kemanusiaan.
Saya pribadi, sangat terkesan dengan keunikan penyampaian cerita yang disajikan dalam buku ini. Penulis dengan cermat menempatkan setiap detail, membangun misteri secara perlahan tanpa terburu-buru menuju akhir. Pembaca diajak untuk meresapi setiap konflik psikologis yang rumit, sambil mengikuti jejak pencarian kebenaran yang semakin rumit.
Tak hanya itu, kejutan-kejutan yang tersebar di sepanjang cerita memperkaya pengalaman membaca. Saya secara pribadi merasa terkejut oleh putaran-putaran tak terduga dalam plot, yang menyajikan kejutan-kejutan yang menggetarkan. Kemampuan penulis untuk menggiring pembaca pada petualangan yang penuh ketidakpastian membuat setiap halaman menjadi lebih menarik dan menggugah rasa ingin tahu.
Saya juga sangat terkesan dengan cara Confessions menggali isu peradilan remaja, sebuah ranah yang kompleks dan sering kali menghadirkan tantangan moral yang mendalam. Sistem ini, yang dirancang untuk menangani pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak-anak atau remaja, sebenarnya bertujuan untuk mendidik dan merehabilitasi mereka, namun realitasnya seringkali jauh dari harapan.
Di tengah kisah yang menegangkan, Minato Kanae berhasil memperlihatkan ketidakpastian yang melingkupi penentuan batas usia antara anak-anak dan dewasa dalam sistem hukum. Perbedaan batas usia di berbagai negara juga merupakan salah satu hal yang memperumit pemilihan sistem peradilan yang tepat, menciptakan dilema yang membingungkan.
Namun, lebih dari sekadar kompleksitas hukum, Confessions juga menggugah kesadaran tentang realitas kejam di balik sistem peradilan remaja. Di dalamnya terungkap bagaimana sistem yang seharusnya melindungi anak-anak sering kali disalahgunakan oleh pihak berwenang.
Terlebih lagi, beberapa anak mungkin “dengan sengaja” melakukan kejahatan karena merasa diri mereka akan dilindungi oleh sistem peradilan remaja. Keyakinan bahwa konsekuensi dari tindakan mereka akan lebih ringan atau bahwa mereka akan mendapatkan perlakuan yang lebih ramah oleh sistem tersebut dapat mendorong perilaku yang merugikan dan merusak. Hal ini tidak hanya menggugah kesadaran kita akan kelemahan dalam sistem peradilan remaja, tetapi juga menyoroti urgensi untuk melakukan perubahan yang mendalam guna melindungi hak-hak dan kesejahteraan bersama.
Tidak hanya itu, kisah ini juga menyoroti dampak media terhadap persepsi kita tentang kejahatan. Melalui narasi yang menggugah, kita disuguhkan gambaran tentang bagaimana media sering kali mempermainkan berita kejahatan untuk mendongkrak peringkat, tanpa memikirkan dampaknya pada pandangan masyarakat. Hal ini menambah dimensi moralitas yang mendalam dalam cerita, membuat pembaca terdorong untuk merenung tentang peran dan tanggung jawab media dalam menyajikan informasi kepada publik.
Andry Setiawan dan Clara Canceriana juga berhasil menghadirkan alih bahasa yang halus dan mudah dipahami dari Confessions ke dalam bahasa Indonesia. Dengan keahlian mereka dalam menangkap nuansa dan makna asli setiap kalimat, mereka menjaga kualitas dan keutuhan cerita, sambil memastikan agar pembaca dapat merasakan alur cerita dengan lancar dan tanpa hambatan. Terjemahan mereka tidak hanya mentransfer kata demi kata, tetapi juga menggali esensi dan emosi yang tersembunyi di dalam teks asli, sehingga pembaca dapat merasakan kedalaman cerita tanpa kehilangan pesan yang disampaikan.
Dengan setiap halaman yang memikat dan setiap adegan yang memukau, Confessions karya Minato Kanae membawa pembaca dalam perjalanan yang mendalam ke dalam labirin moralitas, keadilan, dan kompleksitas manusia. Melalui jalinan cerita yang penuh teka-teki, buku ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menggugah pikiran pembaca dengan pertanyaan-pertanyaan yang meresahkan tentang dunia di sekitar kita. Dari isu-isu moralitas yang membingungkan hingga dampak media yang mempengaruhi, setiap lapisan cerita mengundang pembaca untuk merenungkan peran mereka dalam membentuk masyarakat. Saya sangat merekomendasikan Confessions karya Minato Kanae ini kepada siapa pun yang ingin menikmati pengalaman membaca yang memikat dan menegangkan.
Graphic: Bullying, Child death, Death, Death of parent, Blood, and Murder
Moderate: Suicidal thoughts, Suicide attempt, and Injury/Injury detail
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? No
5.0
Sejarah akan mengungkapkan bahwa, di tengah perperangan, korban paling besar seringnya adalah mereka yang paling muda. Anak-anak dan remaja yang tak berdaya menjadi korban-korban tak berdosa dari kekejaman dan tekanan ideologi.
Graphic: Blood, Child death, and Death
Moderate: Death of parent, Kidnapping, Torture, and Violence
Minor: Cancer and Miscarriage
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? It's complicated
3.0
Graphic: Blood, Injury/Injury detail, Self harm, and Abandonment
Moderate: Animal death, Death of parent, Infidelity, and Suicide attempt
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? It's complicated
3.0
Waktu terus berjalan, dan tiba-tiba Altair kembali datang, membawa kebingungan dan pergolakan emosi yang baru bagi Azura. Dalam kisah yang penuh teka-teki ini, Azura harus memilih antara cinta yang kembali pulang, yang mungkin membawa jawaban atas misteri yang mengitarinya, atau keberadaan Nara yang selalu ada di sisinya, memberikan ketenangan dan kepastian. Di antara pilihan yang sulit ini, Azura harus menjelajahi jalan keputusan yang penuh dengan keraguan dan perasaan bercampur aduk. Siapakah yang akan dipilihnya, dan apa konsekuensi dari pilihan tersebut?
Karya kedua Fakhrisina Amalia, Persona, menjadi pemandangan baru yang menarik bagi saya setelah menjelajahi Represi. Meskipun terlihat lebih mudah ditebak, saya menemukan bahwa di balik alurnya yang sederhana, tersimpan petunjuk-petunjuk halus yang memancing rasa ingin tahu untuk merenung dan mengikuti setiap jejak cerita yang terungkap. Keberadaan petunjuk ini justru semakin meningkatkan rasa penasaran saya, membangkitkan keinginan yang tak terbendung untuk menyaksikan bagaimana penulis mempermainkan plot dan menghadirkan kejutan-kejutan tak terduga.
Saat tirai buku Persona terbuka, saya disambut dengan narasi yang penuh keberanian, mengundang saya untuk menyelami kedalaman cerita yang menggugah. Begitu melangkah beberapa halaman, saya terhenti sejenak oleh ketegasan dan detail dalam setiap penceritaan, bahkan sampai-sampai saya merasakan kegetiran di beberapa titik cerita. Meskipun ragu, saya tak bisa menahan diri untuk terus membenamkan diri dalam alur yang memikat, terbawa oleh arus misteri yang menggoda untuk dipecahkan. Sebagai peringatan, saya sangat menyarankan para calon pembaca untuk membaca peringatan konten yang disematkan, sebelum memasuki labirin cerita yang kompleks ini.
Semakin saya meresapi halaman demi halaman buku ini, semakin dalam saya terbenam dalam alur ceritanya, tak sabar untuk mengungkap kesudahannya. Gaya bercerita penulis begitu santai dan sederhana, namun tetap mampu mempertahankan daya tariknya. Rasanya seolah tokoh utama, Azura, hidup di antara halaman-halaman tersebut, dengan setiap kata yang terungkap seakan menjadi pengalaman langsung dari dirinya.
Dengan tema yang diusung, penulis menyajikan karya yang mengundang refleksi mendalam. Melalui bahasa yang berani dan menggugah, penulis dengan penuh empati menggambarkan bagaimana kesepian dan kekosongan bisa merusak jiwa seseorang secara perlahan namun pasti. Lapisan cerita yang kaya akan emosi membawa pembaca melalui lorong-lorong kesepian yang menyayat hati, seolah berjalan di antara bayangan-bayangan yang menghantui.
Setiap halaman dari buku ini dirancang sedemikian rupa untuk menyajikan kisah yang tak terlupakan. Penulis dengan mahir memadukan elemen-elemen yang menghangatkan dengan refleksi yang dalam tentang kondisi mental. Tak pelak, buku ini bukan sekadar bacaan ringan; ia adalah perjalanan emosional yang membangkitkan rasa tak terduga.
Di sisi lain, dalam percakapan antara Azura dan Altair, terasa kaku dan kurang alami. Saya penasaran, apakah penulis sengaja menulisnya demikian karena latar belakang campuran Indonesia-Jepang dari karakter Altair, ataukah ada pertimbangan lain yang membuat percakapan terasa kurang mengalir?
Selain itu, beberapa transisi latar belakang cerita terasa kurang teratur, menyebabkan beberapa pembaca merasa kehilangan alur cerita.
Ada satu hal menarik yang perlu saya soroti, yaitu ketika Azura dan Yara menyisipkan beberapa percakapan dalam bahasa Inggris. Apakah penulis melakukannya untuk menegaskan bahwa Azura telah lulus dari jurusan Sastra Inggris? Namun, pelaksanaannya terasa sedikit kaku dan kurang perlu. Sebenarnya, jika penulis bersedia, penulis bisa saja memasukkan percakapan dalam bahasa Inggris sejak awal cerita tanpa menunggu waktu begitu lama. Meskipun begitu, saya tidak berpendapat bahwa tindakan ini buruk, hanya saja saya berharap penulis dapat lebih leluasa dalam mengembangkan cerita agar tetap terasa alami dan menarik.
Pada bagian akhir cerita, penulis sungguh berani. Kejutan yang dihadirkan sungguh tak terduga—saya sama sekali tidak mengantisipasinya sebelumnya. Memang, pemilihan akhir cerita ini bisa menimbulkan reaksi beragam di antara para pembaca. Ada yang mungkin menyukainya karena sentuhan fantasi yang diberikan oleh penulis,
Bagi saya pribadi, saya tidak begitu terganggu dengan akhir cerita ini. Malah, saya sangat mengapresiasi keberanian penulis dalam mengambil langkah tersebut. Bagi saya, akhir cerita ini menjadi sumber diskusi yang menarik, karena membuka ruang bagi saya untuk merenungkan banyak hal.
Berbicara tentang pemilihan judul buku, yaitu Persona, ada sesuatu yang menarik untuk dibahas lebih dalam. Persona, sebagaimana saya temukan dalam beberapa penjelasan di internet, persona memiliki makna yang mengacu pada citra atau karakter yang ditampilkan seseorang kepada dunia luar. Hal ini seringkali merupakan upaya untuk menyembunyikan aspek-aspek tertentu dari diri mereka atau sekadar untuk memenuhi harapan sosial. Persona menjadi bagian dari identitas yang ditampilkan secara publik.
Namun, saya merasa pemilihan judul Persona ini tidak sepenuhnya mencerminkan konsep persona dalam sisi psikologis dengan keseluruhan cerita yang disampaikan dalam buku ini. Meski begitu, sebagai orang yang hanya memiliki pengetahuan awam tentang psikologi dan hanya mengandalkan penjelasan di internet, mungkin pendapat saya kurang valid. Mungkin ada alasan khusus mengapa penulis memilih kata persona sebagai judul bukunya ini, yang membuat saya sangat penasaran ingin mengetahuinya.
Dalam konteks yang lebih luas, pemilihan judul sebuah karya memiliki peranan yang penting, karena judul adalah jendela pertama bagi pembaca untuk memahami isi dan makna sebuah karya. Oleh karena itu, penjelasan yang lebih mendalam tentang pemilihan judul ini akan memberikan wawasan yang lebih dalam tentang keseluruhan pesan dan tujuan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui karyanya.
Keseluruhan, pengalaman membaca buku Persona sungguh memikat hati saya. Meskipun terdapat beberapa kekurangan di sana-sini, tak dapat disangkal bahwa buku ini meninggalkan kesan mendalam dan banyak pelajaran berharga yang dapat saya petik dari cerita ini. Menariknya, saya baru menyadari bahwa Represi adalah karya terbaru dari Fakhrisina Amalia, sedangkan Persona merupakan karya sebelumnya. Hal ini mengindikasikan adanya perkembangan yang signifikan dalam karya-karya Fakhrisina Amalia.
Saya melihat adanya peningkatan yang cukup mencolok dalam kualitas penulisan dan pengembangan cerita dari buku Persona ini hingga buku Represi. Hal ini menunjukkan dedikasi penulis dalam memperbaiki kekurangan dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi dalam menyajikan karya-karya yang menarik. Karena itu, saya tak sabar untuk menantikan karya-karya selanjutnya dari Fakhrisina Amalia, yang saya yakin akan memberikan pengalaman membaca yang tak kalah menarik dan memikat.
Graphic: Mental illness, Blood, and Self harm
Moderate: Schizophrenia/Psychosis
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? No
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? It's complicated
3.0
Graphic: Murder, Blood, Domestic abuse, Injury/Injury detail, Emotional abuse, Physical abuse, Animal death, Animal cruelty, Gore, Rape, and Violence
Moderate: Grief
Minor: Infidelity