Reviews

Anomali: Memoar Seorang Bipolar by Elnov

ssn_js's review

Go to review page

informative

4.0

jiao_li's review

Go to review page

emotional inspiring reflective fast-paced

4.5

Sejujurnya aku download buku ini di Gramdig karena aku sendiri juga pernah didiagnosis dengan gangguan bipolar. Aku juga menjalani medikasi sebentar tapi kemudian berhenti. Lewat buku ini aku pengen tau lebih lanjut tentang bipolar dan gimana sih orang lain dengan diagnosis yang sama menjalani hidupnya. 

Aku kagum sih sama penulisnya. Dia bisa menuliskan pengalamannya di buku ini dengan jernih. Gaya penulisannya juga sederhana dan mudah dipahami. 

Aku kan biasanya baca 2 buku sekaligus ya, fiksi dan nonfiksi. Hampir selalu buku fiksi lebih menarik, tapi buku ini beda. Mungkin karena tema yang diangkat cukup relate denganku aku jadi lebih tertarik untuk baca ini daripada buku fiksi fantasi yang sedang aku baca berbarengan. 

Buku ini bukan cuma bisa dibaca oleh orang yang hidup dengan bipolar loh, tapi juga dengan orang-orang di sekitarnya. Lewat buku ini kamu bisa tau rasanya menjalani hidup dengan bipolar. Kalo kamu lagi mau coba baca lebih banyak buku nonfiksi coba deh mulai dari buku ini, meskipun nonfiksi bukunya nggak berat, kok!

Expand filter menu Content Warnings

hisyamhartp05's review against another edition

Go to review page

challenging emotional informative reflective

3.75

squilliams's review against another edition

Go to review page

3.0

Membaca buku ini memberikan perspektif bagaimana perasaan-perasaan yang dialami oleh ODB dari sudut pandang orang pertama, salah satu gangguan kesehatan mental yang jarang diangkat di Indonesia. Kita diajak untuk mencoba ikut merasakan apa yang ada di dalam benak penulis sebagai seorang Bipolar. Sampai benar-benar tiba di bab mengenai bipolar, aku tidak terlalu menangkap apa sebenarnya bipolar yang dialami oleh penulis. Untunglah penjelasan tentang bipolar ini juga ditambahkan pada komentar praktisi di bagian akhir buku.

Buku ini adalah nonfiksi yang ditulis dengan sangat straightforward sehingga sama sekali tidak sulit untuk menghabiskannya dalam satu kali duduk. Yang aku bingung penulisan universitas yang ga konsisten kadang cuma nyebut lokasi, kadang nyebut Unpad dan UI (apa mungkin ini disebabkan gangguan bipolar aku jg kurang paham tapi waktu baca nyadar banget sih).

Semoga dengan buku-buku seperti ini semakin meningkatkan kepedulian orang Indonesia dan tidak terus memberi stigma pada para pengidap penyakit kejiwaan apapun bentuknya.

taleofbooks's review against another edition

Go to review page

3.0

Ini adalah buku nonfiksi pertama yang bisa aku selesaikan dalam kurun waktu 24 jam.
Buku ini berisi perjalanan sang penulis yang struggling dalam menghadapi depresi yang berujung bipolar. Aku cukup resah saat membaca buku ini, seolah aku juga berada di depan sang penulis dan ikut menyaksikan bagaimana susahnya dia yang berperang melawan dirinya sendiri.

Aku banyak mendapat insight baru dari membaca buku ini. Aku juga jadi tahu, gimana kesulitan-kesulitan yang dirasakan oleh mereka yang mengalami bipolar disorder. Aku juga semakin paham bagaimana harus menghadapi teman yang cerita, apalagi saat mereka berada di dalam titik terendah hidupnya.

Meskipun buku ini ditulis melalui sudut pandang penulis yang juga seorang penderita bipolar, tapi menurutku buku ini mudah cukup mudah untuk dipahami karena bahasa yang digunakan sangat ringan. Kudos for author!

za_queeni10's review

Go to review page

hopeful informative inspiring lighthearted reflective relaxing slow-paced

3.75

svrhld's review against another edition

Go to review page

2.0

There's too many unnecessary details of the story. It makes you forgot that you're reading a book about bipolar.

hufflepuff_'s review against another edition

Go to review page

challenging dark tense fast-paced

3.0

pudtri's review against another edition

Go to review page

4.0

Karena sedikitnya literasi tentang bipolar dalam ranah keseharian yang dialami ODB (Orang Dengan Bipolar), buku ini memberikan contoh nyata dalam keseharian seberapa berat kehidupan ODB. Hal-hal yang saya anggap biasa, bisa saja menjadi sesuatu yang berat bagi mereka.
Saya berharap, makin banyak literasi tentang bipolar dari ODB langsung agar kita semakin mengerti dan berhenti menstigma.

Have a good life, ELNOV!
Terima kasih sudah menjadi berani dan membagikan ceritamu :)

tashadhyani's review against another edition

Go to review page

1.0

Salut kepada penulis yang telah berani mengungkapkan perjalanannya mulai dari identifikasi diri dan mengakui bahwa dirinya butuh bantuan profesional sampai ke setiap tahap medikasi yang dilaluinya. Terima kasih telah berbagi. Sayangnya secara kualitas penulisan, tulisannya kurang memuaskan.

Banyak paragraf yang tidak koheren dengan pokok bahasan setiap babnya, selain itu banyak lompatan gagasan hampir di setiap paragraf. Banyak informasi yang dikenalkan di satu titik, tapi tidak secara tuntas dibahas sampai akhir buku. Misalnya, apakah akhirnya penulis mengonfrontasi orangtua asuhnya terkait perihal adopsinya? Ini sampai akhir buku tidak dibahas secara eksplisit, padahal perihal ini dikatakan sebagai trauma mendalam yang dialami penulis di masa kecilnya saat berusia 16 tahun, trauma mendalam yang kemudian menjadi salah satu hal yang sangat memengaruhi keadaan mental penulis di kehidupan dewasanya. Pikiran untuk mengakhiri hidup juga terkesan tiba-tiba karena sebelumnya tidak dijelaskan apa dan bagaimana penulis sampai pada pemikiran itu. Kata bipolar pun baru muncul di halaman 123 (dari total 170 halaman di buku); artinya penulis menghabiskan sekian porsi dari buku untuk... apa?-kalau pada akhirnya secuil porsi terakhir dari bukunya memperlakukan bipolar sebagai topik baru (tidak mengaitkan bagian sebelumnya dengan tema besar buku).

Sebagai tulisan dan memoar, buku ini terlalu deskriptif. Rasa sakit dan penderitaan kurang dijelaskan secara mendalam dan jelas, sehingga gagal membuat pembaca berempati. Saya telah banyak membaca memoar lain yang memuat gangguan kesehatan mental yang bahkan bukan sebagai tema besarnya, tetapi tetap berhasil dengan jelas menggambarkan penderitaan yang mereka alami, dan pada akhirnya memberikan pengertian bermakna pada pembacanya tentang permasalahan rumit ini. Peraturan mendasar dalam menulis adalah "show, don't tell". Tulisan ini merupakan kasus sebaliknya.