Take a photo of a barcode or cover
Not my favourite Robert Harris book but still a good story on an interesting topic. I found the subplot and characters to be lacking in substance but there was still enough tension to keep the story interesting and moving along.
adventurous
informative
tense
fast-paced
Plot or Character Driven:
A mix
Strong character development:
Complicated
Loveable characters:
Complicated
Diverse cast of characters:
Yes
Flaws of characters a main focus:
Complicated
adventurous
informative
medium-paced
Plot or Character Driven:
Plot
Loveable characters:
Yes
Flaws of characters a main focus:
No
tense
medium-paced
Plot or Character Driven:
Plot
Strong character development:
No
The first half of this book before the eruption starts is honestly incredibly boring in the most delightful way for me. I love Marcus Attilius and his single-minded devotion to such a mundane and yet incredibly important source of Rome's greatness: the aqueduct. Almost all of the story here is introducing characters to breathe life into the world of 79AD Pompeii and I really think Harris succeeded in writing a nice glimpse into that time period.
Marcus is an engineer in charge of a branch of the Augusta branch of the Italian Aqueduct. The way he treats his job with such reverence and importance is really refreshing. Nobody thinks about the amount of effort, planning and upkeep time it takes to make water appear from dozens if not hundreds of miles away. I really identified with Attilius and his job as it felt like he was describing the modern electrical grid, which I work on today.
I could have done without the love plot, but as it unfolded I understood why it was included. Without it there was no real reason that Attilius would have stuck around to be part of the disaster. It gave him a goal, albeit a pretty shallow one. The rest of the side characters felt like real people with hopes and dreams. The way we get to see how almost all of them faired through the worst Vesuvius had to offer was fun and makes for a very tight story.
Marcus is an engineer in charge of a branch of the Augusta branch of the Italian Aqueduct. The way he treats his job with such reverence and importance is really refreshing. Nobody thinks about the amount of effort, planning and upkeep time it takes to make water appear from dozens if not hundreds of miles away. I really identified with Attilius and his job as it felt like he was describing the modern electrical grid, which I work on today.
I could have done without the love plot, but as it unfolded I understood why it was included. Without it there was no real reason that Attilius would have stuck around to be part of the disaster. It gave him a goal, albeit a pretty shallow one. The rest of the side characters felt like real people with hopes and dreams. The way we get to see how almost all of them faired through the worst Vesuvius had to offer was fun and makes for a very tight story.
Sungguh.
Kalau saja buku ini tidak begitu tebal, dan tidak ada makhluk hidup di dekat saya, pasti sudah saya lempar dengan penuh emosi.
Untung saja, saya sudah cukup dewasa (baca: malas marah).
Ahem.
..dan lagipula, buku ini dibeli dengan harga super diskon, jadi tidak begitu nyesek rasanya kalau mengingat uang yang terbuang.
Separah itukah buku ini?
Kalau menurut saya iya.
Robert Harris memang bukan penulis favorit saya, tapi saya cukup menikmati beberapa bukunya. The Ghost tidak begitu mengagumkan, tapi menurut saya cukup bagus, lebih bagus dari adaptasi filmnya bahkan.
..tapi Pompeii ini.. @$#&%!!!!!
adalah salah satu buku yang tidak plotless, tapi benar-benar aimless.
Apa (lagi) yang mau diceritakan dari tragedi yang sudah diketahui akhir ceritanya dari awal? Ini pertanyaan yang muncul di kepala saya waktu membaca judul novel ini. Tantangan yang saya kira Robert Harris bisa penuhi dengan baik. Setting-nya dimulai dari dua hari sebelum letusan. Woah. Saya kira benar-benar ada cerita di sini. Ternyata..
'Cerita' di novel ini bisa dibilang diciptakan dengan pola yang sama: dengan masa lalu rumit dan bermasalah hampir semua karakter. Entah itu si insinyur galau, mantan aquarius yang menghilang dengan misterius, bangsawan korup mantan budak, atau anak gadis malang yang benci ayah.
Seperti gaya Robert Harris biasanya, setiap masalah si karakter diceritakan dengan detil.
Tapi--dan ini yang paling bikin kesal--setiap detil ini jadi tidak penting,
Beberapa hari sebelum letusan rasanya panas: check.
Bangsawan Roma yang korup, plus punya kelainan seksual: check.
Damsel in distress? no, no, no. >> sexy-tragic-young-damsel-that-hate-daddy-so-much-it-brings-bravery: check.
Ending?
eh, ada gunung meletus. Semua orang panik. Panik, panik, mati tragis, blablabla.
Ada semacam asumsi atau pengandaian Adam dan Hawa di akhir cerita, tapi sudahlah, itu tidak penting sama sekali.
meh.
sungguh tidak penting, sampai saya mikir apa si pengarang benar-benar nyerah dan kehabisan akal waktu menulis akhir buku ini.
Tingkat ke-tidakpenting-annya bahkan lebih tinggi dengan kutipan-kutipan ilmiah buku Vulkanologi *modern* yang ditaruh di tiap awal bab.
Karakter-karakter korup di buku ini cukup menarik, tapi sayangnya tidak demikian hal dengan si karakter utama yang terlalu klise dan stereotipikal. Seperti fotokopi tokoh penulis bayangan di The Ghost malahan.
Robert Harris memang tidak perlu diragukan lagi kepiawaiannya dalam detil karakter, waktu dan tempat. Seperti halnya setting perkantoran pemerintah Inggris modern, Robert Harris bisa 'menghidupkan' kembali kota mati Pompeii. Tapi yaa, cuman itu saja pujian yang saya bisa berikan.
Jangan harapkan cerita dari novel ini.
Kalau saja buku ini tidak begitu tebal, dan tidak ada makhluk hidup di dekat saya, pasti sudah saya lempar dengan penuh emosi.
Untung saja, saya sudah cukup dewasa (baca: malas marah).
Ahem.
..dan lagipula, buku ini dibeli dengan harga super diskon, jadi tidak begitu nyesek rasanya kalau mengingat uang yang terbuang.
Separah itukah buku ini?
Kalau menurut saya iya.
Robert Harris memang bukan penulis favorit saya, tapi saya cukup menikmati beberapa bukunya. The Ghost tidak begitu mengagumkan, tapi menurut saya cukup bagus, lebih bagus dari adaptasi filmnya bahkan.
..tapi Pompeii ini.. @$#&%!!!!!
adalah salah satu buku yang tidak plotless, tapi benar-benar aimless.
Apa (lagi) yang mau diceritakan dari tragedi yang sudah diketahui akhir ceritanya dari awal? Ini pertanyaan yang muncul di kepala saya waktu membaca judul novel ini. Tantangan yang saya kira Robert Harris bisa penuhi dengan baik. Setting-nya dimulai dari dua hari sebelum letusan. Woah. Saya kira benar-benar ada cerita di sini. Ternyata..
'Cerita' di novel ini bisa dibilang diciptakan dengan pola yang sama: dengan masa lalu rumit dan bermasalah hampir semua karakter. Entah itu si insinyur galau, mantan aquarius yang menghilang dengan misterius, bangsawan korup mantan budak, atau anak gadis malang yang benci ayah.
Seperti gaya Robert Harris biasanya, setiap masalah si karakter diceritakan dengan detil.
Tapi--dan ini yang paling bikin kesal--setiap detil ini jadi tidak penting,
Spoiler
karena sampai lembar akhir, tidak ada cerita yang benar-benar diselesaikan. Dan bisa dibilang, tidak ada kisah apapun dari semua detil itu.Beberapa hari sebelum letusan rasanya panas: check.
Bangsawan Roma yang korup, plus punya kelainan seksual: check.
Damsel in distress? no, no, no. >> sexy-tragic-young-damsel-that-hate-daddy-so-much-it-brings-bravery: check.
Ending?
eh, ada gunung meletus. Semua orang panik. Panik, panik, mati tragis, blablabla.
Ada semacam asumsi atau pengandaian Adam dan Hawa di akhir cerita, tapi sudahlah, itu tidak penting sama sekali.
meh.
sungguh tidak penting, sampai saya mikir apa si pengarang benar-benar nyerah dan kehabisan akal waktu menulis akhir buku ini.
Tingkat ke-tidakpenting-annya bahkan lebih tinggi dengan kutipan-kutipan ilmiah buku Vulkanologi *modern* yang ditaruh di tiap awal bab.
Karakter-karakter korup di buku ini cukup menarik, tapi sayangnya tidak demikian hal dengan si karakter utama yang terlalu klise dan stereotipikal. Seperti fotokopi tokoh penulis bayangan di The Ghost malahan.
Robert Harris memang tidak perlu diragukan lagi kepiawaiannya dalam detil karakter, waktu dan tempat. Seperti halnya setting perkantoran pemerintah Inggris modern, Robert Harris bisa 'menghidupkan' kembali kota mati Pompeii. Tapi yaa, cuman itu saja pujian yang saya bisa berikan.
Jangan harapkan cerita dari novel ini.
adventurous
emotional
medium-paced
Plot or Character Driven:
A mix
Strong character development:
No
Loveable characters:
No
Diverse cast of characters:
N/A
Flaws of characters a main focus:
Yes
Nope. Not for me. I almost DNF this book. When I willed myself to read it, I just skimming it without understanding the story.
adventurous
challenging
fast-paced
Plot or Character Driven:
A mix
Strong character development:
No
Loveable characters:
Yes
Diverse cast of characters:
Complicated
Flaws of characters a main focus:
No
A fun adventurous read. Clever use of character and situation with some good surprises.
adventurous
reflective
tense
medium-paced
adventurous
dark
informative
mysterious
tense
fast-paced
Plot or Character Driven:
Plot
Strong character development:
No
Loveable characters:
Yes
Diverse cast of characters:
No
Flaws of characters a main focus:
No