Take a photo of a barcode or cover
Unfortunately after seeing the movie version of Inkheart, I already knew most of what occurred in the first book. The movie follows it fairly closely, though it wraps up everything into a nice little package and doesn't leave any loose ends like the book. But Inkspell was totally new, all completely different. I'm consistently impressed not only with Funke's imagination, but also her organizational skills. She has four or five different things going on throughout the whole book, characters who haven't seen each other since the first book and don't see each other again till the last chapters. And she doesn't lose pace, or trip up, or confuse people. It all strings together nicely and skips pieces that don't need to be written. Usually sequels or middle books in a trilogy are the weakest ones, but Inkspell might have surpassed it's predecessor.
Or maybe I just liked it more because Dustfinger was more prominent. ;) On to book three!
Or maybe I just liked it more because Dustfinger was more prominent. ;) On to book three!
adventurous
emotional
funny
lighthearted
mysterious
sad
tense
medium-paced
Plot or Character Driven:
A mix
Strong character development:
Yes
Loveable characters:
Yes
Diverse cast of characters:
Yes
Flaws of characters a main focus:
Complicated
Good so far. Unfortunately Brennan Frasier is the reader, whose voice bucks the heck.
adventurous
emotional
adventurous
medium-paced
Plot or Character Driven:
A mix
Strong character development:
Yes
Loveable characters:
Yes
Diverse cast of characters:
Yes
Flaws of characters a main focus:
No
Interesting!! This 2nd book is really better than the 1st book (Inkheart)!! Seriusan rame banget cerita yang kedua ini. Well done, Cornelia Funke!
Meskipun tetep sih ciri khas dari buku seri trilogi Inkworld ini, yaitu buku ini ga bisa dibaca cepet karena ceritanya yang dark + complicated dan buku ini lumayan tebel buat saya (males effort baca 675 halaman). Setidaknya di buku kedua ini alur ceritanya jelas dan ga terlalu banyak deskripsi dari kegiatan yang kurang perlu kayak buku pertama. Rasanya saya pengen berhenti ditengah jalan bacanya saking bosennya :))
Kalau cerita di buku pertama cuma berfokus pada Mo, Maggie, Elinor, dan Staubfinger yang melarikan diri dari kejaran Capricorn, Basta dan anak buahnya di dunia manusia. Buku kedua ini benar-benar menarik karena Maggie dan Farid masuk ke dunia Inkworld ciptaan Fenoglio yang pada akhir buku pertama ikut terbawa masuk ke dalam bukunya sendiri. Staubfinger yang telah kembali ke Tintenwelt berkat Orpheus yang memiliki kemampuan sama seperti Mo dan Maggie.
Intinya di buku kedua ini bener-bener ditunjukkan dunia Inkworld yang sebenarnya. Bagaimana saat ini cerita sudah berkembang tidak karuan jauh dari tulisan asli Fenoglio akibat hilangnya Staubfinger, Capricorn, Basta yang hilang ke dunia manusia tanpa sengaja oleh Mo di buku pertama dan Resa, ibu Maggie yang hilang kedalam buku sebagai gantinya, selama 10 tahun. Dimana keindahan dan kekelaman dalam dunia Fenoglio tersebut berusaha dikembalikan oleh tulisan Fenoglio dan suara Meggie, namun selalu saja tidak pernah dapat berjalan sesuai harapan. Kembalinya Mortola dan Basta, Kerajaan Kegelapan Natternkopf, Paduka Tertawa Kerajaan Ombra, usaha mengembalikan Pangeran Rupawan Cosimo dari kematian, hingga hubungan romantis Maggie dan Farid, kembalinya suara Resa dan legenda Gagak Biru yang dibuat Fenoglio berdasarkan sosok Mo selama Fenoglio menjadi penyair dalam kurun setahunnya ia di dalam ceritanya sendiri.
Kece! Buku Inkdeath sudah menunggu, akhir cerita buku kedua yang twisted & cliffhanger membuat saya penasaran pengen cepet baca lanjutannya, tapi masih males baca. Nunggu ngumpulin niat lagi sambil diselingin baca yang agak ringan dulu,soalnya baca buku ini memang perlu effort meskipun ceritanya fantasi :))
Meskipun tetep sih ciri khas dari buku seri trilogi Inkworld ini, yaitu buku ini ga bisa dibaca cepet karena ceritanya yang dark + complicated dan buku ini lumayan tebel buat saya (males effort baca 675 halaman). Setidaknya di buku kedua ini alur ceritanya jelas dan ga terlalu banyak deskripsi dari kegiatan yang kurang perlu kayak buku pertama. Rasanya saya pengen berhenti ditengah jalan bacanya saking bosennya :))
Kalau cerita di buku pertama cuma berfokus pada Mo, Maggie, Elinor, dan Staubfinger yang melarikan diri dari kejaran Capricorn, Basta dan anak buahnya di dunia manusia. Buku kedua ini benar-benar menarik karena Maggie dan Farid masuk ke dunia Inkworld ciptaan Fenoglio yang pada akhir buku pertama ikut terbawa masuk ke dalam bukunya sendiri. Staubfinger yang telah kembali ke Tintenwelt berkat Orpheus yang memiliki kemampuan sama seperti Mo dan Maggie.
Intinya di buku kedua ini bener-bener ditunjukkan dunia Inkworld yang sebenarnya. Bagaimana saat ini cerita sudah berkembang tidak karuan jauh dari tulisan asli Fenoglio akibat hilangnya Staubfinger, Capricorn, Basta yang hilang ke dunia manusia tanpa sengaja oleh Mo di buku pertama dan Resa, ibu Maggie yang hilang kedalam buku sebagai gantinya, selama 10 tahun. Dimana keindahan dan kekelaman dalam dunia Fenoglio tersebut berusaha dikembalikan oleh tulisan Fenoglio dan suara Meggie, namun selalu saja tidak pernah dapat berjalan sesuai harapan. Kembalinya Mortola dan Basta, Kerajaan Kegelapan Natternkopf, Paduka Tertawa Kerajaan Ombra, usaha mengembalikan Pangeran Rupawan Cosimo dari kematian, hingga hubungan romantis Maggie dan Farid, kembalinya suara Resa dan legenda Gagak Biru yang dibuat Fenoglio berdasarkan sosok Mo selama Fenoglio menjadi penyair dalam kurun setahunnya ia di dalam ceritanya sendiri.
Kece! Buku Inkdeath sudah menunggu, akhir cerita buku kedua yang twisted & cliffhanger membuat saya penasaran pengen cepet baca lanjutannya, tapi masih males baca. Nunggu ngumpulin niat lagi sambil diselingin baca yang agak ringan dulu,soalnya baca buku ini memang perlu effort meskipun ceritanya fantasi :))
One of my favourite books of all time. I love the trilogy, but this one broke my heart. I love the story, I love the characters, I love the world where it takes place and, specially, I love Dustfinger.
So, when I found out this audiobook, with Brendan Fraser as a narrator, I couldn't help myself and I got it. I immediately fell in love with Brendan's voice. So soft, and hushed. His interpretation is brilliant. I'm really enjoying it.
I recommend this trilogy to anyone who loves books, and books where they talk about books, to anyone who loves fairytales, and, overall, to anyone who's ready for an adventure.
So, when I found out this audiobook, with Brendan Fraser as a narrator, I couldn't help myself and I got it. I immediately fell in love with Brendan's voice. So soft, and hushed. His interpretation is brilliant. I'm really enjoying it.
I recommend this trilogy to anyone who loves books, and books where they talk about books, to anyone who loves fairytales, and, overall, to anyone who's ready for an adventure.
Beautiful prose, great character development. I like how this book really built upon the first and expanded the world-building. The audiobook is so well read. Might tie my love for His Dark Materials as my favorite YA fantasy series.
adventurous
tense
medium-paced
I love this book a lot and have read it many times. Meggie and Farid is pushed a liiiiittle too much but the inkworld is so enjoyable.
adventurous
dark
hopeful
mysterious
tense
slow-paced
Plot or Character Driven:
A mix
Strong character development:
Complicated
Loveable characters:
Yes
Diverse cast of characters:
Yes
Flaws of characters a main focus:
No