Reviews

The Sea Speaks His Name by Leila S. Chudori

reyya's review against another edition

Go to review page

dark emotional inspiring mysterious sad tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes

5.0

anarielf's review against another edition

Go to review page

5.0

This book is so beautiful. Beautifully written. Nggak terlalu banyak kalimat yang menyerukan kesedihan secara langsung tapi kesedihan yg dirasakan ttp tersampaikan.

This book drives me crazy. Like, really. My head and eyes hurt so much till now that i don't know when im gonna recover mentally.

yangjingga22's review against another edition

Go to review page

sad slow-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

5.0

rismajw's review against another edition

Go to review page

5.0

This book has too many feelings, it's written very well that sometimes I don't want to put it down.

To Mba Leila, thank you for creating a masterpiece.
I definitely recommend this, and I believe it's really worth reading.

There are so many new things that I didn't know exists in this country and world, and yep this book really did great for that. Really left me felt so empty after reading it, and of course a good kind of empty.

Now, it's hard to read a book because my soul definitely still lingers on this book, will read more of Mba Leila's works soon of course!

itsherbook's review against another edition

Go to review page

5.0

Laut Bercerita

Aku tidak menyangka bahwa ‘kegelapan’ dan ‘kekelaman’ pernah benar-benar ada. Terdeskripsikan secara detail namun tetap ringan dipahami oleh aku, yang setengah tidak percaya namun akhirnya turut meneteskan air mata. Turut sedih dengan segala kekejaman yang ada.

Selain mengagumi dengan bagaimana Penulis menceritakan (tanpa kata) ttg sosok Laut yang sempurna sebagai seorang Kakak, Anak, Teman, Kekasih dan tentunya Pejuang Keadilan.
Aku juga kagum dengan bagaimana Penulis memilih diksi saat Asmara terpesona pada Alex di dapur sore itu.

Laut Bercerita, tentang harapan, perjuangan, satu langkah, dan kesunyian. Meski alur ceritanya maju mundur, sungguh tak mengurangi apapun, justru menambah campur aduk hatiku, berharap Mas Laut akan kembali, menikmati Tengkleng masakan Ibu di Minggu sore bersama vinyl The Beatles ‘Come Together’.

Mas Laut, aku tugaskan Ikan Pari untuk menemanimu, di dasar sana meski gelap tidaklah kelam.
Mas Laut tau itu.

dianlisa's review against another edition

Go to review page

5.0

Emosional. Turut bersimpati & berduka untuk korban & keluarga yg ditinggalkan. Tanpa pergerakan aktivis kala itu boleh jadi negeri kita masih di bawah bayang2 kediktatoran penguasa.

eightjuly's review against another edition

Go to review page

dark emotional mysterious sad tense

5.0

wherethewidlies's review against another edition

Go to review page

challenging dark emotional informative reflective sad tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

5.0

berceritalah kepada alam Mas Laut, masih banyak yang menunggu cerita mu

lengkawa's review against another edition

Go to review page

dark emotional hopeful inspiring sad tense fast-paced

5.0

itzreibrary's review against another edition

Go to review page

4.0

“Yang paling sulit adalah menghadapi ketidakpastian. Kami tidak merasa pasti tentang lokasi kami, kami tak merasa pasti apakah kami akan bisa bertemu dengan orang tua, kawan dan keluarga kami, juga matahari, kami tak tahu pasti apakah kami akan dilepas atau dbunuh; dan kami tidak tahu secara pasti apa yang sebetulnya mereka inginkan selain meneror dan membuat jiwa kami hancur…” – Alex Perazon.

Air mata saya  bukan hanya untuk Biru Laut dan keluarganya. Tetapi untuk semua yang menghilang dan dihilangkan, semua yang telah berjuang namun tak tahu bahwa perjuangan mereka telah membuahkan  hasil.
Hasil karya luar biasa apik, personal dan amat menyentuh. Dilengkapi dengan bahasa penuturan yang indah, membuat novel ini membekas dalam di hati saya. .
.
.
“Aku cemburu pada pasir putih Situbondo yang diperbolehkan memeluk dan mencium kakinya. Aku juga ingin menjadi pasir dan menempel di antara jari-jari kakinya.” -Biru Laut untuk Ratih Anjani.