Scan barcode
nasyareadsthings's review
adventurous
challenging
dark
emotional
informative
inspiring
lighthearted
reflective
sad
medium-paced
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? It's complicated
5.0
heavenlyrealms's review
5.0
No thought head empty. Benar-benar kosong dan mencelos setelah menyelesaikan buku ini. Rasanya emosi seperti dikuras habis, hati seperti dicabik-cabik oleh kengerian dan rasa jijik yang menjalar di seluruh tubuh. Selain itu juga rasa geram dan amarah atas semua yang terjadi.
Aku tidak ingin berkomentar banyak karena buku ini sangat SANGAT BAGUS meskipun emosi pembaca sangat dipermainkan (pun kisah ini nyata adanya).
Magi, kamu seorang pahlawan. Perjuanganmu untuk perempuan tidak akan sia-sia. Dan memang, orang gila harus dihadapi dengan hal yang lebih gila lagi.
Aku tidak ingin berkomentar banyak karena buku ini sangat SANGAT BAGUS meskipun emosi pembaca sangat dipermainkan (pun kisah ini nyata adanya).
Magi, kamu seorang pahlawan. Perjuanganmu untuk perempuan tidak akan sia-sia. Dan memang, orang gila harus dihadapi dengan hal yang lebih gila lagi.
lattenightread's review against another edition
adventurous
inspiring
tense
fast-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? It's complicated
4.0
ativonmi's review
5.0
5/5⭐
Beneran se-emosional itu waktu Saya mulai baca ini, marah sama pilihan Ama Bobo, marah sama kejahatan Leba Ali, marah sama Kakaknya Magi si Rega yang nggak bisa ngapa-ngapain, beneran pingin ngamuk banget rasanya. Padahal Saya hanya membaca kisah ini, bagaimana dengan orang-orang yang merasakan hal ini seperti Magi?? Membayangkan kawin tangkap saja sudah membuat Saya bergidik ngeri, apalagi sampai mengalami hal seperti Magi Diela, yang sampai berkali-kali kena pukul segala macam???
Meskipun begitu, Magi memang betul-betul berani, berani melawan, berani menyadari bahwa tak selamanya adat istiadat yang tertanam itu baik dan harus dihentikan. Cita-cita sederhana Magi yang ingin tanah kelahirannya menjadi lebih baik, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun dalam segi gender equality beneran buat Saya merasa tersentuh setiap membacanya.
Semoga di masa selanjutnya tidak ada lagi Magi-Magi lain baik di Sumba, NTT maupun Indonesia sendiri.
Beneran se-emosional itu waktu Saya mulai baca ini, marah sama pilihan Ama Bobo, marah sama kejahatan Leba Ali, marah sama Kakaknya Magi si Rega yang nggak bisa ngapa-ngapain, beneran pingin ngamuk banget rasanya. Padahal Saya hanya membaca kisah ini, bagaimana dengan orang-orang yang merasakan hal ini seperti Magi?? Membayangkan kawin tangkap saja sudah membuat Saya bergidik ngeri, apalagi sampai mengalami hal seperti Magi Diela, yang sampai berkali-kali kena pukul segala macam???
Meskipun begitu, Magi memang betul-betul berani, berani melawan, berani menyadari bahwa tak selamanya adat istiadat yang tertanam itu baik dan harus dihentikan. Cita-cita sederhana Magi yang ingin tanah kelahirannya menjadi lebih baik, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun dalam segi gender equality beneran buat Saya merasa tersentuh setiap membacanya.
Semoga di masa selanjutnya tidak ada lagi Magi-Magi lain baik di Sumba, NTT maupun Indonesia sendiri.
petiteshelf's review
5/5.
Culture VS Women’s right and will.
Selain diajak untuk mengikuti perjalanan Magi Diela yang menuntut hak perempuan, buku ini juga mengajak pembaca untuk menyelami adat dan budaya dari Sumba. Sungguh ironi membayangkan Leba Ali yang dijunjung tinggi oleh masyarakat karena ia laki-laki dan bermateri, sedangkan Magi untuk memperjuangkan haknya saja harus menyakiti dirinya sendiri terlebih dahulu. Untuk bahasa yang digunakan, aku akui memang sedikit membingungkan tapi setelah membaca sekitar 100 halaman, aku menjadi terbiasa dengan bahasanya.
Culture VS Women’s right and will.
Selain diajak untuk mengikuti perjalanan Magi Diela yang menuntut hak perempuan, buku ini juga mengajak pembaca untuk menyelami adat dan budaya dari Sumba. Sungguh ironi membayangkan Leba Ali yang dijunjung tinggi oleh masyarakat karena ia laki-laki dan bermateri, sedangkan Magi untuk memperjuangkan haknya saja harus menyakiti dirinya sendiri terlebih dahulu. Untuk bahasa yang digunakan, aku akui memang sedikit membingungkan tapi setelah membaca sekitar 100 halaman, aku menjadi terbiasa dengan bahasanya.
yuliyono's review
4.0
#BacapakeKuping, dengerin via Storytel
Setelah kelar baca, lalu pengarangnya menyulut kontroversi soal likes IG-nya gal gadot.
Setelah kelar baca, lalu pengarangnya menyulut kontroversi soal likes IG-nya gal gadot.
ipho_o2's review
adventurous
challenging
dark
emotional
hopeful
informative
inspiring
reflective
relaxing
sad
tense
medium-paced
- Plot- or character-driven? Plot
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
4.5
Dian Purnomo, melalui Magi Diela, menyurat kepada dunia, menuntut keadilan kepada kaum perempuan.
Saya selalu senang membaca novel yang bertemakan budaya. Sebab, penulisannya senantiasa gamblang, eksplisit, dan jujur. Juga, sarat akan riset mendalam mengenai kultur dan adat setempat. Hal ini pula lah yang saya temui dalam buku ini.
Ada hal menarik dalam cara penulis memberikan hook di setiap bab-bab pendek, lewat kisah Magi Diela yang mencoba mencurangi kematian dan melawan adat, dari pada harus menjadi istri dari lelaki mata keranjang.
Meskipun terkesan ada yang mengganjal, tapi secara umum, buku ini meninggalkan rasa pahit dan manis saat dibaca. Mengajarkan saya untuk mewariskan adat sewajarnya saja, dan tidak berusaha untuk mengurangi hak dan kewajiban manusia manapun dalam hidupnya. Saya ikut merasa deg-degan dengan Magi Diela, sang perempuan gila, lewat aksinya yang berhasil membuatnya lepas dari lubang jarum penyiksaan hingga dua kali.
Terakhir, saya berpesan, saya senantiasa berdoa dan berharap, kita semua dapat hidup dengan layak sebagaimana manusia. Semoga para perempuan di luar sana, senantiasa diberikan kekuatan dan ketegaran, menghadapi dunia yang senantiasa mencurangi.
Saya selalu senang membaca novel yang bertemakan budaya. Sebab, penulisannya senantiasa gamblang, eksplisit, dan jujur. Juga, sarat akan riset mendalam mengenai kultur dan adat setempat. Hal ini pula lah yang saya temui dalam buku ini.
Ada hal menarik dalam cara penulis memberikan hook di setiap bab-bab pendek, lewat kisah Magi Diela yang mencoba mencurangi kematian dan melawan adat, dari pada harus menjadi istri dari lelaki mata keranjang.
Meskipun terkesan ada yang mengganjal, tapi secara umum, buku ini meninggalkan rasa pahit dan manis saat dibaca. Mengajarkan saya untuk mewariskan adat sewajarnya saja, dan tidak berusaha untuk mengurangi hak dan kewajiban manusia manapun dalam hidupnya. Saya ikut merasa deg-degan dengan Magi Diela, sang perempuan gila, lewat aksinya yang berhasil membuatnya lepas dari lubang jarum penyiksaan hingga dua kali.
Terakhir, saya berpesan, saya senantiasa berdoa dan berharap, kita semua dapat hidup dengan layak sebagaimana manusia. Semoga para perempuan di luar sana, senantiasa diberikan kekuatan dan ketegaran, menghadapi dunia yang senantiasa mencurangi.
xyifa's review
5.0
This book is soo eye opening. I will pray to God day and night this tradition will fade away. Poor Magi and many other women that have to experience this violence sugarcoated in the name of tradition.