You need to sign in or sign up before continuing.

254 reviews for:

Gadis Kretek

Ratih Kumala

3.97 AVERAGE

rasla's review

4.0
slow-paced
emotional inspiring lighthearted sad fast-paced
Plot or Character Driven: A mix
Strong character development: Yes
Loveable characters: Complicated
Diverse cast of characters: Yes
Flaws of characters a main focus: Yes
onemoorepage's profile picture

onemoorepage's review

4.0

Historical fiction pertama yang aku baca!
Secara keseluruhan bercerita tentang perkembangan kretek sejak zaman penjajahan, dimana dua pengusaha kretek saling bersaing. Aku kira awalnya ini tentang seorang perempuan yang kecanduan merokok, tapi ternyata bukan. Penulisannya yang ringan dan ilustrasi yang disajikan membuat kita mudah memahami maksud penulis. Sepertinya penulis banyak research tentang kretek ini, sampe aku bingung ini kisah nyata atau bukan ya.
dark informative medium-paced
Plot or Character Driven: Character
Strong character development: No
Loveable characters: Complicated
Diverse cast of characters: No
Flaws of characters a main focus: Yes
adventurous emotional medium-paced
Plot or Character Driven: Character
Strong character development: Yes
Loveable characters: No
Diverse cast of characters: Yes
Flaws of characters a main focus: No
adventurous emotional inspiring medium-paced
Plot or Character Driven: Character
Strong character development: Yes
Loveable characters: Yes
Diverse cast of characters: Complicated
Flaws of characters a main focus: Yes

thebookclubmks's review


Raja, pemilik perusahaan rokok bear Djagad Raja sakit parah, dan nama Jeng Yah terus menerus keluar saat dia mengigau. Sebuah nama yang tidak diketahui ketiga anaknya Kebas, Karim, dan Tegar, tapi membuat istrinya terbakar kecemburuan. Demi ketenangan sang bapak, ketiga anak Raja akhirnya memutuskan mencari Jeng Yah. Pencarian yang membuat kita kembali ke masa lalu, melewati tiga generasi, sejarah panjang industri rokok dan Indonesia.

Novel ini kemudian membawa kita jauh ke masa akhir kolonial Belanda, masuknya Jepang membuat pabrik klobot, rokok zaman dulu yang dibungkus kulit jangung, tempt Idroes bekerja bangkrut. Kehilangan pekerjaan ditambah keinginan untuk mempersunting pujaan hati, membuat dirinya memutuskan untuk belajar menulis dan membaca, sekaligus merintis perusahaan rokok sendiri yang tentunya menghadapi banyak rintangan.

Hingga akhirnya anak pertama Idroes lahir, tumbuh bear dilingkungan pabrik rokok, menjadikan gadis cantik ini sangat mengerti tentang rokok. Tak hanya proses pembuatan saja, dia bahkan dapat dengan mudah merasai rokok yang baik dan yang tidak, keahlian ini yang kemudian dia gunakan untuk membangun merek rokok sang ayah makin terkenal di pasaran. Sampai akhirnya dia berhasil membantu sang ayah membuat merek rokok baru yang dinamai "kretek gadis". Namun di atas itu semua, rokok lintingan tangan miliknya yang menjadikan dirinya dipuja banyak orang. Anak Idroes ini, kemudian jatuh hati pada seseorang pria miskin yang bekerja di pasar malam. Permasalahan kemudian muncul kala si pria membangun merek rokok sendiri dengan bantuan partai PKI, keterlibatannya ini kemudian membuatnya menjadi buronan kala peristiwa G30S/PKI terjadi.

Tak melulu soal masa lalu, novel ini juga menceritakan perjuangan ketiga pewaris pabrik rokok Djagad Raja, tak hanya dalam menyelesaikan permintaan sang ayah, tapi juga dalam mencapai impian masing-masing, dan mempertahankan merek rokok milik ayah mereka.

Meski menjadikan rokok sebagai tema utama, tapi novel ini berhasil membawa kita jauh ke berbagai zaman di Indonesia, mulai dari kolonial Belanda, masuknya Jepang, kemerdekaan, hingga G30S/PKI. Tak hanya itu, novel ini juga memperlihatkan proses pembuatan rokok, perkembangan pemasaran, hingga bagaimana industri rokok tumbuh dan berkembang di Indonesia, sebuah industri yang memiliki sejarah lebih panjang dari yang kita kira.
oathkyr's profile picture

oathkyr's review

3.0
emotional funny mysterious tense fast-paced
Plot or Character Driven: A mix
Strong character development: Complicated
Loveable characters: Yes
Diverse cast of characters: N/A
Flaws of characters a main focus: N/A

the book starts off pretty enjoyable. dibuka dari romo yang sudah sakit dan mengharapkan bisa bertemu dengan orang misterius bernama jeng yah. mengenali perusahaan kretek yang dimiliki oleh keluarganya, anak-anaknya romo, dan di gandeng rasa penasaran mengetahui siapa orang misterius ini. ada segenggam momen yang aku sukain dari buku ini.

don't get me wrong, aku nikmatin dinamika antara anak-anaknya romo dan mengenal lebas dengan baik. tapi rasanya itu gak se-necessary mengenal karakter-karakter di sekitar dasiyah. endingnya terburu-buru
semenjak masuk ke era 65. padahal punya potensial untuk menjadi bagian yang gak kalah menarik digali, namun hanya berakhir jadi footnote saja. diberitahukan poin poin penting kejadian oleh rukaya.

overall it's an okay read. buatku buku ini sangat biasa saja, mungkin aku akan lebih menyukai bukunya jika lebih immersif. sebagian besar cerita seakan-akan tertulis superti keterangan kejadian, gak begitu membiarkan pembaca jadi spons untuk menyerap latar dunianya. Itu mungkin kenapa bagian upaya-upaya idries moeria membangun usahanya di beberapa bab awal dan saat dasiyah jatuh hati dengan kretek itu momen yang kusuka dari kisahnya.

Expand filter menu Content Warnings

I tried very hard to like this as it represented my first foray into Indonesian fiction. The blurb and the cover are products of good design and credit should be given where they are due, but there is only so much one can do when the narrative refuses to meet the reader halfway. To be blunt, the story was just a story - of events happening consecutively, of people doing mildly interesting things. An unconvincing sense of awkwardness pervades and causes dissatisfaction. It felt like a young adult trying to write adult fiction.

There were too few and fleeting references to Indonesia's independence from the Dutch, and the troubles of Indonesia's postcolonial transition, that at times it seemed inconsequential where the tale actually happened, so detached it was from the surrounding circumstances, and when they occurred came so out of the blue to be awkward. The small details anchoring the story regularly prove the most fascinating - the Javanese names for cigarettes (klobot, cone-shaped, wrapped in dried cornhusks, or the more modern kretek, clove cigarettes wrapped in thin paper), the labour-intensive manufacturing process without machinery, the rituals of weddings and child births (the family burying the placenta of a newborn and guarding it day and night, panicking when it was stolen). There should have been more of it It is a story about a small town, the growing ambitions of its local businessmen, the meeting of tradition and modesty with modernity, fairly naive young romance, a time in and out of history where politics were literally bloody. A more sensory enactment would've been riveting, the pen conjuring up smells, noises, the strange idyll created between lovers - historical fiction demands immersion as part of its charm.

The style is the story's greatest weakness. Characters and plot points were weakly propped up by too much telling and not enough showing. Kumala falters when it comes to character creation and narrative timing. The tale moves through a succession of 'X said/felt/thought this' or 'this happened and then this happened', with a distinctive lack of character/colour. There is almost no sense of interiority. Eager as the author might be to describe their interactions, frustrations and motivations, they never feel truly alive, a clumsy product of character and not person. One does not feel the steel of danger at moments of crisis or the pain of heartbreak. The modern timeline gave an interesting glimpse of Indonesia as a westernised metropolis (Bob Marley music and other Americanisms, indie film-making) but the 'protagonist', as he may be, was annoying and unlikeable. There are some fascinating turns and details - for instance, the various aspects Jeng Yah had to learn to eventually manage her own tobacco business - choosing quality cloves and tobacco, making the brand-distinctive sauce, rolling the cigarette and sealing the kretek with her own spit - those bright points of narration showed for a moment that world as it might have been and lifted the narrative from its tedious plodding.
shirasuki's profile picture

shirasuki's review

3.0
adventurous emotional mysterious reflective tense slow-paced
Plot or Character Driven: Plot
Strong character development: No
Loveable characters: No

Cerita Gadis Kretek benar-benar menarik perhatianku sejak awal. Jujur sukaaa banget kalau baca cerita gini di mana tokoh utama mencari tahu sesuatu yang terjadi di masa lalu. 

Dan di sini Lebas serta kakak-kakaknya mencari keberaan Jeng Yah. Dari segi cerita aku suka, tapi dari tulisan menurutku kurang, mungkin style penulisannya emang nggak cocok sama preferensiku, aku lanjut karena benar-benar penasaran dengan Jeng Yah. 

Yang justru sangat membuatku kecewa ketika dia ternyata sudah tiada😭 mungkin karena terlalu semangat ingin sekali melihat bagaimana reaksi Jeng Yah saat tahu soal Raja. But well.. :'(

Tapi walau begitu, ceritanya memang tetap bagus dan worth to read!