Reviews

Yang Bertahan dan Binasa Perlahan by Okky Madasari

auliatriutamiii's review against another edition

Go to review page

4.0

Yang Bertahan dan Binasa Perlahan (196 hlm)
Penulis: Okky Madasari
Editor: Dwi Ratih Ramadhany
Ilustrator: Restu Ratnaningtyas
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2017

13/30
"Jangan mudah termakan opini yang dibangun media massa dan orang-orang yang berkuasa. Jangan biarkan orang baik menjadi korban.” (hlm. 138)
-
Awalnya ku kira ini novel, karna saat membaca kisah Bandiman berharap akan ada terusannya. Dan baru ngeh kalo buku ini berisi cerita-cerita pendek saat membaca di bagian Janin. 'Ooh beda-beda cerita ternyata' batinku.

Ada 19 cerita pendek dalam buku ini. Dan semua nya meninggalkan kesan dan pesan yang berbeda-beda di hati. Ada bagian dimana aku harus mengerutkan kening karna untuk memahami pesan di dalam cerita butuh waktu lama. Ada juga yang membuat aku terharu sampai mau nangis. :" heuheu.

Cerpen yang judulnya dipakai dalam buku ini menjadi salah satu yang terbaik menurutku. Menceritakan tentang perjalanan menyeberang pulau, dengan iming-iming hidup sejahtera disana. Ini salah satu cerpen yang bikin aku nangis. Sampe di bilang sama umi 'gausah nangis juga kali bacanya..' wkwk
-
Konflik sosial menjadi topik utama di dalam cerpen-cerpen ini. 'Ada yang melawan dan bertahan, ada yang lari dan menyembunyikan diri, ada yang tak punya pilihan selain binasa perlahan.'

Buku nya bagus ya ternyata. Gaya bahasa nya enakeun. Nggak pake basa-basi. Apalagi kisah-kisah yang disajikan begitu dekat dan nyata terjadi di masyarakat. Kalo kata penulisnya, "Menjadi satu upaya kecil untuk menghayati makna kita sebagai manusia." Banyak hikmah yang bisa di petik dari setiap cerpen.

Cerpen favoritku
Yang Bertahan dan Binasa Perlahan, Janin, Pemain Topeng, Di ruang sidang, Laki-laki di Televisi dan Saat manusia berbaris di Kota ku.

"Siapapun boleh menghina kita, tapi tak satupun boleh menghina agama kita. Apalagi kalau dia kafir." (hmn. 190)

Recomended lah pokoknya.

Rating: 4/5

luzbella's review against another edition

Go to review page

dark informative inspiring lighthearted reflective slow-paced

4.5

literautres's review

Go to review page

dark emotional sad tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

4.0

saya gagal. saya tak berhasil menjadi orang yang berbahagia. segalanya hanya saya jalani sebagai ketelanjuran. saya terperangkap.

(kutipan dari 'bahagia bersyarat')


sekumpulan cerita pendek (19 cerita) yang semuanya nunjukkin kompleksitas manusia dan betapa susah dan sulitnya untuk memenuhi kebutuhan dasar sebagai manusia. selama baca aku nggak berhenti-berhenti mikir hadeh susah banget ya jadi manusia. kenapa ya kita harus jadi manusia? kayanya enakan jadi kucing aja. atau batu. terus, sebenernya kita tuh dari dulu sekompleks ini, atau sebenernya semakin maju zaman kita malah semakin nyusahin diri sendiri dan kaum kita sendiri? buku yang nggak aku rekomendasikan buat dibaca lewat tengah malem soalnya jadi overthinking terus kalopun bisa tidur bangun-bangun ngerasa nggak ada gunanya lagi aku menjalani hari haha.

tapi aku suka semua cerita-ceritanya dan premis-premisnya. ada yang bikin merinding, ada yang bikin nangis, ada yang bikin hampa, ada yang bikin marah dan jijik, ada yang bikin ngerasa putus asa, ada yang bikin syok, ada yang bikin bertanya-tanya alias aku jadi nebak-nebak sendiri endingnya atau tentang apa sebenarnya ceritanya, lengkap. penulisannya menurut aku bagus soalnya ini ceritanya pendek-pendek tapi entah kenapa aku ngerasa inti setiap cerita tetep sampe dan nggak ada yang kerasa kayak 'kosong' gitu dan semua ceritanya tetep masuk ke dalam tema utama, manusia-manusia yang bisa bertahan menghadapi kehidupan meski at what cost gt karena yang kesisa dari diri manusia tersebut jg nyaris gaada atau akhirnya ya gaada sama sekali atau 'binasa'.

beberapa cerita favoritku, in no particular order:
- yang bertahan dan binasa perlahan
- pemain topeng
- patung dewa
- akad
- riuh
- perempuan pertama
- sarap
- bahagia bersyarat

beberapa trigger warning / content warning yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan sebelum baca kumpulan cerita ini: bunuh diri, kematian, pembunuhan, terorisme, pelecehan seksual. 

Expand filter menu Content Warnings

aniz_09's review against another edition

Go to review page

3.0

"Tapi dalam keterhinaan itu, aku menemukan kebenaran."

Buku ini mengandungi 19 cerita pendek yang mengangkat isu perjuangan dan ujian sebagai manusia. Ada yang mampu bertahan, dan ada yang rebah dengan dugaan. Ceritanya diangkat daripada banyak perspektif berbeza, daripada janin dalam rahim sehinggalah kepada kisah orang tua.

platonikiy's review against another edition

Go to review page

challenging emotional hopeful reflective sad tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? N/A
  • Loveable characters? N/A
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

Seseorang pernah mengatakan kalau membaca cerita pendek itu seperti mengintip kehidupan seseorang melalui sebuah jendela kecil. You never get the full story, only a glimpse of what they show you at that moment. Dan koleksi ini terasa persis seperti itu.

My favorites : Janin, Partai Pengasih, Patung Dewa, Perempuan Pertama, Bahagia Bersyarat (I really like how this one ends), Dua Pengantin, Akad

3.5 stars

arviamaharhani's review against another edition

Go to review page

5.0

Keren banget!
Aku gak terlalu suka baca kumcer, tapi buku ini menyajikan cerita pendek yang unik2. Meskipun ceritanya pendek, tapi berhasil menyampaikan pesan kepada pembacanya!
Cerita yang paling berbekas: janin, di ruang sidang, dan saat ribuan manusia berbaris di kotaku!

andreasp's review against another edition

Go to review page

3.0

My favorites are: Yang Bertahan dan Binasa Perlahan and Saat Ribuan Manusia Berbaris di Kotaku.

nookatdusk's review against another edition

Go to review page

5.0

Cerpen yang ditulis sungguh menarik karena mengangkat sudut pandang yang berbeda di setiap ceritanya, namun menceritakan kejadian yang terjadi sehari-hari. Mengangkat kisah-kisah yang ditulis dari sisi lain kehidupan.

Empatiku sebagai pembaca jadi diasah menjadi lebih baik sehingga melihat suatu kejadian hidup bukan hanya dari satu sisi.

littlesomebody's review against another edition

Go to review page

4.0

Beberapa cerita, seperti JANIN dan HASRAT benar-benar mengusik perasaan nyaman saya. Yang saya suka, Okky Madasari enggak selalu menulis dari perspektif orang "baik", whatever the hell ukuran yang dipakai untuk menentukan orang baik atau jahat. Dalam antologi ini, ada seorang pengecut, dua orang teroris keagamaan, sebuah patung dengan roh yang didewakan, dan banyak tokoh-tokoh lainnya. Beberapa interaksi bikin saya ketawa, beberapa bikin saya terenyuh, beberapa lainnya bikin saya meringis. Layak dibaca.

ayundabs's review against another edition

Go to review page

3.0

Kumpulan cerpen yang sangat menarik, tapi beberapa kurang berkesan di hati. Cerpen pertama dari koleksi ini, yang juga merupakan judul dari buku ini, mungkin adalah cerpen yang paling panjang. Sebagian dari cerpen yang lain terasa sangat pendek, dan itu sedikit masalah bagi saya karena saya lebih suka cerita-cerita yang membuat saya bisa terhubung dengan karakternya, dan untuk bisa merasakan seperti itu kita harus bisa mengenal karakternya terlebih dahulu, dan jika sebuah cerita terlalu pendek, kita kurang mengenal dan bisa relate dengan karakter-karakternya.

Namun banyak sekali tema dan hal-hal yang diungkapkan dalam cerpen-cerpen ini yang sangat menarik dan dikemas dengan penuturan yang bagus juga. Mulai dari pedofilia, hamil di luar nikah, imigrasi, politik, agama...

Beberapa cerpen favorit saya: Perempuan Pertama, dan Bahagia Bersyarat (yang termasuk pendek tapi terasa ngena banget di endingnya). Buku ini menunjukkan gaya bahasa Okky Madasari yang indah, dan membuatku ingin membaca buku-bukunya yang lain.

Bookmarks:
'Tua itu apa? Kita hanya menjadi tua kalau sudah tak tahu lagi cara jatuh cinta.' (p.177)