Scan barcode
obanlord's review against another edition
4.0
Tiene una narrativa excelente, por partes algo lenta pero definitivamente te atrapa. no hay mucho mas que decir
misskodiereads's review
2.0
changed my rating on this to two stars because looking back over everything iโve read this year and trying to pick favourites i realized iโve come to hate this book
daburckin's review
5.0
elio manages to be the complete opposite of me at 17 and yet all too painfully relatable in his desperation and nostalgia for the present. but would it have been so hard to make the age difference slightly less offensive?
bungadinding's review against another edition
4.0
Sebagian diri saya pengen sebel sama Elio karena dia bucin banget dan horny mulu yaelah ๐๐ Di sisi lain, suka sama tulisannya Andre Aciman. Beliau mahir banget menangkap momen-momen emosi besar, kecil, naik, turun, senang, cemas, takut, bergairah, malu, cemburu, semua campur aduk yang seseorang rasakan saat tertarik kepada orang lain.
Agak susah jadinya mau betul-betul sebel sama Elio karena saya pun merasa terhubung dengan sebagian besar emosinya. Terutama waktu dia masih memendam sendiri perasaannya ke Oliver, nggak mengungkapkan ke siapa-siapa, takut ketahuan. Saya bisa relate karena *uhuk* most of the time saya kalau naksir orang mah kurang lebih sama juga, gak pede, malu, jadi seringnya pendem sendiri aja jadi pengagum rahasia dari jauh ๐๐๐ Meskipun nggak ada yang ucapan yang terlontar, jangan salahโemosi dalam hati ini, beuh, siapa bilang tidak intens. Buktinya sampai menghabiskan sepertiga bagian awal buku ini buat mendeskripsikan rasa terpendamnya Elio ๐ธ๐ถ
Saya kurang bisa relate-nya sama perasaan saat emosi itu berbalas, berhubung *uhuk* saya mah seringnya bertepuk sebelah tangan (UDAHAN MBAK CURCOLNYA). Bagian akhir saat di Roma surprisingly jadi bagian favorit saya: refreshing dan plot developmentnya nggak terduga aja. Sumpah jadi pengen juga ngerasain dateng ke book party abis itu gila-gilaan ngabisin malam di kota romantis dan bersejarah di Eropa. But ya it's a BOOK party, more precisely a POETRY BOOK party, jadi isinya baca puisi, ngomongin seni, makan, ngomongin seni, trus pindah minum-minum, ngomongin seni, trus pindah tempat lagi buat ngopi, hahaha dengan kumpulan orang-orang yang berbudaya dan berselera tinggi.
Di kehidupan nyata sih belum tentu juga saya cocok datang ke acara semacam itu. But for this one just let me dream~
Di bagian akhir saya kembali setengah-setengah antara mau iri atau sebel sama Elio. Relatable dengan emosinya saat heart-broken, and then letting go, and then regretting a bunch of what ifs. Tidak relatable saat Elio ternyata tidak sepenuhnya move on bertahun-tahun, because drawing from my experiences, I think I always move on from a broken heart? The process is indeed not easy; painful, long, but eventually, in the end I always let go. Di sisi lain mungkin emang saya yang belum pernah merasa jatuh cinta sekuat dan sedalam Elio. Jadi iri sama Elio karena dapat privilege merasakan jatuh cinta semacam itu :")
Yup, ini review penuh kebaperan dari saya. Sorry for wasting your time reading it ๐๐
Agak susah jadinya mau betul-betul sebel sama Elio karena saya pun merasa terhubung dengan sebagian besar emosinya. Terutama waktu dia masih memendam sendiri perasaannya ke Oliver, nggak mengungkapkan ke siapa-siapa, takut ketahuan. Saya bisa relate karena *uhuk* most of the time saya kalau naksir orang mah kurang lebih sama juga, gak pede, malu, jadi seringnya pendem sendiri aja jadi pengagum rahasia dari jauh ๐๐๐ Meskipun nggak ada yang ucapan yang terlontar, jangan salahโemosi dalam hati ini, beuh, siapa bilang tidak intens. Buktinya sampai menghabiskan sepertiga bagian awal buku ini buat mendeskripsikan rasa terpendamnya Elio ๐ธ๐ถ
Saya kurang bisa relate-nya sama perasaan saat emosi itu berbalas, berhubung *uhuk* saya mah seringnya bertepuk sebelah tangan (UDAHAN MBAK CURCOLNYA). Bagian akhir saat di Roma surprisingly jadi bagian favorit saya: refreshing dan plot developmentnya nggak terduga aja. Sumpah jadi pengen juga ngerasain dateng ke book party abis itu gila-gilaan ngabisin malam di kota romantis dan bersejarah di Eropa. But ya it's a BOOK party, more precisely a POETRY BOOK party, jadi isinya baca puisi, ngomongin seni, makan, ngomongin seni, trus pindah minum-minum, ngomongin seni, trus pindah tempat lagi buat ngopi, hahaha dengan kumpulan orang-orang yang berbudaya dan berselera tinggi.
Di kehidupan nyata sih belum tentu juga saya cocok datang ke acara semacam itu. But for this one just let me dream~
Di bagian akhir saya kembali setengah-setengah antara mau iri atau sebel sama Elio. Relatable dengan emosinya saat heart-broken, and then letting go, and then regretting a bunch of what ifs. Tidak relatable saat Elio ternyata tidak sepenuhnya move on bertahun-tahun, because drawing from my experiences, I think I always move on from a broken heart? The process is indeed not easy; painful, long, but eventually, in the end I always let go. Di sisi lain mungkin emang saya yang belum pernah merasa jatuh cinta sekuat dan sedalam Elio. Jadi iri sama Elio karena dapat privilege merasakan jatuh cinta semacam itu :")
Yup, ini review penuh kebaperan dari saya. Sorry for wasting your time reading it ๐๐
veerleruijgrok's review
2.0
I think the writing in this book is beautiful, I did however find it quite hard to get through
carolinew's review against another edition
emotional
slow-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? Yes
3.75
mmtrue's review
adventurous
emotional
reflective
sad
medium-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? It's complicated
5.0