Take a photo of a barcode or cover
autumnfallreader's Reviews (1.05k)
Buku puisi pertama yang kubaca dan yaaaa aku nggak suka, wkwkkw.
Hal yang oling aku apresiasi dari buku ini adalah ilustrasinya, sih. Bagus aja gtu perpaduan hitam, putih, sama pink. Terus diksinya juga nggak rumit juga, sih. Terus ya pusinya punya alur gitu lho. Aku nggak tahu sih apa setiap buku puisi emang selalu ada alurnya?
Untuk ukuran buku puisi, jelas ini nggak flowery, aku juga mudeng sama isinya walaupun cuman gambaran besarnya. Dan aku tetep nggak tahu apa ada imply meaning tiap bait. Soalnya dulu pas matkul literature dan bgian analisis puisi, aku struggle banget karena tiap bait ada imply meaning-nya. Nah kalau buku ini aku rasa nggak tahu, atau ya emang akunya rada bego aja kali ya kalau puisi. 😂
Puisinya tentang jatuh cinta, patah hati, perpisahan, sama move on. Sejauh yang aku baca, keknya ini bucin aja gtu ke cowoknya, dan pas bagian patah hati itu, cowoknya keknya brengsek juga. Soalnya sumpah, ini pusi seakan dibuat sama orang yang pakung tersakiti gitu tah.
Dan ya preference aja sih inimah, aku nggak bgtu suka sama kebucinan kayak gini, nggak relate. Terus pas baca enggak ada yang bikin aku tersentuh atau gimana. Ya gitu aja sih datar.
Hal yang oling aku apresiasi dari buku ini adalah ilustrasinya, sih. Bagus aja gtu perpaduan hitam, putih, sama pink. Terus diksinya juga nggak rumit juga, sih. Terus ya pusinya punya alur gitu lho. Aku nggak tahu sih apa setiap buku puisi emang selalu ada alurnya?
Untuk ukuran buku puisi, jelas ini nggak flowery, aku juga mudeng sama isinya walaupun cuman gambaran besarnya. Dan aku tetep nggak tahu apa ada imply meaning tiap bait. Soalnya dulu pas matkul literature dan bgian analisis puisi, aku struggle banget karena tiap bait ada imply meaning-nya. Nah kalau buku ini aku rasa nggak tahu, atau ya emang akunya rada bego aja kali ya kalau puisi. 😂
Puisinya tentang jatuh cinta, patah hati, perpisahan, sama move on. Sejauh yang aku baca, keknya ini bucin aja gtu ke cowoknya, dan pas bagian patah hati itu, cowoknya keknya brengsek juga. Soalnya sumpah, ini pusi seakan dibuat sama orang yang pakung tersakiti gitu tah.
Dan ya preference aja sih inimah, aku nggak bgtu suka sama kebucinan kayak gini, nggak relate. Terus pas baca enggak ada yang bikin aku tersentuh atau gimana. Ya gitu aja sih datar.
adventurous
dark
tense
medium-paced
Plot or Character Driven:
Plot
Strong character development:
No
Loveable characters:
Yes
Diverse cast of characters:
Yes
Flaws of characters a main focus:
No
Baca di GD
Waah, ini seru banget siiih. Pada dasarnya aku emang suka cerita investigas dari wartawan gini. Liat mreka struggle cari perizinan, cari informasi dengan akses terbatas karena aparat yang dibungkam, dsb.
Ceritanya diawali dengan anak kecil yang liat Inyiak, konon Inyiak itu makhluk pelindung hutan.
Awalnya, aku nggak begitu tahu cerita ini bakalan dibawa ke mana. Aku bahkan nggak yakin genre cerita ini apa, sampai akhirnya ke korban pertama. Wah aku nggak bisa berenti baca sih dari sana. Bukunya page turning banget.
Dua karakter utama, Timur sama Dima, punya karakter yang oke. Backstory Timur bikin aku simpati banget sama dia. Jadi nggak mau dia kenapa-napa.
Penggambaran Dima sebagai wartawan yang bisa liat segala celah juga tergambarkan dengan jelas di cerita ini. Banyak petunjuk yang disadari sama Dima.
Yang bikin aku suka ceritanya, Dima nggak dibikin OP. Maksudnya, aku sebagai pembaca ikut mikir juga siapa pelakunya. Nggak segalanya dijejalkan sama di buku dengan narasi yang telling. Tapi dengan petunjuk-petunjuk kecil tetep bikin aku ngerti dan paham dan akhirnya tahu sendiri siapa pelakunya bahkan sebelum di cerita itu di reveal. Dan emang pelakunya jelas sih dari awal.
Klimaksnya juga bkin tegang bangeeet. Nggak ada obat aku deg2an banget waktu baca. Takut kenapa-napa sama dua tokoh kesayangan ini.
Paling yang kurang tuh setelah klimaks ya. Mksdku, itu tuh terlalu panjang panjang yang bikin eskalasi ceritanya menurun drastis. Tapi aku tetep suka dengan endingnya.
Waah, ini seru banget siiih. Pada dasarnya aku emang suka cerita investigas dari wartawan gini. Liat mreka struggle cari perizinan, cari informasi dengan akses terbatas karena aparat yang dibungkam, dsb.
Ceritanya diawali dengan anak kecil yang liat Inyiak, konon Inyiak itu makhluk pelindung hutan.
Awalnya, aku nggak begitu tahu cerita ini bakalan dibawa ke mana. Aku bahkan nggak yakin genre cerita ini apa, sampai akhirnya ke korban pertama. Wah aku nggak bisa berenti baca sih dari sana. Bukunya page turning banget.
Dua karakter utama, Timur sama Dima, punya karakter yang oke. Backstory Timur bikin aku simpati banget sama dia. Jadi nggak mau dia kenapa-napa.
Penggambaran Dima sebagai wartawan yang bisa liat segala celah juga tergambarkan dengan jelas di cerita ini. Banyak petunjuk yang disadari sama Dima.
Yang bikin aku suka ceritanya, Dima nggak dibikin OP. Maksudnya, aku sebagai pembaca ikut mikir juga siapa pelakunya. Nggak segalanya dijejalkan sama di buku dengan narasi yang telling. Tapi dengan petunjuk-petunjuk kecil tetep bikin aku ngerti dan paham dan akhirnya tahu sendiri siapa pelakunya bahkan sebelum di cerita itu di reveal. Dan emang pelakunya jelas sih dari awal.
Klimaksnya juga bkin tegang bangeeet. Nggak ada obat aku deg2an banget waktu baca. Takut kenapa-napa sama dua tokoh kesayangan ini.
Paling yang kurang tuh setelah klimaks ya. Mksdku, itu tuh terlalu panjang panjang yang bikin eskalasi ceritanya menurun drastis. Tapi aku tetep suka dengan endingnya.
adventurous
lighthearted
medium-paced
Plot or Character Driven:
A mix
Strong character development:
Yes
Loveable characters:
Yes
Diverse cast of characters:
No
Flaws of characters a main focus:
Yes
Akhirnya sampai juga ke perjalanan terakhir Legenda Perompak Naga versi Bajra. (Mungkin). Untuk penutup cerita, buku ini memuaskan. Jujur, rasanya nggak rela banget pisah sama Kawanan Naga Hijau yang dinakhodai Bajra ini. Dan lagi, aku masih ingin lihat momen Bajra-Cakrawala. Kayaknya, Bajra emang harus selalu ngurus bocil, yak. Setelah di buk pertama ada Kelana, di buku tiga ini ada Cakrawala.
Pros:
Kalau di buku pertama lebih berfokus ke siapa itu perompak Naga dan eksplor cara kerja kapal, di buku dua mengekplor lautan, sekarang di buku tiga ini mengeksplor Kota Raja. Kalau tiga buku ini digabung, world building-nya jadi near to perfect. Memang dari buku pertama, yang paling kusuka adalah cara kerja sihir di dunia ini juga world building-nya. Kalau ada peta tambah seru lagi, wkwkwk.
Bajra selalu punya hubungan yang manis sama ank kecil, dan di cerita ini dia ditemani Cakrawala. Tiap ada momen meraka tuh manis banget.
Bajra adalah salah satu tokoh cerita yang banyak flaw-nya, tapi loveable. Padahal, biasanya aku kesel sama tokoh yang selalu mengulangi kesalahan yang sama, tapi karena Bajra ini punya backstory yang kuat dan dari buku pertama udah dikenalin banget Bajra ini orangnya seperti apa, aku memahami pilihan-pilihan yang dia ambil.
Cons:
Beberapa hal yang kurang menurutku adalah banyaknya hal seru yang harsnya disuguhkan lebih panjang. Salah satu keunggulan buku ini adalah action pack-nya, sayangnya di buku ini semuanya di skip. Pertempurannya banyak di-cut dan membuat ceritanya terasa terburu-buru ingin cepat selesai.
Karena hal di atas, ending bukunya nggak begitu asyik. Karena terkesan semudah itu dan begitu saja. Kayaknya, buku ketiga ini harus dibuat dua part, soalnya banyak banget hal terjadi di buku ini.
But overall, this book will be one of my favorite book this year.
Pros:
Kalau di buku pertama lebih berfokus ke siapa itu perompak Naga dan eksplor cara kerja kapal, di buku dua mengekplor lautan, sekarang di buku tiga ini mengeksplor Kota Raja. Kalau tiga buku ini digabung, world building-nya jadi near to perfect. Memang dari buku pertama, yang paling kusuka adalah cara kerja sihir di dunia ini juga world building-nya. Kalau ada peta tambah seru lagi, wkwkwk.
Bajra selalu punya hubungan yang manis sama ank kecil, dan di cerita ini dia ditemani Cakrawala. Tiap ada momen meraka tuh manis banget.
Bajra adalah salah satu tokoh cerita yang banyak flaw-nya, tapi loveable. Padahal, biasanya aku kesel sama tokoh yang selalu mengulangi kesalahan yang sama, tapi karena Bajra ini punya backstory yang kuat dan dari buku pertama udah dikenalin banget Bajra ini orangnya seperti apa, aku memahami pilihan-pilihan yang dia ambil.
Cons:
Beberapa hal yang kurang menurutku adalah banyaknya hal seru yang harsnya disuguhkan lebih panjang. Salah satu keunggulan buku ini adalah action pack-nya, sayangnya di buku ini semuanya di skip. Pertempurannya banyak di-cut dan membuat ceritanya terasa terburu-buru ingin cepat selesai.
Karena hal di atas, ending bukunya nggak begitu asyik. Karena terkesan semudah itu dan begitu saja. Kayaknya, buku ketiga ini harus dibuat dua part, soalnya banyak banget hal terjadi di buku ini.
But overall, this book will be one of my favorite book this year.
dark
medium-paced
Plot or Character Driven:
Plot
Strong character development:
No
Loveable characters:
No
Diverse cast of characters:
No
Flaws of characters a main focus:
No
Waktu awal baca konsep pembunuhannya menarik banget. Pake zodiak dan bisa-bisanya kepikiran ke sana. Narasi ceritanya juga yang walaupun enggak konsesten dengan penggunana gue-lo dan aku-kamu di paragraf yang sama, tetep masih bisa dinikmati.
Tapi di seperlima ceritanya aku mulai bosen. Petunjuknya kesebar di mana-mana dan kupikir terlalu maksa banget agar pembaca percaya pelakunya dia. Dan ya aku emang percaya sih keluarga ini rada sus, wkwkwk.
Terus jeng jeng jeng, banyaaak banget twist bermunculan, tumpang tindih, dan jadinya cape bacanya. Rasanya jomplang banget dengan penyelidikan yang nggak maju-maju. Aku sampe berpikir, kenapa bisa setebal ini ya sampe 500 halaman. Tapi ya jadi make sense juga sih kenapa penyelidikannya lama. wkwkkw.
Tapi di seperlima ceritanya aku mulai bosen. Petunjuknya kesebar di mana-mana dan kupikir terlalu maksa banget agar pembaca percaya pelakunya dia. Dan ya aku emang percaya sih keluarga ini rada sus, wkwkwk.
Terus jeng jeng jeng, banyaaak banget twist bermunculan, tumpang tindih, dan jadinya cape bacanya. Rasanya jomplang banget dengan penyelidikan yang nggak maju-maju. Aku sampe berpikir, kenapa bisa setebal ini ya sampe 500 halaman. Tapi ya jadi make sense juga sih kenapa penyelidikannya lama. wkwkkw.