clodiodi's reviews
88 reviews

Dongeng-Dongeng Asia untuk Anak-Anak by Asian Cultural Center for UNESCO

Go to review page

4.0

Membaca buku ini di ipusnas dengan judul Matahari Manis dan Bulan Manis: Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak. Tidak tahu apakah ini edisi yang benar atau tidak, namun penerbitnya sama.

Membaca dongeng selalu menyenangkan, ceritanya terasa ringan namun sebenarnya sarat makna dan pesan kehidupan. Dongeng favorit saya di buku ini adalah Angin Ingin Jadi Matahari dari Thailand karena sangat menggambarkan sifat manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya.

Senang sekali membaca kembali buku dongeng anak-anak seperti ini.
Belajar Berkuda by Raoul Cauvin, Herry Wijaya, Daniel Kox

Go to review page

4.0

Dulu suka baca komik ini di rumah sepupu, kalo model komik gini dulu koleksinya Asterix & Obelix. Hari ini masih dalam rangka mencari bacaan ringan di ipusnas, ketemu komik ini. Senangnya!
Teka-Teki Terakhir by Annisa Ihsani

Go to review page

5.0

“Menurutku penting untuk meninggalkan sesuatu selagi kau hidup.” “Apa saja yang menunjukkan kau pernah hidup”

Berawal dari keinginan untuk membaca bacaan ringan tanpa ekspetaksi apapun, pada akhirnya saya berakhir sangat menyukai buku ini. Kebetulan saya juga bukan orang yang menyukai matematika, tapi entah kenapa saat membaca buku ini, matematikan tidak terasa semenyebalkan itu. Lol.

Gaya penulisannya yang ringan dan menyenangkan khas teenlit membuat saya sangat menikmati alur cerita yang disuguhkan. Ada kehangatan di setiap lembar halamannya yang membuat saya merindukan masa kecil yang dihabiskan dengan bermain bersama tetangga dan teman sekolah. Tanpa disangka perasaan saya ikut terhanyut oleh cerita ini hingga bagian akhir cerita ini mampu membuat saya menangis.

Buku ini mengingatkan saya dengan buku A Man Called Ove (yang juga merupakan buku favorit saya), tokoh Tuan Maxwell dan Ove yang sama-sama loveable dan membuat saya teringat opung doli (kakek dalam bahasa batak).

Pokoknya saya senang sekali bisa menemukan buku ini. Sehabis membaca buku langsung kepo sama Teorema Terakhir Fermat dan Andrew Wiles di google
Convenience Store Woman - Gadis Minimarket by Sayaka Murata

Go to review page

5.0

“Aku bisa mendengar suara minimarket. Apa yang dibutuhkan dan apa yang diinginkan. Dan aku sangat memahaminya”

Setelah cukup lama dibuat penasaran dengan banyaknya review positif dari buku ini, akhirnya saya memutuskan membaca buku ini secara digital.

Gadis Minimarket merupakan kisah mengenai Keiko, seorang perempuan berusia 36 tahun yang menghabiskan setengah hidupnya bekerja sebagai pegawai paruh waktu di sebuah minimarket. Sejak kecil, Keiko sudah dianggap berbeda dan tidak “normal” oleh orang di sekelilingnya, bahkan keluarganya. Keiko merasa ia harus menjadi “normal” dan hanya di minimarketlah dia merasa menemukan identitasnya, pegawai minimarket.

Buku ini secara tidak langsung juga menyelipkan kritik sosial mengenai stereotype gender dalam masyarakat serta standar sosial tertentu yang harus dicapai seseorang untuk menjadi manusia normal. Namun, apa dan bagaimanakah sebenarnya manusia normal tersebut?

Bacaan ringan namun juga terasa kelam yang tanpa sadar membawa kita melihat sebuah kecacatan dalam cara pandang masyarakat mengenai standar kehidupan.

“Dunia normal adalah dunia yang tegas dan diam-diam selalu mengeliminasi objek yang dianggap asing. Mereka yang tak layak akan dibuang. Jadi karena itulah aku harus disembuhkan. Karena kalau tidak, orang-orang normal akan menyingkirkanku.”

5/5⭐️
The Book of Imaginary Beliefs by Lala Bohang

Go to review page

3.0

Ini adalah buku Lala Bohang pertama yang saya baca, i don’t know if i supposed to read the other book first or not.

Tadinya berpikir buku ini hanya sekedar sekumpulan puisi-puisi galau kekinian khas jaman sekarang, tapi ternyata tidak. Banyak tulisan yang justru bisa menjadi refleksi kehidupan bagi saya. Ditulis dengan indah and kind of depressing for me (apakah memang stylenya seperti itu?), but i like it.

Beberapa tulisan sangat relevan bagi saya, seperti mengenai kesendirian, makna kehidupan, kekosongan, dan beberapa tulisan lainnya saya baca tanpa memahaminya karena tidak relevan bagi saya. Meskipun terkadang beberapa kata dan kalimat terlalu repetitif (yang tentu saja masalah selera), tapi secara keseluruhan buku ini lebih dari ekspetasi saya.

PS : ilustrasi dan nuansa hijaunya sangat membantu menggambarkan teman dari keseluruhan puisi di buku ini. Suka sekali.

3.5/5⭐️
Jakarta Sebelum Pagi by Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Go to review page

5.0

Setelah lelah mengantri di ipusnas, akhirnya membaca ini online di Gramedia digital..

Absurd. Mungkin itu yang pertama kali muncul di pikiran saya saat membaca beberapa bab awal buku ini. Sejak halaman pertama, kita sudah disuguhkan dengan pemikiran absurd Emina, sang tokoh utama, dan obsesinya terhadap babi-babi di Animal Farm
#Dear Tomorrow: Notes to My Future Self by Maudy Ayunda

Go to review page

5.0

Menjelang hari terakhir di tahun 2020, mencoba mencari bacaan yang bisa menjadi bahan refleksi diri. Tadinya ga terlalu ekspektasi tinggi terhadapa buku ini, saya kira hanya akan berisi quotes motivasi tentang mimpi dan sebagainya..

Ternyata saya salah, dibagi menjadi 4 bagian (notes on being yourself, notes on dreams, motes on love, dan notes on mindsets), buku ini mampu memenuhi tujuan awal saya : refleksi diri di tahun 2020.

Setiap pemikiran yang dituliskan oleh Maudy terlesan tidak menggurui melainkan seperti mengajak saya untuk merenung bersama. Buku ini ditulis bukan untuk memberikan jawaban, melainkan membantu kita untuk menemukan jawaban.

I really not regret to pick this book as my self-reflection guidance today
Filosofi Teras by Henry Manampiring

Go to review page

5.0

“It is not things that trouble us, but our judgment about things” -Epictetus (Enchiridion)

Buku pertama yang saya baca di tahun 2021 adalah Filosofi Teras. Sambil membaca buku ini, saya juga berusaha mencatat poin-poin penting yang dibahas di buku ini sehingga bisa saya baca ulang di kemudian hari -> https://www.notion.so/Filosofi-Teras-845ecc87d907449281255d5d33508101

Awalnya saya membaca buku ini murni karena sedang memperpanjang langganan Gramedia Digital, sehingga mencari buku self-help apa yang bisa saya baca. Pilihan jatuh pada Filosofi Teras karena buku ini cukup sering direkomendasikan dan temanya sejalan dengan Reading Plan saya untuk buku self-help di 2021.

Filosofi Teras atau Stoisisme merupakan sebuah filosofi kehidupan dimana kita membedakan antara hal yang ada dalam kendali kita dan hal yang tidak ada dalam kendali kita. Hal yang benar-benar ada dalam kendali kita adalah persepsi dan pikiran kita, sementara semua hal di luar persepsi dan pikiran kita adalah hal yang tidak dapat kita kendalikan. Dengan menyadari hal tersebut, kita bisa lebih fokus pada ketenangan batin dan kebahagian internal karena menyadari bahwa segala sesuatunya tergantung persepsi kita.

Buku ini dibagi menjadi 12 bagian dimana Penulis memaparkan bagaiman cara mempraktekan stoisisme dalam kehidupan sehari-hari. Karena sejatinya stoisisme/filsafat bukan hanya untuk dipelajari namun juga dipraktekan.

Secara garis besar, seluruh pembahasan di buku ini akan kembali pada dikotomi kendali (things in our control and not in our control). Saat saya membaca buku ini saya seperti diingatkan lagi bahwa kita mampu untuk mengarahkan pikiran kita menjadi lebih bahagia dan tidak memusingkan hal-hal yang sebenarnya tidak bisa kita ubah. Kunci utamanya ada di pikiran kita! Sebagai salah satu kaum over-thinking, tentu saja isi buku ini seperti menampar dan mengaduk-ngaduk nalar/rasio saya. Meskipun begitu ada beberapa hal yang dibahas di buku ini yang ternyata sudah saya terapkan terlebih dahulu, ya setidaknya saat saya membaca buku ini saya sudah tidak berafa di zona over-thinker akut lah ya