tiareadsbooks25's reviews
851 reviews

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin by Tere Liye

Go to review page

3.0

3.8/5⭐️

❝Daun yang jatuh tak pernak membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.❞

❝Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.❞
—Page 247

❝Bahwa hidup harus menerima... penerimaan yang indah.
Bahwa hidup harus mengerti... pengertian yang benar.
Bahwa hidup harus memahami... pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang.
Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan....
Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya.
Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.
Dan kami akan mengerti, kami akan memahami... dan kami akan menerima.❞
—Page 196-197

❝Kebaikan itu memang tak selalu harus berbentuk sesuatu yang terlihat.❞

❝Cinta tak harus memiliki. Tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Dia memang sangat sempurna. Tabiatnya, kebaikannya, semuanya. Tetapi dia tidak sempurna. Hanya cinta yang sempurna.❞
—Page 256

❝Benarlah kata orang-orang, prinsip hidup itu teramat lentur, Prinsip itu akan selalu berubah berdasarkan situasi yang ada di depan kita, disadari atau tidak.❞

❝...Orang-orang yang sedang jatuh cinta memang cenderung menghubungkan satu dan hal lainnya. Mencari-cari penjelasan yang membuat hatinya senang...❞

•••

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin merupakan salah satu buku karya Tere Liye yang sudah aku baca. Entah kenapa pengen aja baca ulang buku ini karena udah agak lupa jalan ceritanya.

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin menceritakan kisah Tania, Ibunya beserta adik laki-lakinya, Dede. Semenjak ayahnya meninggalkan mereka, keluarga Tania terpaksa hidup kekurangan dan tinggal di rumah kardus. Tania dan Dede pun harus putus sekolah dan menjadi pengamen jalanan. Hingga malaikat itu datang, dalam sosok Danar. Danar membantu keluarga Tania tanpa pamrih, dari menyekolahkan Tania dan Dede, menyayangi mereka seperti keluarga sendiri, hingga mengangkat perekonomian mereka.

Dari situ lah, Tania kecil dengan kepang duanya menaruh benih perasaan kepada Danar. Sayangnya, perasaan itu harus ia pendam dalam-dalam karena tak mungkin baginya mencintai malaikat keluarganya. Apalagi dengan jarak 14 tahun membentang di antara keduanya.

Rereading this book makes me have different views about the story. From one side, Tania's feeling towards Danar seems too unrealistic. Moreover, her behavior seems to be so childish, egocentric and stubborn. But, Tania is just a little girl unfamiliar with love. She doesn't really understand it. Isn't it just so realistic for a little girl to act that way? Aren't people always unable to act right when they're falling in love? Even for someone as mature as Danar. He can't even make the right choice. He makes mistakes. Aren't people always make mistakes in their life?

Have you ever read this book? What do you think about it?