Scan barcode
nessieread's review against another edition
dark
fast-paced
- Plot- or character-driven? N/A
- Strong character development? N/A
- Loveable characters? No
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? Yes
3.5
gingher77's review against another edition
dark
reflective
medium-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? No
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? Yes
2.75
museofbibliophile's review against another edition
reflective
medium-paced
- Plot- or character-driven? Plot
3.0
muljadi's review against another edition
funny
mysterious
fast-paced
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? No
4.0
great collection of short stories! faulkner-esque but also a very Indonesian way of writing.
stefieereads's review against another edition
dark
emotional
reflective
sad
medium-paced
- Plot- or character-driven? Plot
- Loveable characters? No
3.25
smarencik's review against another edition
2.5
pretentious, repetitive, and a bit confusing. only read it for the setting.
clone's review against another edition
challenging
dark
medium-paced
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? No
- Loveable characters? No
- Flaws of characters a main focus? Yes
3.0
mhartford's review against another edition
dark
funny
reflective
sad
medium-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
4.0
afeksi's review against another edition
3.0
⭐3/5!
(Penilaian bersifat subjektif).
Orang-Orang Bloomington adalah tipe cerpen deskriptif yang runut. Kadang-kadang, nadanya bisa dibaca dengan begitu seru, namun di bagian lain terasa kaku dan membosankan. Bukan salah penulis mengapa deskripsinya terasa begitu membosankan; itu salah saya. Dari penilaian sayalah, saya bertemu kebosanan itu sendiri.
Cerpen-cerpen dalam buku ini sarat akan nilai-nilai kehidupan, kemanusiaan, dan empati. Memang benar adanya, bahwa dari karya sastra, pembaca bisa membentuk empati dalam dirinya. Bloomington adalah kota dengan mayoritas penduduknya berusia renta (dalam masing-masing ceritanya, digambarkan seperti itu). Hal tersebut menumbuhkan empati dari narator untuk mengulurkan tangan kepada subjek-subjek dalam kisahnya.
Gaya penceritaan orang pertama ('Saya' sebagai narator), secara implisit memosisikan pembaca—termasuk diri saya—sebagai tokoh utama. Begitu challenging membawa diri sendiri melakukan hal-hal yang (sedikit) jahat kepada subjek-subjek yang dikenai pekerjaan. Begitu kontradiktif dengan sikap dan sifat saya di dunia nyata. Oleh karena itu, membaca cerpen-cerpen dalam buku Orang-Orang Bloomington perlu pembiasaan.
(Penilaian bersifat subjektif).
Orang-Orang Bloomington adalah tipe cerpen deskriptif yang runut. Kadang-kadang, nadanya bisa dibaca dengan begitu seru, namun di bagian lain terasa kaku dan membosankan. Bukan salah penulis mengapa deskripsinya terasa begitu membosankan; itu salah saya. Dari penilaian sayalah, saya bertemu kebosanan itu sendiri.
Cerpen-cerpen dalam buku ini sarat akan nilai-nilai kehidupan, kemanusiaan, dan empati. Memang benar adanya, bahwa dari karya sastra, pembaca bisa membentuk empati dalam dirinya. Bloomington adalah kota dengan mayoritas penduduknya berusia renta (dalam masing-masing ceritanya, digambarkan seperti itu). Hal tersebut menumbuhkan empati dari narator untuk mengulurkan tangan kepada subjek-subjek dalam kisahnya.
Gaya penceritaan orang pertama ('Saya' sebagai narator), secara implisit memosisikan pembaca—termasuk diri saya—sebagai tokoh utama. Begitu challenging membawa diri sendiri melakukan hal-hal yang (sedikit) jahat kepada subjek-subjek yang dikenai pekerjaan. Begitu kontradiktif dengan sikap dan sifat saya di dunia nyata. Oleh karena itu, membaca cerpen-cerpen dalam buku Orang-Orang Bloomington perlu pembiasaan.
devinayo's review against another edition
4.0
"Mungkin baginya mengharap lebih penting daripada terpenuhinya harapan itu sendiri." Budi Darma dalam Orang-orang Bloomington
Nama Budi Darma dikenal sebagai salah satu legenda dalam sastra Indonesia. Akan tetapi, saya baru pertama kali mengenal karyanya lewat Orang-orang Bloomington setelah dia berpulang. Ketika membaca judulnya, yang teringat adalah buku James Joyce yang berjudul Dubliners. Sekilas, kedua buku ini memang mirip: sama-sama kumpulan cerpen yang berpusat pada penduduk di satu daerah, di mana geografi dan tempat-tempat di dalam daerah tersebut diceritakan dengan begitu gamblang, sehingga membawa pembaca untuk berpetualang lewat cerita.
Orang-orang Bloomington bukanlah buku yang mungkin menyenangkan untuk sebagian orang, karena menceritakan tentang orang-orang biasa dengan permasalahan hidup mereka yang mungkin sepele. Kadang, cerita-cerita ini berakhir tragis juga. Tapi saya justru menyukai bahwa beberapa karakter utamanya adalah orang-orang menyebalkan, dan mereka mendapatkan hasil yang menurut saya pantas untuk apa yang mereka lakukan.
Tokoh-tokoh utama dalam cerpen sangat peka dan mendetail soal perilaku, kepribadian, dan juga gerak-gerik orang lain. Tentu saja, kebanyakan persepsi ini berdasarkan asumsi si tokoh belaka. Tapi mau tidak mau, kita dibawa untuk melihat tokoh lain dan kejadian berdasarkan kacamata si tokoh utama. Mungkin, ini adalah kutukan sebuah tokoh utama: setidaknya dalam satu cerita, karakter ini menjadi pusat dari sebuah semesta, dan karenanya dia bisa bertindak searogan atau semunafik apapun juga.
Membaca Orang-orang Bloomington butuh kehati-hatian agar kita tidak ikut tergelincir ke dalam sudut pandang tokoh utama. Atau malah, kita bisa melepaskan rem yang terpasang secara alami dalam kehidupan nyata kita masing-masing. Setidaknya saat membaca cerita ini, kita bisa mewujudkan fantasi untuk benar-benar mengejar keinginan kita, dengan cara apapun, dan persetan dengan nasib orang-orang lainnya.
Dalam hal ini, Budi Darma tidak hanya berhasil membawa kita ke sebuah tempat, tapi juga ke dalam kepribadian yang berbeda. Sebagai seorang pembaca, ini adalah bentuk eskapisme yang sebaik-baiknya. Bravo.
Nama Budi Darma dikenal sebagai salah satu legenda dalam sastra Indonesia. Akan tetapi, saya baru pertama kali mengenal karyanya lewat Orang-orang Bloomington setelah dia berpulang. Ketika membaca judulnya, yang teringat adalah buku James Joyce yang berjudul Dubliners. Sekilas, kedua buku ini memang mirip: sama-sama kumpulan cerpen yang berpusat pada penduduk di satu daerah, di mana geografi dan tempat-tempat di dalam daerah tersebut diceritakan dengan begitu gamblang, sehingga membawa pembaca untuk berpetualang lewat cerita.
Orang-orang Bloomington bukanlah buku yang mungkin menyenangkan untuk sebagian orang, karena menceritakan tentang orang-orang biasa dengan permasalahan hidup mereka yang mungkin sepele. Kadang, cerita-cerita ini berakhir tragis juga. Tapi saya justru menyukai bahwa beberapa karakter utamanya adalah orang-orang menyebalkan, dan mereka mendapatkan hasil yang menurut saya pantas untuk apa yang mereka lakukan.
Tokoh-tokoh utama dalam cerpen sangat peka dan mendetail soal perilaku, kepribadian, dan juga gerak-gerik orang lain. Tentu saja, kebanyakan persepsi ini berdasarkan asumsi si tokoh belaka. Tapi mau tidak mau, kita dibawa untuk melihat tokoh lain dan kejadian berdasarkan kacamata si tokoh utama. Mungkin, ini adalah kutukan sebuah tokoh utama: setidaknya dalam satu cerita, karakter ini menjadi pusat dari sebuah semesta, dan karenanya dia bisa bertindak searogan atau semunafik apapun juga.
Membaca Orang-orang Bloomington butuh kehati-hatian agar kita tidak ikut tergelincir ke dalam sudut pandang tokoh utama. Atau malah, kita bisa melepaskan rem yang terpasang secara alami dalam kehidupan nyata kita masing-masing. Setidaknya saat membaca cerita ini, kita bisa mewujudkan fantasi untuk benar-benar mengejar keinginan kita, dengan cara apapun, dan persetan dengan nasib orang-orang lainnya.
Dalam hal ini, Budi Darma tidak hanya berhasil membawa kita ke sebuah tempat, tapi juga ke dalam kepribadian yang berbeda. Sebagai seorang pembaca, ini adalah bentuk eskapisme yang sebaik-baiknya. Bravo.