Reviews

Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam by Dian Purnomo

canisdaa's review

Go to review page

5.0

TW: rape, self-harm, kidnapping

Selama baca ini perasaan sedih, marah, jijik, mual bercampur jadi satu. Pas di rumah sakit dan Dangu bilang mau ke polisi buat laporin Leba Ali terus Magi bilang "pasal penculikan dan pemerkosaan" sumpah ga kuat langsung nangis deres

marinazala's review

Go to review page

4.0

** Books 87 - 2021 **

4 dari 5 bintang!

CONTAINS WARNINGS : RAPE , NON CONSENSUAL SEX, SUICIDE ATTEMPT !!

Salah satu buku yang aku nobatkan menjadi buku favoritku yang aku baca di bulan November 2021! Betapa tidak masih jarang penulis lokal yang mengambil kisah tentang tradisi budaya Indonesia yang dianggap tabu atau tidak jarang merendahkan perempuan sehingga ketika membaca buku ini aku langsung suka!

Buku ini mengisahkan tentang Magi seorang Perempuan Sumba yang menjadi korban adat tradisi Sumba yaitu Kawin tangkap dimana laki-laki berhak menculik perempuan yang menjadi idaman hatinya. Hal yang membuat saya salut perjuangan Magi yang tidak menyerah akan keadaan meski dia sudah dirampas kebebasannya oleh Pria mata keranjang itu tetapi ia tidak menyerah untuk memperjuangkan nasib perempuan lain yang serupa dengan dirinya. Meski hal ini membuatnya harus meninggalkan kampung halamannya dan berseteru dengan keluarganya sendiri.

Kalian yang ingin membaca buku ini harus hati-hati yah karena sejujurnya di bab pertama saja sudah ada adegan percobaan bunuh diri dan di sampul depan bukunya juga tercantum trigger warning sehingga kalau kalian memiliki riwayat mudah ketrigger akan hal-hal tersebut harap membaca buku ini ketika kondisi mental pikiran kalian dalam keadaan baik yah!

Terimakasih Gramedia Digital Premium atas peminjaman bukunya!

ravenmione's review

Go to review page

5.0

Tidak ada alasan untuk tidak memberikan lima bintang kepada buku ini.

Setiap detail mengenai perasaan dan pemikiran Magi dituangkan dengan sangat baik dalam buku ini. Perih yang dirasakan Magi seolah terkirim pula ke pembaca. Teriakan perempuan-perempuan yang terkukung dalam adat dan tradisi yang bisa jadi merugikan mereka seolah terbungkam dan melalui buku ini, Magi bercerita bahwa tidak semua adat dan tradisi harus dilestarikan dan dipelihara terus-menerus.

Satu hal yang saya sangat sukai dari buku ini ialah bahwa buku ini terasa tidak terlalu bias dan berpihak pada perempuan sepenuhnya. Dalam dialog-dialog dengan lelaki, ditemukan beberapa pendapat bahwa lelaki tidak semuanya bajingan dan beberapa dari mereka juga merasakan betapa perihnya harus menjalani secara penuh adat dan tradisi. Selain itu, bagaimana ada "kasta" di dalam penjara yang menjadi rumah baru bagi Leba Ali juga menjadi referensi bahwa masih banyak lelaki yang menjunjung tinggi harga diri perempuan.

Ketika membaca buku ini, saya seolah sedang menonton sebuah film karena setiap detailnya bisa tergambar dalam benak saya. Rasanya juga begitu sedih mendapati banyak perempuan di luar sana yang menjadi korban aset laki-laki. Barangkali masih banyak lagi perempuan yang tidak seberuntung Magi yang memiliki pengetahuan mengenai isu-isu ini maupun keberanian yang demikian luar biasa.

listi's review against another edition

Go to review page

dark emotional inspiring sad tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated

4.0

cameliawithbooks's review

Go to review page

5.0

Mengisahkan tentang daerah di NTT, Sumba dimana ada adat kawin tangkap yang ternyata masih ada hingga kini. Memberikanku pengetahuan baru tentang suku2 di Indonesia yang belum pernah ku jelajahi. Kisah yang menarik juga miris membuatku beberapa kali menitikkan air mata ketika membaca buku ini. Juga adanya bahasan soal feminisme menambah kesan kuat bagaimana perjuangan wanita untuk mendapatkan kebebasan untuk memilih dan melakukan yang mereka inginkan

nadaisreading's review

Go to review page

5.0

Satu pertanyaan dari Magi Diela yang sekiranya merangkum cerita buku ini : "Sampai kapan saya dan perempuan lain di saya punya tanah ini akan terus menangis?"

Akhirnya bisa nyelesaiin buku dalam sekali baca setelah sekian lama. Bener-bener bikin aku gak habis pikir.

Pertama, karena tradisi kawin tangkap baru pertama kali aku denger waktu baca buku ini. Di Indonesia emang banyak banget tradisi yang udah turun-temurun dari leluhur mereka cuma yang disayangkan gak sedikit juga tradisi tsb melenceng dari bagaimana seharusnya dilakukan. Selain kawin tangkap banyak juga hukum adat yang disoroti di buku ini kayak misal : gak boleh menikahi sesama suku.

Kedua, karena cerita dalam buku ini disampaikan dengan logat daerah jadi makin terbawa sama jalan ceritanya, seolah-olah aku juga ada disana. Awalnya emang sempet bikin bingung karena tentu saja aku gak familiar sama bahasa dan adat istiadat daerah Sumba.

Ketiga, karena cerita ini diambil dari kisah nyata. Bahkan di chapter 37 penulis sempet mengambil sudut pandang orang pertama ketika menjelaskan awal pertemuannya dengan tokoh-tokoh di buku ini.

Aku suka bagian epilognya karena menjelaskan bagaimana cerita yang tidak tersampaikan dan kelanjutan kisah dari sebagian tokoh di buku ini. Tipikal epilog yang (buatku) bikin hati lega setelah diajak untuk turut emosi :)

Pengalaman baca buku ini bener-bener ngebuka mata dengan berbagai macam tradisi adat yang ada di Indonesia. Juga perjuangan Magi Diela yang sangat gila untuk memperjuangkan haknya sebagai perempuan di tengah tanah kelahirannya yang masih memegang erat hukum adat dan leluhur, terutama dalam berperang melawan ayahnya sendiri.

merreadgold's review

Go to review page

4.0

4.2/5

Buku ini kayanya buku pertama yang konfliknya seserius ini. Tiap narasinya pas bagian Magi berhasil buat gue pengen berhenti bacanya saking takutnya.

Tulisannya bagus, rapi

ann097's review

Go to review page

5.0

Bagus, menegangkan tentang perjalanan Magi Diela dan haknya. Sama sekali tidak terasa ada budaya lokal yang sangat merugikan. Terutama kaum perempuan.

Ketika rasa malu menanggung gunjingan menyalahi adat lebih di dengar ketimang tangisan Magi Diela ini sangat memilukan. Orang terdekat pun bisa sangat semenyakitkan ini.

Mungkin agak kurang familier di awal awal dengan cara berdialog khas Sumba yaa, harus membaca dengan pelan. Namun lama kelamaan mulai terbiasa

taleofbooks's review

Go to review page

5.0

i wont write long review here, because i thought that many people already knew this masterpiece! i highly recommend this book. also i wont stop barking about how good this book and pushed every single person i know to read this.

buku ini benar-benar isinya kepedihan dan perjuangan sebagai perempuan
apalagi perempuan yang suaranya habis ditelan adat dan patriarki. semoga kita perempuan bisa dengan lantang, gila dan berani seperti magi dalam memperjuangkan hak atas diri kita, perempuan.

kudos to mba dian purnomo!

astalaa's review

Go to review page

5.0

Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam
⭐4,7
Age range : 17+
TW // suicide, physical violence, harassment, violence, murder, adult scenes

Cerita epik, yang menyingkap adat istiadat Sumba.
Tradisi kawin tangkap yang merugikan pihak perempuan yang nyatanya termasuk dalam budaya Sumba. Perempuan kehilangan hak² dengan dalih melestarikam adat istiadat yang bahkan tak lepas dari kekerasan selama prosesinya.

Pengangkatan isu sensitif oleh penulis seakan² memberi tahu bahwa dibelahan Indonesia sana, banyak perempuan² layaknya Magi Diela yang butuh pertolongan lebih besar untuk memperjuangkan harga dirinya.

Selain itu, penulis juga sukses membuat pembacanya merasa marah, sedih, tragis sama takjub akan usaha Magi Diela demi keluar dari tradisi yang sama sekali tidak menguntungkan pihak perempuan itu.

Sosok Ama Babo yang digambarkan keras dan kaku dalam mematuhi adat istiadat pun dieksekusi dengan sangat baik akhirnya oleh penulis. Dimana "tidak ada segala hal yang lebih berharga dari pada kebahagiaan anak perempuannya itu sendiri".

Adegan² yang digambarkan pun juga berdasarkan riset mendalam, bahkan adegan suicide yang bahkan tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya, gila keren banget