Anjingggg om om sm anak esempe

i think the first time that i read this novel was back in 6th grade, that would be around 2015 - 2016. at that time, this was one of my favorite novel. I really thought the story was beautiful, full of yearning, and easy to read.

but now, the 11th grade me can't shake the implications that lost on me previously. i still think the writing was okay, though I'm not gonna lie, during some of the parts in this book, I found myself got bored by the narration style. but as tania grew, we can clearly see the shift in her behaviour and mind, and that's also apparent in the writing style. i thought that bits was pretty clever.

but I think, that's the only extent that I could appreciate this book for. first time reading this, I was totally mind blown by the turn of the events that happened later on, but I was fucking petrified this time around. going in, I already knew what's this story is about, even though I forgot most of the details, but oh boy, did it really irked me when I know the details now.

Spoilerno matter how you put it, danar's love for tania is forbidden. it is. by law. and by common sense. he met her when she was 11, a fucking minor, when he was a fucking grown adult. that's just not acceptable, and could grow into something really dangerous. i think it's equally important to understand both of their parts that even they're not pursuing that relationship, the implication behind it is already malicious enough. that not even the description of danar as their helping angel is redeemable enough for that

Ingat baca buku ini di perpustakaan sekolah, I was only 14 at that time and I adored Tere Liye so much, I devour all of his books.

Today’s me is not so fond of him anymore, thinking that if I read this particular book today, i’d gave it 1 or 2 star. Tapi karena aku nanggalin buku ini di tahun aku pertama kali baca, I’ll rate it the way I would rated this book in 2010, 3.5/5.

I always remember all of Tere’s works even only in fragment, i can tell you any story from any book that I have read from him, but not this one. Meaning that this book is not so endearing to me.

joysh's review

3.25
reflective slow-paced
Plot or Character Driven: Character
Strong character development: Yes
Loveable characters: No
Diverse cast of characters: No
Flaws of characters a main focus: Yes

Gak gitu suka pas tau perbedaan umur mereka. Tapi good job untuk Tere Liye, dapat menuangkan kisah ini dengan baik dan saya menemukan banyak kutipan yang membuat saya termenung melalui buku ini. 

well story, unpredictable character of 'him'

Salah satu wishlistku yg lama banget akhirnya sekarang bisa kebaca, selalu tere liye tidak pernah mengecewakan, buku ini mengajarkan kita tentang cinta yang memang harus dibuat berhenti karena tidak selamanya cinta itu harus diperjuangkan, ada kalanya kita harus tetap membiarkan cinta itu terhapus luruh bagai daun yang jatuh yang tak pernah membenci angin

Kamis, 11 Februari 2016

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
“Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.”


By Tere Liye
4 of 5 stars

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal halaman : 264 halaman
Tahun terbit : Cetakan keduapuluh dua, Januari 2016
ISBN : 978-979-22-5780-9

Perjalananku membaca novel Tere Liye ini begitu menyenangkan. Banyak nilai moral yang kudapat. Jujur saja, aku suka dengan cara Tere Liye mengeksekusi akhir ini. Meskipun pada akhirnya aku sangat tidak setuju dengan endingnya.

Baca selengkapnya di http://prayrahayusbook.blogspot.co.id/2016/02/daun-yang-jatuh-tak-pernah-membenci.html.

I am very uncomfortable with the huge age gap between the main characters, and a grown ass man in his 20s /falling/ with elementary school girl and groomed that girl, I'm creeped out with the borderline pedophilic tendency, but still decided to finish the book to see how it ends. Hehe. The good points of this book is the enjoyable and neat writing and of course, the character growth of the naive young girl growing up to be the competent and strong adult woman, also the warm siblinghood of Tania and Dede. Everything is okay except the romance... sighs.

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Aku sudah lama tak membaca karya Tere Liye. Kali terakhir mungkin sekitar setahun yang lalu. Sebab utama? Tanpa ragu lagi kerana fokus dan minatku beralih sepenuhnya kepada karya sastera dan puisi penulis-penulis tanah air, terutamanya yang terhasil dari tangan-tangan berseni Sasterawan Negara seperti A Samad Said, Shahnon Ahmad, Usman Awang, S Othman Kelantan, Kemala dan lain-lain.

Tetapi begitulah takdir. Pada fasa-fasa terakhir sebelum kita menamatkan tahun 2016, aku kini menguliti sekali lagi karya Tere Liye. Setelah memborong novel-novel Indonesia sewaktu lawatan ke Sumatera Barat tempoh hari.

Apa yang menarik berkenaan novel ini? Dua perkara. Satu kerana cover buku yang keren banget (Indonesia kok!) dan kedua kerana tajuknya yang terkandung pelbagai tafsiran rasa, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

Daun adalah sebuah bentuk personafikasi. Daun yang gugur tak pernah menyalakan walau segaris rasa benci pada angin yang menggugurkannya dari dahan pokok. Memisahkannya dari dedaun yang lain.

Hidup harus menerima. Penerimaan yang indah
Hidup harus mengerti. Pengertian yang benar
Hidup harus memahami. Pemahaman yang tulus.

Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertiaan, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.

Kisahnya mudah. Dua orang adik beradik Tania dan Ded (11 tahun dan 6 tahun) yang terpaksa mengharungi hidup dengan serbab payah setelah kematian ayahnya. Mereka berdua mengamen (menyanyi untuk mencari wang) dari satu bas kota ke satu bas, untuk menampung perbelanjaan hidup. Pekerjaan ibunya tak cukup untuk menyediakan walau sesuap nasi buat mereka bertiga.

Kemudian kehadiran "malaikat" yang bernama Danar, jejaka berusia 20-an, mengubah kehidupan mereka bertiga menjadi lebih cerah. Danar membiayai perbelanjaan sekolah Tania dan Dede bahkan membantu untuk meleraikan kekusutan ekonomi keluarga mereka.

Danar adalah seorang malaikat penolong. Dengan wajah yang menyenangkan. Senyuman yang menghangatkan hati.

Dan Tania. Dalam usia sekecil 12 tahun sudha mula merasakan sesuatu yang tak beres di dalam hatinya. Perasaan yang membuatkannya kacau bilau setiap kali bersama Danar, walupun keresahan itu saling bertikaman dengan perasaan selalu ingin bersama.

Kita memanggilnya sebagai cinta.

Danar adalah seorang lelaki dewasa. Dan garis-garis kematangan jelas terukir pada wajahnya. Dan Tania seorang kanak-kanak hingusan ingin menyambung tali percintaan dengan Danar. Pasti haru sekali.

Yang paling istimewa bagi aku kerana Tere Liye menggunakan lantai dua sebuah toko buku sebagai tempat yang mencipta kenangan indah buat Danar dan Tania. Danar sering mengusap rambut Tania, memujinya sebagai anak yang pintar. Sebuah perlakuan biasa buat abang-adik. Tetapi di atas lantai dua toko buku berhadapan cermin yang menampakkan segala keindahan di luar, Tania ternyata tak mahu menganggap Danar sebagai abang.

Kisah ini dibahagikan kepada 1 jam waktu termenung Tania (kini berusia 23 tahun) yang bermonolog menngenangkan peristiwa sepanjang 10 tahun kebalakangan.

1 jam diselang selikan dengan urutan peristiwa 10 tahun. Menarik cara susunan novelnya.

Membaca karya Tere Liye tak pernah mengecewakan. Dalam kehangatan cinta, ada diselitkan nilai-nilai agama dan ketuhanan.
Ini lebih baik daripada cinta-cinta ala Islamik yang sekadar ditampal-tampal.

Cubalah.
adventurous emotional reflective tense medium-paced
Plot or Character Driven: A mix
Strong character development: No
Loveable characters: Complicated
Diverse cast of characters: No
Flaws of characters a main focus: Yes