Take a photo of a barcode or cover
Satu kesan pertama: WOW, CAPEK BANGET NGIKUTIN ALURNYA.
Ulasan kali ini beneran ditulis dari sudut pandang pribadi.
Love and hate sepertinya bukan sebuah tema yang asing pada buku atau novel-novel. Eksekusinya ya paling gitu-gitu, aja, pikirku awalnya. Saling sikut-sikutan gara-gara berbeda kepribadian, terus dipertemukan semesta dalam suatu bingkai bernama "kebetulan", terus jatuh cinta, saling sadar, dan... happy ending.
Tapi yang ini ternyata beda!
Gadis Parasayu -yang kata Troy namanya norak- si manajer Humas yang sangat nasionalis, sederhana, pecinta produl lokal, dipertemukan dengan si manajer marketing yang sangat ke-'barat-barat'-an, makanan harus western food, barang harus branded, tiap hari ganti contact lens yang berbeda warna. WOW! Troy Mardian ini asli Indonesia, kok. Bukan keturunan juga. Cuma kelakuannya aja yang emang sok bule. Jujur, aku sedikit kesusahan membayangkan sosoknya, karena selama ini hidup di tanah Solo yang pesonanya "Mas-mas" semua. But, yeah, i did it!.
Di bagian ini ketawa banget. Antara selera humorku yang rendah atau memang aku baru sadar kalau nama Indonesia memang se-memuji itu, kadang.
Alur cerita dimulai dari adanya kasus produk obat dari perusahaan mereka yang menelan beberapa korban. Sebagai bagian humas dan marketing, Gadis dan Troy akhirnya mau tidak mau harus sama-sama terlibat dalam menyelamatkan perusahaan mereka. Kemudian, tanpa diduga, buku ini mengajarkan beberapa hal terkait alur manajerial dalam suatu perusahaan, sikap profesionalitas dalam menghadapi berbagai masalah, memperlihatkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja, dan sekaligus mengenalkan sedikit tentang dunia farmasi.
Alur cerita bergerak cepat dengan lebih banyak berfokus pada penyelesaian kasus ini yang semakin melebar dan kompleks. Seisi kantor berjibaku mengatasi kasus yang diduga karena keracunan obat ini. Tanpa kita sadari bahwa Troy dan Gadis diam-diam terjerat love-hate relationship. Hal ini pula yang menyebabkan kita... kecolongan!
Karena seharusnya ending cerita ini sudah dapat ditebak sejak awal. Tapi kesibukan alur di kantor dan kemampuan penulis dalam membuat narasi, membuat pembaca yakin bahwa alur ini nyata. Yah, udah terlanjur suka sama perlakuan Troy ke Gadis, sampe Troy selalu berusaha memahami Gadis, ternyata ending-nya....
BACA SENDIRI! hehehe
Ulasan kali ini beneran ditulis dari sudut pandang pribadi.
Love and hate sepertinya bukan sebuah tema yang asing pada buku atau novel-novel. Eksekusinya ya paling gitu-gitu, aja, pikirku awalnya. Saling sikut-sikutan gara-gara berbeda kepribadian, terus dipertemukan semesta dalam suatu bingkai bernama "kebetulan", terus jatuh cinta, saling sadar, dan... happy ending.
Tapi yang ini ternyata beda!
Gadis Parasayu -yang kata Troy namanya norak- si manajer Humas yang sangat nasionalis, sederhana, pecinta produl lokal, dipertemukan dengan si manajer marketing yang sangat ke-'barat-barat'-an, makanan harus western food, barang harus branded, tiap hari ganti contact lens yang berbeda warna. WOW! Troy Mardian ini asli Indonesia, kok. Bukan keturunan juga. Cuma kelakuannya aja yang emang sok bule. Jujur, aku sedikit kesusahan membayangkan sosoknya, karena selama ini hidup di tanah Solo yang pesonanya "Mas-mas" semua. But, yeah, i did it!.
Well, she's not bad actually. Oh ya, siapa namanya? Gadis Parasayu? Beautiful Face Girl?! Oh, give me a break!! What a ridiculous inappropriate narcissistic name!! -gumam Troy saat tahu nama panjang Gadis.
Di bagian ini ketawa banget. Antara selera humorku yang rendah atau memang aku baru sadar kalau nama Indonesia memang se-memuji itu, kadang.
Alur cerita dimulai dari adanya kasus produk obat dari perusahaan mereka yang menelan beberapa korban. Sebagai bagian humas dan marketing, Gadis dan Troy akhirnya mau tidak mau harus sama-sama terlibat dalam menyelamatkan perusahaan mereka. Kemudian, tanpa diduga, buku ini mengajarkan beberapa hal terkait alur manajerial dalam suatu perusahaan, sikap profesionalitas dalam menghadapi berbagai masalah, memperlihatkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja, dan sekaligus mengenalkan sedikit tentang dunia farmasi.
“Tidak ada alarm palsu dalam dunia farmasi. Obat dan racun hanya beda-beda tipis. Karena dalam sedetik, obat yang sama -yang bisa menyembuhkan seseorang- bisa juga berubah menjadi racun yang mematikan bagi orang lain. Kita semua tahu itu.”
Alur cerita bergerak cepat dengan lebih banyak berfokus pada penyelesaian kasus ini yang semakin melebar dan kompleks. Seisi kantor berjibaku mengatasi kasus yang diduga karena keracunan obat ini. Tanpa kita sadari bahwa Troy dan Gadis diam-diam terjerat love-hate relationship. Hal ini pula yang menyebabkan kita... kecolongan!
Karena seharusnya ending cerita ini sudah dapat ditebak sejak awal. Tapi kesibukan alur di kantor dan kemampuan penulis dalam membuat narasi, membuat pembaca yakin bahwa alur ini nyata. Yah, udah terlanjur suka sama perlakuan Troy ke Gadis, sampe Troy selalu berusaha memahami Gadis, ternyata ending-nya....
BACA SENDIRI! hehehe
Buat yang butuh penyegaran, novel ini sangat dianjurkan untuk di baca. Bahasanya yang ringan dan dipenuhi obrolan lucu dan menggemaskan membuat beban di pikiran sedikit terlepas.
Ceritanya klise memang. Dua orang yang bertolak belakang. Dua orang yang selalu musuhan. Dua orang yang tak mau kalah. Dua orang yang pada akhirnya (mau gak mau) terjerat kisah asmara. Meskipun terlihat biasa, kisah ini diceritakan dengan latar dan alur yang tidak biasa. Ditambah ada aura magic ala gipsi-gipsi menyelimutinya.
Karakter dari kedua tokoh utama, Gadis dan Troy, sangat kuat. Gadis yang sederhana pecinta produk lokal. Troy yang stylist nan modis yang demennya sama produk import. Aura permusuhannya juga kental, dan dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya, terutama Pak Irawan, sabar ya Pak! Hoho
Tingkah Gadis dan Troy yang saling menjatuhkan cukup menghibur. Pikiran-pikiran mereka yang tertuang dengan bahasa yang segar membuat pembaca tertawa gemas. Tak bosan deh baca ini novel.
Tapi jujur saja nih, aku gak suka endingnya! Gadis sama Troy udah romantis banget. Berasa pasangan paling serasi dan bahagia loh itu. Tapi kenapa ujungnya “aaaaarrrrrrgggkkkhhh” banget. Gemes seriusan! Entahlah, kalo novel ini dilanjutin selembar dua lembar, aku gak bisa memutuskan apa yang dirasain Gadis dan Troy. Bersyukur kah? Kecewa kah? Apa mereka bakal tetep musuhan atau malah langsung jatuh cinta? ARGH! Mending ga usah ada epilog aja deeeh~
Tapi mau gimana lagi, di situlah seninya. Di situlah letak uniknya yang menjadikan novel ini tak biasa dan layak untuk di baca. Okeh deh, mau gak mau aku harus menerima dengan ikhlas ending novel ini. :’)
Ceritanya klise memang. Dua orang yang bertolak belakang. Dua orang yang selalu musuhan. Dua orang yang tak mau kalah. Dua orang yang pada akhirnya (mau gak mau) terjerat kisah asmara. Meskipun terlihat biasa, kisah ini diceritakan dengan latar dan alur yang tidak biasa. Ditambah ada aura magic ala gipsi-gipsi menyelimutinya.
Karakter dari kedua tokoh utama, Gadis dan Troy, sangat kuat. Gadis yang sederhana pecinta produk lokal. Troy yang stylist nan modis yang demennya sama produk import. Aura permusuhannya juga kental, dan dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya, terutama Pak Irawan, sabar ya Pak! Hoho
Tingkah Gadis dan Troy yang saling menjatuhkan cukup menghibur. Pikiran-pikiran mereka yang tertuang dengan bahasa yang segar membuat pembaca tertawa gemas. Tak bosan deh baca ini novel.
Tapi jujur saja nih, aku gak suka endingnya! Gadis sama Troy udah romantis banget. Berasa pasangan paling serasi dan bahagia loh itu. Tapi kenapa ujungnya “aaaaarrrrrrgggkkkhhh” banget. Gemes seriusan! Entahlah, kalo novel ini dilanjutin selembar dua lembar, aku gak bisa memutuskan apa yang dirasain Gadis dan Troy. Bersyukur kah? Kecewa kah? Apa mereka bakal tetep musuhan atau malah langsung jatuh cinta? ARGH! Mending ga usah ada epilog aja deeeh~
Tapi mau gimana lagi, di situlah seninya. Di situlah letak uniknya yang menjadikan novel ini tak biasa dan layak untuk di baca. Okeh deh, mau gak mau aku harus menerima dengan ikhlas ending novel ini. :’)
Ceritanya tentang Troy dan Gadis, dua partner kerja di sebuah perusahaan farmasi yang punya sifat dan kepribadian yang bertolak belakang. Gadis yang ayu dan melokal, sangat membenci Troy, rekannya yang metropolis dan kebarat-baratan. Begitu pun sebaliknya. Tapi benar perkataan yang bilang kalau kita tidak boleh terlalu membenci seseorang. Suatu kejadian di ulang tahun perusahaan akhirnya membuat dunia mereka jungkir balik dan mengubah perasaan benci itu menjadi sesuatu yang lain.
Bukunya sendiri menyenangkan, dengan akhir yang menggantung (karena bersambung ke sekuelnya). Tipikal rom-com yang tokoh utamanya berawal dari musuh menjadi cinta. Saya suka plotnya, tapi entah kenapa bahasa yang digunakan mbak Karla agak mengganjal di saya. Bukan masalah besar sebenarnya. Mungkin karena saya sudah banyak membaca metropop lain yang bahasanya lebih mengalir dan lebih rapi.
Bukunya sendiri menyenangkan, dengan akhir yang menggantung (karena bersambung ke sekuelnya). Tipikal rom-com yang tokoh utamanya berawal dari musuh menjadi cinta. Saya suka plotnya, tapi entah kenapa bahasa yang digunakan mbak Karla agak mengganjal di saya. Bukan masalah besar sebenarnya. Mungkin karena saya sudah banyak membaca metropop lain yang bahasanya lebih mengalir dan lebih rapi.
adventurous
emotional
funny
inspiring
mysterious
relaxing
tense
fast-paced
Buku ini punya premis yang bagus. It got everything it needs to be awesome; love-hate relationship, fake marriage, fantasy aspects. But it all ruined by the author's writing.
Aneh banget gimana penulis menggambarkan hate nya di antara dua MC. Cuman sekedar throwing kata kata kasar dan ejekan ke masing2 karakter. Dangkal dan gak menarik sama sekali.
Latar belakang mengapa si Troy kebule bulean dan si Parasayu keIndonesia Indonesiaan juga gak digali. Padahal bisa jadi bagus kalau penulis mau mengeksplor hal tsb. Buku ini banyak banget menghabiskan waktu buat pembukaan yang enggak penting penting amat.
Aspek fantasinya juga yaampun....geleng geleng deh. Gatau lagi mau deskripsiin kaya gimana.
Aneh banget gimana penulis menggambarkan hate nya di antara dua MC. Cuman sekedar throwing kata kata kasar dan ejekan ke masing2 karakter. Dangkal dan gak menarik sama sekali.
Latar belakang mengapa si Troy kebule bulean dan si Parasayu keIndonesia Indonesiaan juga gak digali. Padahal bisa jadi bagus kalau penulis mau mengeksplor hal tsb. Buku ini banyak banget menghabiskan waktu buat pembukaan yang enggak penting penting amat.
Aspek fantasinya juga yaampun....geleng geleng deh. Gatau lagi mau deskripsiin kaya gimana.
•reread•
4.3/5⭐
Love, Hate & Hocus-Pocus has a classic premise. It's a love-hate relationship or more precisely enemies to lovers trope. It tells the story of Troy Mardian and Gadis Parasayu, colleagues at a pharmaceutical company who hates each other from the very first sight.
The story develops when they need to solve the company's case together. As time passed, they got together and started to get to know each other better. Especially when they share some strange experiences that have been happening to the two of them since meeting a gypsy at their company's anniversary party.
I love Karla's well written style with its light, fast-paced, and also witty dialogues between Troy and Gadis. Their chemistry is lovely and cute. It's a page-turner and a very fun read! I never get bored to reread this book. You can even read this book in one sitting! Even though the ending is a bit hanging, but it makes me want more!
Anyway, this is the first Karla's books I've read, maybe 11 years ago? I can't believe it's been so long! I still remember when my friend lent me the first version of this book and I love it instantly. And I even remember how happy I was when I got the books with Karla's autograph!
P.S. I sort of dislike how Kak Karla depicts Troy, which is seems too metrosexual, but I get the point tho.
#tiareadsbooks #tiawritesreviews
•••
FAVE QUOTES:
4.3/5⭐
Love, Hate & Hocus-Pocus has a classic premise. It's a love-hate relationship or more precisely enemies to lovers trope. It tells the story of Troy Mardian and Gadis Parasayu, colleagues at a pharmaceutical company who hates each other from the very first sight.
The story develops when they need to solve the company's case together. As time passed, they got together and started to get to know each other better. Especially when they share some strange experiences that have been happening to the two of them since meeting a gypsy at their company's anniversary party.
I love Karla's well written style with its light, fast-paced, and also witty dialogues between Troy and Gadis. Their chemistry is lovely and cute. It's a page-turner and a very fun read! I never get bored to reread this book. You can even read this book in one sitting! Even though the ending is a bit hanging, but it makes me want more!
Anyway, this is the first Karla's books I've read, maybe 11 years ago? I can't believe it's been so long! I still remember when my friend lent me the first version of this book and I love it instantly. And I even remember how happy I was when I got the books with Karla's autograph!
P.S. I sort of dislike how Kak Karla depicts Troy, which is seems too metrosexual, but I get the point tho.
#tiareadsbooks #tiawritesreviews
•••
FAVE QUOTES:
❝HATE not! For tonight is the Magical Night of LOVE. Jangan penuhi jiwa kalian dengan KEBENCIAN dan IRI, melainkan penuhi hanya dengan CINTA dan KEBAIKAN. Karena jika kalian tetap membiarkan jiwa kalian merangkak dalam kegelapan rasa benci itu, WASPADALAH!! Kekuatan Malam Ajaib ini akan dilimpahkan pada kalian. Maka kalian akan menemukan dua jiwa malang penuh permusuhan bertubrukan dalam CINTA. Then you'll find that for the thirteen days, dream and reality are nothing but ONE... So, BEWARE!! HATE not! But let's LOVE rule us tonight...❞
—Page 159-160
Namanya chiclit, wajar sih kalau ceritanya kadang ga masuk akal. Tapi cerita ga masuk akal pun ada batasnya lah. Konsep love-hate relationship menarik sih, tapi kok yaaaa gitu amat.
Ada beberapa hal yang mengganggu banget buat gw:
1) Troy ini metroseksual banget. Gw kenal orang-orang yg mesos juga, tapi penggambaran soal Troy ini kesannya lebay banget. Ini beneran cowo nih?
2) Troy & Gadis ini hobi banget berantem. Gw juga kadang berantem soal kerjaan sama rekan kerja beda departemen. Tapi orang yang masih waras ga bakal berantem ga penting dan ngeluarin argumen berdasar personal sentiment di depan presdir. Marah dan jengkel pun ada tempat dan waktunya. Tapi buat Troy dan Gadis, dunia cuma milik berdua saja kalau mereka sedang jengkel.
3) Mixo-lingo. Selera pribadi sih. Gw dasarnya ga terlalu suka mixo-lingo yang berlebihan di dalam novel. Dialognya banyak yang cuma pengulangan doang dari bahasa Indonesianya. Heran deh, Troy ini gede di mana sih kok ya odong banget bahasa Indonesianya. Tapi dibilang jago banget English juga kadang dia salah grammar. *smh*
4) Gw ga terlalu paham soal industri farmasi sih. Tapi kok kayaknya lebay gitu ya sebentar-sebentar BPI ini masuk koran. Oke lah kalau beritanya soal balita yang keracunan obat. Tapi emangnya bakal ada gitu koran yang meliput percintaan Dynamic Duo perusahaan obat?? Itu koran apa mading kantor sih.
Mau nambahin lagi tapi nanti jadi kepanjangan, hah. Intinya sih menurut gw tokohnya ga likeable dan relatable. Dua-duanya terlalu kekanakan. Dialognya lumayan sih, tapi kebanyakan. Jadinya mirip skrip FTV. Last verdict: 1,5 dari 5 bintang. Dibulatkan ke bawah karena gw sebel banget sama Troy :p
Ada beberapa hal yang mengganggu banget buat gw:
1) Troy ini metroseksual banget. Gw kenal orang-orang yg mesos juga, tapi penggambaran soal Troy ini kesannya lebay banget. Ini beneran cowo nih?
2) Troy & Gadis ini hobi banget berantem. Gw juga kadang berantem soal kerjaan sama rekan kerja beda departemen. Tapi orang yang masih waras ga bakal berantem ga penting dan ngeluarin argumen berdasar personal sentiment di depan presdir. Marah dan jengkel pun ada tempat dan waktunya. Tapi buat Troy dan Gadis, dunia cuma milik berdua saja kalau mereka sedang jengkel.
3) Mixo-lingo. Selera pribadi sih. Gw dasarnya ga terlalu suka mixo-lingo yang berlebihan di dalam novel. Dialognya banyak yang cuma pengulangan doang dari bahasa Indonesianya. Heran deh, Troy ini gede di mana sih kok ya odong banget bahasa Indonesianya. Tapi dibilang jago banget English juga kadang dia salah grammar. *smh*
4) Gw ga terlalu paham soal industri farmasi sih. Tapi kok kayaknya lebay gitu ya sebentar-sebentar BPI ini masuk koran. Oke lah kalau beritanya soal balita yang keracunan obat. Tapi emangnya bakal ada gitu koran yang meliput percintaan Dynamic Duo perusahaan obat?? Itu koran apa mading kantor sih.
Mau nambahin lagi tapi nanti jadi kepanjangan, hah. Intinya sih menurut gw tokohnya ga likeable dan relatable. Dua-duanya terlalu kekanakan. Dialognya lumayan sih, tapi kebanyakan. Jadinya mirip skrip FTV. Last verdict: 1,5 dari 5 bintang. Dibulatkan ke bawah karena gw sebel banget sama Troy :p
funny
fast-paced
Plot or Character Driven:
A mix
Strong character development:
No
Loveable characters:
No
Diverse cast of characters:
Yes
Flaws of characters a main focus:
No
Four stars because I was reading this in one of my most depressingly sleepess nights and it was very, very light and funny. Genuinely was trying to find a book to read for fun and for silly giggles from my bookshelf when I decided to pick this one up. Definitely not regretting it.
On a deeper thought, the idea of griefing a series of events which did not truly happen in a reality is actually very intriguing. By the end of the book, it surely reminds me of the story about the man who passed out, had a dream about being married for decades in a loving family, but ended up waking up to a reality where it did not happen.
Curious to see if the sequel would further explore this deeply, or would be another fun read to make me giggle the night away.
On a deeper thought, the idea of griefing a series of events which did not truly happen in a reality is actually very intriguing. By the end of the book, it surely reminds me of the story about the man who passed out, had a dream about being married for decades in a loving family, but ended up waking up to a reality where it did not happen.
Curious to see if the sequel would further explore this deeply, or would be another fun read to make me giggle the night away.