Reviews

The Case We Met by Flazia

bysunflouer's review

Go to review page

hopeful inspiring lighthearted fast-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes

4.0

cressntmoon_'s review against another edition

Go to review page

challenging lighthearted tense medium-paced
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes

5.0

readsbyra's review

Go to review page

4.0

Such a GREAT MetroPop!! ✨

yonea's review

Go to review page

4.0

Rekor metropop tertebal yang pernah kubaca!
Tapi karena page turner jadi gak kerasa.
Opening di New York jujur saja bikin aku susah loadingnya. Apalagi bahasa yang digunakan cukup formal seperti novel terjemahan. Wait, ini serius metropop?

Lalu, seperti biasa aku loncat setengah terakhir. Setting di Yogyakarta. Baik. Mari balik baca dari awal.

Redita Harris, pengacara muda selebram yang dijuluki Red Riding Hijab, sedang menangani kasus malapraktik dr. Mark Ashton di New York, ketika tiba-tiba dr. Natanegara Langit, Sp.An. muncul di hadapannya.

Rehanda Harris, kakak Dita, berteman akrab dengan Natan dan Akbar sejak SMA.

Belasan tahun Natan naksir Dita, tapi Dita naksir Akbar. Gemes ya bacanya.

Pov 3 bergantian menceritakan Natan dan Dita membuat pembaca mendapatkan gambaran penuh tentang keseluruhan cerita.

Alur maju-flash back tidak membuat bingung. Tapi kadang agak bikin mikir dengan time line yang maju-mundur. Terlalu banyak detail yang walaupun relevan, tapi potensial bikin bosan.

Selengkapnya di blog https://yoneainwonderbook.com/2020/04/11/review-metropop-the-case-we-met/

cheizscake's review

Go to review page

hopeful informative inspiring relaxing medium-paced

4.5

pitskypages's review

Go to review page

3.0

3.5 sebenernya

ossyfirstan's review

Go to review page

4.0

32-2020
Aku ketiduran membaca ini di 5 halaman pertama. Tapi aku teringat, dua minggu lalu, aku ketiduran di dua puluh menit pertama It's Okay Not To Be Okay, tapi ternyata aku menyukainya tatkala melanjutkannya---setelah mungkin berjuta hari tak pernah nonton drakor lagi. Jadi aku pikir, mari kita lanjutkan. Di seratusan halaman pertama, aku kembali ketiduran. Novel ini baru lancar dan langsung habis ketika aku melanjutkannya di 200an hingga selesai. Mungkin hubunganku dengan novel ini sama dengan tiap aku membaca horor seperti Nightmare series Gagas dulu, atau buku Risa Saraswati, yang bukannya ngeri, tiap beberapa lembar aku tertidur. Sekalipun aku menyukainya, aku akan ketiduran dan menghabiskan berhari-hari untuk menyelesaikannya---karena terus ketiduran.

Aku mengacungi jempol-jempolku---total ada 4 jempol di tubuhku-- untuk riset yang terlihat tidak main-main (meski mungkin penulis menganggapnya mainan). Beberapa hal soal kedokteran dan hukum tak begitu kumengerti, tetapi aku tidak memusingkannya karena beberapa hal lain dijelaskan dengan mudah dicerna. Aku suka karena merah jambunya pelan-pelan dan tidak geradakan. Aku suka bagaimana Red digambarkan sebagai muslimah karena sebenarnya aku tak begitu suka novel berbau agama, tetapi TCWM bisa menghadirkan isu agama tanpa jadi buku hidayah. Kukira itu saja, karena short-term-memory yang agak buruk membuatku mulai lupa, tetapi aku menikmati membacanya.
Sukses untuk penulisnya, kutunggu kisah dokter-dokter dan lainnya. XD

taleofbooks's review

Go to review page

4.0

i really enjoyed read this book and it's beyond my expectation! at the first i was thought that "buset ini novel tebel banget sampai 400an halaman", tapi ternyata ini page turning banget!

aduh dokter natan keren deh! wkwkwk

bbubbe's review

Go to review page

3.0

3.5 dari aku!

hellorik's review

Go to review page

5.0

BEST. METROPOP. I. HAVE. EVER. READ.
Just a compilation of my favorite topics: medical and law (...hence, this might be too personal, but IDC). Udah bikin mental note kalau pengin beli fisiknya setelah selesai baca versi ebook ❤️