Take a photo of a barcode or cover
3.72 AVERAGE
3.72 AVERAGE
Debo confesar que se me hizo difícil, tal vez porque no leí mucha novela clásica, tal vez porque me quise hacer el canchero leyendo una novela en el inglés del 1800 (apenas puedo leer en español), o porque me perdí un poco en el contexto de París y Londres en la revolución francesa; pero me obligué a terminarla... y la disfruté.
No soy un gran lector, tampoco se mucho de historia, pero me transporté cada vez que me ponía a leer sobre la vida de los Manette, y de la intrincada, casi telenovelesca relación con Charles y los Defarge.
Disfruté de los personajes, incluso del personaje de la Guillotina, de algunas vueltas que no esperaba en la trama (no sabia nada de la novela en lo previo), y, que lo vi venir y lo quise negar en mi mente, pero llegó... una demostración de amor prácticamente irreal, que por más que sea un relato repetido, no deja de emocionar.
No soy un gran lector, tampoco se mucho de historia, pero me transporté cada vez que me ponía a leer sobre la vida de los Manette, y de la intrincada, casi telenovelesca relación con Charles y los Defarge.
Disfruté de los personajes, incluso del personaje de la Guillotina, de algunas vueltas que no esperaba en la trama (no sabia nada de la novela en lo previo), y
Spoiler
del sacrificio final de SydneyAbove all, one hideous figure grew as familiar as if it had been before the general gaze from the foundations of the world—the figure of the sharp female called La Guillotine. It was the popular theme for jests; it was the best cure for headache, it infallibly prevented the hair from turning grey, it imparted a peculiar delicacy to the complexion, it was the National Razor which shaved close: who kissed La Guillotine, looked through the little window and sneezed into the sack. It was the sign of the regeneration of the human race. It superseded the Cross. Models of it were worn on breasts from which the Cross was discarded, and it was bowed down to and believed in where the Cross was denied.
slow-paced
I get that Dickens is super Greta at writing, I just couldn’t. I figured 23 years after being forced to read this twice in honors English, I could appreciate it now as a full-fledged adult. Turns out, no; it’s still as slow and cumbersome as I recalled.
Terkadang kita perlu mengintip akhir sebuah cerita agar bisa melihat sesuatu dengan lebih baik dan menilai seseorang dengan lebih tepat. Membaca fiksi sejarah klasik bukanlah perkara yang mudah. Kata-katanya yang indah, setting cerita yang sudah terkubur waktu, alur dan perkembangan cerita yang lambat. Ditambah lagi, ada beberapa bagian, yang meskipun penggambarannya sangat gamblang dan bisa ditelusuri benang merahnya, sayangnya masih tetap membingungkan untuk otak lemahku ini.
Itulah yang membuatku akhirnya mencari tahu di internet, dan tahu-tahu aku diantarkan sampai ke akhirnya. Tapi mendapat spoiler dengan kemauan pribadi, apalagi untuk sebuah kisah klasik, tidak membuatku kehilangan hasrat untuk terus lanjut membacanya, tidak seperti dalam kasus kisah misteri. Seandainya aku tidak membaca spoiler itu, kurasa aku akan menganggap buku ini sebagai buku yang biasa saja dan tidak begitu berarti, yang akan segera kulupakan karena aku tidak terlalu paham dengan pesan-pesan tersembunyinya.
Buku ini mengingatkanku bahwa manusia itu makhluk yang unik, yang perilakunya tidak bakal habis untuk dipelajari. Di sini kita bisa melihat betapa apa yang nampak di luar tidak serta merta mencerminkan jati diri seseorang.
Sidney Carton. Dia harus disebutkan paling pertama, biar namanya makin dikenang orang karena memang pantas mendapatkannya. Seorang pengacara yang suka mabuk-mabukan dan hidup serampangan. Saking buruk caranya menjalani hidup, dia sudah pasrah dan tidak mau susah-susah bertobat. Tapi dibalik sikapnya itu, dia adalah sosok sahabat yang sangat baik, yang rela mengorbankan nyawanya sendiri agar wanita yang dicintainya bisa hidup dengan suami dan keluarganya.
Therese Defarge. Digambarkan sebagai wanita perajut yang hanya diam saja mengamati perubahan zaman, ternyata wanita yang hatinya penuh dendam kesumat dan tanpa belas kasih. Aku sempat kaget saat membaca katanya dia adalah tokoh antagonis. Baru setelah lanjut membaca kisahnya, aku sadar betapa benarnya pernyataan itu. Akhir yang dia dapatkan juga di luar dugaan. Tapi kurasa itu yang terbaik.
Mr. Stryver. Pengacara tua dan gendut rekan Carton. Gayanya seperti seorang pembela keadilan, tapi ternyata dia sangat angkuh. Dia jatuh hati pada Lucie dan ingin meminangnya, dipikirnya itu akan membuat hidup gadis itu beruntung. Begitu ditolak, dia membual bahwa Lucie lah yang mengejar-ngejar dia.
Itulah yang membuatku akhirnya mencari tahu di internet, dan tahu-tahu aku diantarkan sampai ke akhirnya. Tapi mendapat spoiler dengan kemauan pribadi, apalagi untuk sebuah kisah klasik, tidak membuatku kehilangan hasrat untuk terus lanjut membacanya, tidak seperti dalam kasus kisah misteri. Seandainya aku tidak membaca spoiler itu, kurasa aku akan menganggap buku ini sebagai buku yang biasa saja dan tidak begitu berarti, yang akan segera kulupakan karena aku tidak terlalu paham dengan pesan-pesan tersembunyinya.
Buku ini mengingatkanku bahwa manusia itu makhluk yang unik, yang perilakunya tidak bakal habis untuk dipelajari. Di sini kita bisa melihat betapa apa yang nampak di luar tidak serta merta mencerminkan jati diri seseorang.
Spoiler
Sidney Carton. Dia harus disebutkan paling pertama, biar namanya makin dikenang orang karena memang pantas mendapatkannya. Seorang pengacara yang suka mabuk-mabukan dan hidup serampangan. Saking buruk caranya menjalani hidup, dia sudah pasrah dan tidak mau susah-susah bertobat. Tapi dibalik sikapnya itu, dia adalah sosok sahabat yang sangat baik, yang rela mengorbankan nyawanya sendiri agar wanita yang dicintainya bisa hidup dengan suami dan keluarganya.
Therese Defarge. Digambarkan sebagai wanita perajut yang hanya diam saja mengamati perubahan zaman, ternyata wanita yang hatinya penuh dendam kesumat dan tanpa belas kasih. Aku sempat kaget saat membaca katanya dia adalah tokoh antagonis. Baru setelah lanjut membaca kisahnya, aku sadar betapa benarnya pernyataan itu. Akhir yang dia dapatkan juga di luar dugaan. Tapi kurasa itu yang terbaik.
Mr. Stryver. Pengacara tua dan gendut rekan Carton. Gayanya seperti seorang pembela keadilan, tapi ternyata dia sangat angkuh. Dia jatuh hati pada Lucie dan ingin meminangnya, dipikirnya itu akan membuat hidup gadis itu beruntung. Begitu ditolak, dia membual bahwa Lucie lah yang mengejar-ngejar dia.
adventurous
challenging
tense
slow-paced
Plot or Character Driven:
Character
Strong character development:
Yes
Loveable characters:
Yes
Diverse cast of characters:
No
Flaws of characters a main focus:
Yes
The Tale of Two Cities was such a bad book.
Not a great start to 2025.
Not a great start to 2025.
Though it tested my patience in the beginning, in the end, it turned out that my patience was well rewarded. A tale of two cities was an amazing book and my heart went out to the characters who were very well portrayed. It had all the essential elements, the suspense, an interwoven plot, the romance and the perfect dark character that made the book an interesting and wonderful read.It gave an insight into the lives in England and France in the eighteenth century and the french revolution or La Guillotine. All in all, an amazing and wonderful read.
challenging
slow-paced
Plot or Character Driven:
Character
Strong character development:
No
Loveable characters:
No
Diverse cast of characters:
Yes
Flaws of characters a main focus:
No
Two years ago, I picked this book up but immediately put it down after the first chapter. I was a 14-year-old who couldn't care less about 18th-century London and the French Revolution. Also, Dickens' wordiness gave me a headache right away. However, now, at 16 (yes, not much older, I know) I decided to give it another try. The way this book's first chapter immediately intrigued me shows how much I've progressed over the course of two years. Do I care about the French Revolution? YES. Do I like Charles Dickens' verbose and flowery language? YES. This book is brilliant in every possible way. All the mysteries unfold perfectly. This book depicts the ugly side of human nature and the consequences of oppression, so it's really sad, of course, but I'll probably reread it again (and be sad all over again). I think it'll be one of my all-time favorites.
dark
reflective
sad
tense
medium-paced
Plot or Character Driven:
Character
Strong character development:
Yes
Loveable characters:
Complicated
Diverse cast of characters:
No
Flaws of characters a main focus:
Complicated