Reviews

Semasa by Teddy W. Kusuma

umilia's review against another edition

Go to review page

4.0

Cerita sederhana tentang sepasang sepupu dan rumah kenangan masa kecil. Realis dan manis.

Premis soal waktu yang mengubah hal-hal hingga tak lagi sama. Seperti hubungan Coro dan Sachi yang meskipun tetap dekat, namun diganjal dengan segala capaian dan perjalanan kedewasaan masing-masing. Rumah kenangan yang menampung memori hangat dua keluarga kecil ini kini harus dilepas demi rencana hidup yang harus diambil. Meski berat, karena mau tak mau seperti mengorbankan mimpi-mimpi luhur orang tua Coro dan Sachi.

Di tengah pembacaan, saya merasa Sachi berharap Coro bisa mengeluarkan solusi brilian demi mempertahankan rumah kenangan agar tak sampai dijual, layaknya tokoh utama novela yang mampu mengatasi segala masalah. Namun, karakter Coro tidak disetting begitu, dan inilah realita yang layaknya akan dihadapi dalam kehidupan sesungguhnya.

#sesibacaankarantina

kapulaga's review against another edition

Go to review page

4.0

4.5/5

monavidia's review against another edition

Go to review page

inspiring lighthearted relaxing medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes

5.0

aaahh it was soooo warm reading this book.. making me feel like home after a long journey 🥹🫶

windfall's review

Go to review page

5.0

The book left such a pleasant bittersweet feel in me. It was engaging from page one through the end. The words were mesmerizing, the conflict was subtly heartbreaking, and the nostalgia hit close to home even though I never exactly experienced it.

It contains many things realistic but at the same time, magical? Um. This has become a personal favorite of mine. I'll surely check out other works by Teddy and or Maesy in the future!

goguma's review against another edition

Go to review page

5.0

Thanks for making me cry at 12 am.

pagesderuby's review

Go to review page

emotional hopeful lighthearted reflective sad medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? N/A
  • Diverse cast of characters? N/A
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

irhamfachli's review against another edition

Go to review page

emotional reflective sad fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? No

5.0

itzreibrary's review

Go to review page

5.0

Coro dan Sachi, dua bersaudara sepupu yang sudah enam tahun tak jumpa, kini dalam perjalanan menuju ke Desa Pandanwangi, tempat rumah berlibur mereka sejak kecil. Rumah itu dibangun dan dirawat dengan penuh kasih oleh Bapak, ayah Coro, dan Bibi Sari, ibu Sachi. Namun karena desakan berbagai kebutuhan, rumah itu kini harus dijual.

Ditulis dengan apik dan jujur, Semasa berkisah tentang dua bersaudara sepupu yang tadinya begitu akrab namun seiring dengan berjalannya waktu perlahan menjauh, sibuk dengan kehidupannya masing-masing. Kembali ke Pandanwangi, kenangan seketika membanjiri keduanya, mengingatkan mereka akan masa-masa indah maupun pahit, sementara segala ganjalan yang selama ini tak terungkapkan pun tertumpahkan.

Membaca Semasa seakan membawaku menapaki jalan kenangan kehidupanku sendiri. Membuatku teringat pada rumah Nenek, tempatku berkumpul dengan saudara-saudara sepupuku. Ada kesedihan yang hampa saat rumah penuh kenangan masa kecil itu harus dijual. Namun kehidupan berjalan terus, hari esok akan selalu datang dan tak bisa kita terus berpegang pada masa lalu dan kenangan. Namun pada akhirnya, kenangan adalah salah satu hal yang membentuk seorang manusia dalam menyikapi hari esoknya.

"Tapi hidup ini memang seperti itu. Kamu melepas sesuatu, lalu memulai sesuatu. Rumah ini, bagaimana pun, ya benda mati. Yang hidup itu kenangan di dalamnya, juga alasan-alasannya berdiri. Semua kedekatan emosional yang muncul darinya, juga terhadapnya, itu tidak akan lepas, tidak akan hilang. Aku akan memegangnya terus-menerus, memeluknya erat-erat di hatiku, sampai kapan pun." -hal 104.

haifarania's review against another edition

Go to review page

4.0

Semakin bertambah umur, selera bacaanku jadi bergeser. Aku mulai “berkewajiban” membaca buku-buku yang hype, punya review bagus di Goodreads, yang isinya thought provoking & life-changing, dan sebagainya. Lambat laun, membaca bukan lagi sebatas hobi atau kegiatan mencari kesenangan. Melainkan juga tuntutan bagiku untuk mencari sedikit perubahan dari hidup yang kian membosankan dan begini-begini saja.

Kadang aku jadi kangen dengan Haifa cilik, yang bisa dengan spontan membaca buku apa saja, menikmati jalan cerita yang disajikan penulis, membalik halaman demi halaman, tanpa harus banyak berpikir tentang apa yang ia baca.

Mungkin kerinduan semu itulah yang membuatku berkeinginan mengulangi hal serupa. Jam menunjukkan pukul 6 pagi ketika aku secara asal-asalan mengambil novel “Semasa” (yang sebenarnya milik kakakku) lalu mulai membaca buku ini sembari rebahan di kasur dengan selimut masih membungkus kaki. Aku tidak punya ekspektasi apa-apa terhadap buku ini, murni karena aku langsung merasa tertarik begitu membaca kalimat pertamanya:

Terkadang hal-hal kecil di depanmu, hal-hal yang tak signifikan sebetulnya, mengingatkanmu pada rentetan kejadian masa lalu yang –dengan cara yang kerap berbelit-belit– seolah menjelaskan keadaanmu saat ini.

"Semasa" menceritakan tentang kenangan masa kecil, realita tumbuh dewasa, perasaan kesepian, namun juga menyentuh sisi hangat seperti hubungan keluarga dan arti dari merelakan. Dengan tebal tidak sampai 200 halaman, kisah buku ini dituturkan secara apa adanya, malah cenderung biasa-biasa saja. Tidak ada adegan menggebu-gebu atau apalah.

Begitu menutup buku, barulah aku menyadari. Mungkin sebuah buku tidak perlu jadi "luar biasa" untuk bisa meninggalkan kesan di hati pembacanya.

Selama ini, aku selalu menilai seberapa bagusnya sebuah buku dari seberapa impactful isi buku tersebut padaku. “Semasa” bukanlah tipikal buku seperti itu. Alih-alih, Semasa mengingatkanku tentang kisah orang biasa-biasa saja. Saking biasanya, cerita buku ini mungkin bisa dialami oleh orang-orang di sekelilingku, atau bahkan diriku sendiri. Kisah Coro, Sachi, Bapak, Bibi Sari, serta Paman Giofridis membuatku merasakan sebuah kedekatan layaknya perasaan hangat ketika pulang ke rumah atau mengingat kenangan indah. Sederhana, namun cukup untuk membuatku mengakhirinya dengan senyuman.

magnolia_crescent's review

Go to review page

funny lighthearted relaxing fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.5