Scan barcode
melmarian's reviews
61 reviews
The Secret Garden by Frances Hodgson Burnett
adventurous
emotional
funny
hopeful
inspiring
lighthearted
reflective
relaxing
sad
slow-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? Yes
5.0
A Mosque in the Jungle by Othman Wok
adventurous
dark
mysterious
tense
fast-paced
- Plot- or character-driven? Plot
- Diverse cast of characters? Yes
4.25
I've been meaning to read more Southeast Asian literature starting from this year, so this book was one from four I picked up from my visit to Singapore last May. I read so many good reviews about it and I was curious.
Reading horror stories set in SEA (particularly in Singapore, Malaysia, and Indonesia) feels different from the Western or Japanese horror stories I'm used to. It feels familiar and close XD. Othman Wok, who was Singapore's first Minister for Social Affairs and also served as Singapore's ambassador to Indonesia, wrote these stories in a rather straightforward way and often left the mystery unsolved. They are still entertaining and will send chills down your spine.
Some of my favourites:
The Sound in the Wall -- a dead body in the wall, reminds me of a scene from Lockwood & Co. This one has a happy ending, which can't be said for many (almost all?) of the other stories in this book.
The Anklets -- I dubbed this one "Jane Toe"
Si Hitam's Curse -- a classic black cat story
The Mad Artist -- one of the most shocking stories, and horrifyingly GORYYYYY
Visitor from the Coffin -- the story is simple, but then I came to the realization that this could very well happen in real life (:
The Golden Lantern -- Capital C CURSEDDDDD
The Guardian -- Dayak black magic slash Indiana Jones vibes
The Mystery of SS Juita -- there are many repetitions of the mysterious unseen claiming lives throughout the book, and this story is the one most tense and engrossing IMO.
I also really like the closing sentence from the introduction: "So please, enjoy these stories. May they terrify and charm you. In their darkness, may you find light."
Reading horror stories set in SEA (particularly in Singapore, Malaysia, and Indonesia) feels different from the Western or Japanese horror stories I'm used to. It feels familiar and close XD. Othman Wok, who was Singapore's first Minister for Social Affairs and also served as Singapore's ambassador to Indonesia, wrote these stories in a rather straightforward way and often left the mystery unsolved. They are still entertaining and will send chills down your spine.
Some of my favourites:
The Sound in the Wall -- a dead body in the wall, reminds me of a scene from Lockwood & Co. This one has a happy ending, which can't be said for many (almost all?) of the other stories in this book.
The Anklets -- I dubbed this one "Jane Toe"
Si Hitam's Curse -- a classic black cat story
The Mad Artist -- one of the most shocking stories, and horrifyingly GORYYYYY
Visitor from the Coffin -- the story is simple, but then I came to the realization that this could very well happen in real life (:
The Golden Lantern -- Capital C CURSEDDDDD
The Guardian -- Dayak black magic slash Indiana Jones vibes
The Mystery of SS Juita -- there are many repetitions of the mysterious unseen claiming lives throughout the book, and this story is the one most tense and engrossing IMO.
I also really like the closing sentence from the introduction: "So please, enjoy these stories. May they terrify and charm you. In their darkness, may you find light."
The Shadow of the Wind by Carlos Ruiz Zafón
adventurous
dark
funny
mysterious
slow-paced
- Plot- or character-driven? Plot
- Loveable characters? It's complicated
3.75
The Jakarta Method: Washington's Anticommunist Crusade and the Mass Murder Program that Shaped Our World by Vincent Bevins
Sulit mengulas buku sepadat dan sekompleks ini. Banyak review yang lebih mewakili buku ini, silakan bisa dicari sendiri. Yang jelas membaca buku ini membuat mataku makin terbuka.
The Jakarta Method sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Marjin Kiri, dengan judul Metode Jakarta.
challenging
dark
emotional
informative
sad
tense
medium-paced
4.25
Selama tahun 2024 aku baru membaca 2 buku nonfiksi, tapi keduanya berfaedah. Terutama yang ini, sungguh bikin shik shak shok.
Melalui buku ini kamu akan mengetahui:
Melalui buku ini kamu akan mengetahui:
- Demonisasi PKI adalah propaganda yang terus digaungkan penguasa bahkan sampai saat ini (diantaranya melalui buku-buku pelajaran dan pemutaran film G30S), dengan kata lain, ya, sejarah yang selama ini kita ketahui adalah bohong. PKI justru merupakan partai yang populer pada masanya, namun mereka harus dimusnahkan karena bertentangan dengan agenda kapitalis Si Paling Cawe-cawe alias Amerika Serikat.
- Komunisme jahat? Bisa jadi. Tapi mengucilkan, menghilangkan, menyiksa, membantai hingga ratusan ribu (jutaan?) orang yang terlibat dan dicurigai terlibat PKI, yang dilakukan oleh militer Indonesia, dan dibekingi AS, apa namanya ini kalau bukan kejahatan masif terhadap kemanusiaan?
- Yang dinamakan Metode Jakarta pertama dilakukan di Indonesia, dan nantinya akan diikuti oleh Brazil dan negara-negara lainnya.
- Pemusnahan komunisme terjadi secara global dan semuanya saling terkoneksi.
- Konferensi Asia-Afrika merupakan bukti, bahwa kita yang dilabeli "negara dunia ketiga" bisa lho sekeren dan serevolusioner itu.
- Setiap kali kamu mengeluh harga-harga makin naik sementara pendapatan segitu-gitu aja, yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin, ingatlah kalau sila ke-5 Pancasila merujuk pada sosialisme, di mana komunisme adalah salah satu bentuk sosialisme. Intervensi global AS merubah tatanan dunia & menyebabkan gap of wealth yang sangat curam antara negara-negara "dunia pertama" & "dunia ketiga".
- Buku ini ditulis dengan riset mendalam, penulisnya melakukan kunjungan ke tidak kurang dari 12 negara dan mewawancarai banyak orang yang mengalami langsung bagian sejarah kelam ini.
Sulit mengulas buku sepadat dan sekompleks ini. Banyak review yang lebih mewakili buku ini, silakan bisa dicari sendiri. Yang jelas membaca buku ini membuat mataku makin terbuka.
The Jakarta Method sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Marjin Kiri, dengan judul Metode Jakarta.
Sweet Bean Paste by Durian Sukegawa
emotional
hopeful
inspiring
lighthearted
reflective
sad
slow-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? Yes
3.25
Cursed Bunny by Bora Chung
dark
emotional
mysterious
reflective
tense
fast-paced
- Plot- or character-driven? A mix
5.0
(Disclaimer: INI 10% REVIEW, 90% SAMBAT.)
Buku kumpulan cerita seram dari Korea Selatan.
Ada kepala yang muncul dari kloset setelah seorang perempuan buang air & menekan tombol flush -- seram, tapi tidak seseram kehilangan identitas diri dan hanya dikenal sebagai Ibu [isi nama suami di sini] atau Mama [isi nama anak di sini], tidak punya waktu sama sekali untuk melakukan apa yg disenangi, untuk diri sendiri--
Ada seorang perempuan yang mengalami menstruasi selama 12 hari tanpa henti -- seram, tapi lebih seram pemikiran bahwa perempuan adalah milik laki-laki, untuk "dipergunakan" sekehendak laki-laki, filosofi sumur dapur kasur yang sudah arkais itu--
Ada azimat lampu kelinci yg dikirim kepada keluarga pengusaha yg pernah mencurangi pesaingnya, kutukan berupa kelinci yg terus berlipat ganda jumlahnya dan memakan segala sesuatu-- kertas, kayu, bahkan si pengusaha dan keluarganya -- seram, tapi tidak seseram pengusaha2 di dunia nyata yang menghalalkan segala cara demi cuan, tidak peduli ada orang yg menderita karenanya, karena usahanya menimbulkan polusi atau merampas apa yg menjadi milik orang lain--
Masih ada 7 cerita seram lainnya di dalam buku ini, tapi tidak seseram: fenomena misoginis yang terjadi di Korea Selatan-- di mana anak-anak laki-laki melecehkan ibu dan saudara perempuan mereka, merekamnya dan mengunggah videonya ke internet. Tidak seseram kasus wanita lansia di Prancis yang suaminya menyewa puluhan pria utk memerkosa istrinya di rumahnya sendiri. Tentu saja tidak seseram penguasa yg mengacak-acak konstitusi demi memperoleh lebih banyak lagi kekuasaan. Dan jelas jauh lebih tidak seram dibandingkan g*n*sida yang terus-menerus terjadi, sedangkan kita di sini tidak bisa berbuat apa-apa.
Ini yg kucoba sampaikan: kita hidup di dunia yg luar biasa seram, sehingga membaca buku seram pun seakan sudah tidak ada gregetnya. Kita tidak lagi takut pada hantu, karena jelas manusia bisa melakukan yg lebih mengerikan. Ada kemarahan yg kurasakan dari tulisan penulis, kemarahan yg mendorong dia menuliskan cerita-cerita ini.
Dan sebelum ada yg komen, "gak asik ah, kok dibawa ke politik!" Honey, wake up. Seluruh hidupmu dikendalikan dan tergantung politik. Kamu bisa isi BBM pertalite karena kebijakan politik. UMR yang tidak seberapa itu, dengan potongan2 yang makin lama makin banyak, itu hasil politik. Kualitas udara yg kamu hirup adalah hasil kebijakan politik.
Jujur saja, this world is sh*t dan wajar saja jika kita marah. Kita marah karena kita tahu, ada alternatif selain hidup di dalam cerita seram. We deserve better, and we are claiming our right to live a better life.
"Horror makes us equal in the face of death. Because we all fear death." - Bora Chung
Buku kumpulan cerita seram dari Korea Selatan.
Ada kepala yang muncul dari kloset setelah seorang perempuan buang air & menekan tombol flush -- seram, tapi tidak seseram kehilangan identitas diri dan hanya dikenal sebagai Ibu [isi nama suami di sini] atau Mama [isi nama anak di sini], tidak punya waktu sama sekali untuk melakukan apa yg disenangi, untuk diri sendiri--
Ada seorang perempuan yang mengalami menstruasi selama 12 hari tanpa henti -- seram, tapi lebih seram pemikiran bahwa perempuan adalah milik laki-laki, untuk "dipergunakan" sekehendak laki-laki, filosofi sumur dapur kasur yang sudah arkais itu--
Ada azimat lampu kelinci yg dikirim kepada keluarga pengusaha yg pernah mencurangi pesaingnya, kutukan berupa kelinci yg terus berlipat ganda jumlahnya dan memakan segala sesuatu-- kertas, kayu, bahkan si pengusaha dan keluarganya -- seram, tapi tidak seseram pengusaha2 di dunia nyata yang menghalalkan segala cara demi cuan, tidak peduli ada orang yg menderita karenanya, karena usahanya menimbulkan polusi atau merampas apa yg menjadi milik orang lain--
Masih ada 7 cerita seram lainnya di dalam buku ini, tapi tidak seseram: fenomena misoginis yang terjadi di Korea Selatan-- di mana anak-anak laki-laki melecehkan ibu dan saudara perempuan mereka, merekamnya dan mengunggah videonya ke internet. Tidak seseram kasus wanita lansia di Prancis yang suaminya menyewa puluhan pria utk memerkosa istrinya di rumahnya sendiri. Tentu saja tidak seseram penguasa yg mengacak-acak konstitusi demi memperoleh lebih banyak lagi kekuasaan. Dan jelas jauh lebih tidak seram dibandingkan g*n*sida yang terus-menerus terjadi, sedangkan kita di sini tidak bisa berbuat apa-apa.
Ini yg kucoba sampaikan: kita hidup di dunia yg luar biasa seram, sehingga membaca buku seram pun seakan sudah tidak ada gregetnya. Kita tidak lagi takut pada hantu, karena jelas manusia bisa melakukan yg lebih mengerikan. Ada kemarahan yg kurasakan dari tulisan penulis, kemarahan yg mendorong dia menuliskan cerita-cerita ini.
Dan sebelum ada yg komen, "gak asik ah, kok dibawa ke politik!" Honey, wake up. Seluruh hidupmu dikendalikan dan tergantung politik. Kamu bisa isi BBM pertalite karena kebijakan politik. UMR yang tidak seberapa itu, dengan potongan2 yang makin lama makin banyak, itu hasil politik. Kualitas udara yg kamu hirup adalah hasil kebijakan politik.
Jujur saja, this world is sh*t dan wajar saja jika kita marah. Kita marah karena kita tahu, ada alternatif selain hidup di dalam cerita seram. We deserve better, and we are claiming our right to live a better life.
"Horror makes us equal in the face of death. Because we all fear death." - Bora Chung
Death and the Maiden by Apinuch Petcharapiracht
dark
mysterious
reflective
sad
tense
medium-paced
- Plot- or character-driven? A mix
3.5
"The living always move forward," Vikal says. "The dead own the past. The Messengers own nothing. You're still alive. Past flows inside you, present courses through your limbs, future lies ahead, endless. Please realize how important life is."
A gothic fantasy, from a Thai author. (It's actually my first time reading anything from a Thai author!). After the sun sets, the spirits who dwell in the tower wake up. The Defeated Gamblers are spirits who committed suicide because of--you've guessed it, gambling-- they are doomed to fall from the tower over and over again in this afterlife. The Lost Ones are children, victims of a serial killer that were trapped in the tower--bodily and spiritually--because their parents haven't found their bodies yet. The Messengers of Death can take form of nocturnal birds, and their job is to send the departed souls to their next destination, with a musical performance. One day, after an unspeakable tragedy occurred, one Messenger decided to adopt a kid, who later became his assistant.
There are 25 chapters in this book, including the epilogue, and they are titled with a piece of classical music. I have made a playlist on Spotify, you can look it up!
I really enjoyed this book, but I can't help but feel that it could be explored more. I also dislike the epilogue.
A gothic fantasy, from a Thai author. (It's actually my first time reading anything from a Thai author!). After the sun sets, the spirits who dwell in the tower wake up. The Defeated Gamblers are spirits who committed suicide because of--you've guessed it, gambling-- they are doomed to fall from the tower over and over again in this afterlife. The Lost Ones are children, victims of a serial killer that were trapped in the tower--bodily and spiritually--because their parents haven't found their bodies yet. The Messengers of Death can take form of nocturnal birds, and their job is to send the departed souls to their next destination, with a musical performance. One day, after an unspeakable tragedy occurred, one Messenger decided to adopt a kid, who later became his assistant.
There are 25 chapters in this book, including the epilogue, and they are titled with a piece of classical music. I have made a playlist on Spotify, you can look it up!
I really enjoyed this book, but I can't help but feel that it could be explored more. I also dislike the epilogue.
Parnassus Keliling by Christopher. Morley
adventurous
funny
hopeful
inspiring
lighthearted
fast-paced
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? Yes
4.75
"Menyebut kita manusia tidak akan membuat kita menjadi manusia. Tidak ada makhluk di muka bumi ini yang berhak menganggap diri mereka sebagai manusia, jika dia tidak tahu paling sedikit satu buku bagus."
This little book! With its charming little story!
Parnassus Keliling memperkenalkan kita dengan Helen McGill, seorang perempuan lajang nyaris berusia 40 tahun, yang muak dengan kehidupannya yang dipenuhi pekerjaan domestik di rumah pertanian. Terutama, Helen muak dengan kakaknya Andrew, yang semenjak menjadi penulis sama sekali tidak meluangkan waktu untuk membantu urusan rumah tangga. Karena itu, ketika kesempatan datang berupa seorang pria kecil berambut merah yang menawarkan karavan toko bukunya, lengkap dengan si kuda Peg dan si anjing Bock (sebenarnya dia mau menjualnya kepada Andrew), Helen membuat keputusan gila untuk membelinya sendiri; dan pergi berlibur untuk pertama kalinya dalam lima belas tahun. She really did wake up one day and chose violence, LOL.
Buku klasik kecil dengan kisah a la romcom slash petualangan yang lucu. Tokoh Helen khas perempuan no-nonsense, dipertemukan dengan penjual buku yang lucu dan eksentrik Roger Mifflin, yang juga dikenal dengan sebutan Profesor. Gemas sekali ketika Helen menyebut Roger "si Janggut Merah kecil" atau "Biskuit Jahe" karena Roger berbadan lebih kecil daripada Helen yang tinggi dan gemuk.
Kisahnya menjadi sungguh relate karena kedua tokohnya berada di persimpangan umur paruh baya, empat puluhan, yang sudah dianggap tua di masa buku ini ditulis (dan di masa kini pun ternyata masih tetap sama), tapi kehadiran cerita kecil ini memberi harapan bahwa hal-hal seru masih bisa terjadi kepada mereka yang sudah dicap tua oleh dunia.
"Di sanalah aku belajar bahwa kehidupan masih menyimpan sesuatu yang segar bagiku--sesuatu yang lebih baik daripada memanggang biskuit champlain untuk Andrew."
This little book! With its charming little story!
Parnassus Keliling memperkenalkan kita dengan Helen McGill, seorang perempuan lajang nyaris berusia 40 tahun, yang muak dengan kehidupannya yang dipenuhi pekerjaan domestik di rumah pertanian. Terutama, Helen muak dengan kakaknya Andrew, yang semenjak menjadi penulis sama sekali tidak meluangkan waktu untuk membantu urusan rumah tangga. Karena itu, ketika kesempatan datang berupa seorang pria kecil berambut merah yang menawarkan karavan toko bukunya, lengkap dengan si kuda Peg dan si anjing Bock (sebenarnya dia mau menjualnya kepada Andrew), Helen membuat keputusan gila untuk membelinya sendiri; dan pergi berlibur untuk pertama kalinya dalam lima belas tahun. She really did wake up one day and chose violence, LOL.
Buku klasik kecil dengan kisah a la romcom slash petualangan yang lucu. Tokoh Helen khas perempuan no-nonsense, dipertemukan dengan penjual buku yang lucu dan eksentrik Roger Mifflin, yang juga dikenal dengan sebutan Profesor. Gemas sekali ketika Helen menyebut Roger "si Janggut Merah kecil" atau "Biskuit Jahe" karena Roger berbadan lebih kecil daripada Helen yang tinggi dan gemuk.
Kisahnya menjadi sungguh relate karena kedua tokohnya berada di persimpangan umur paruh baya, empat puluhan, yang sudah dianggap tua di masa buku ini ditulis (dan di masa kini pun ternyata masih tetap sama), tapi kehadiran cerita kecil ini memberi harapan bahwa hal-hal seru masih bisa terjadi kepada mereka yang sudah dicap tua oleh dunia.
"Di sanalah aku belajar bahwa kehidupan masih menyimpan sesuatu yang segar bagiku--sesuatu yang lebih baik daripada memanggang biskuit champlain untuk Andrew."
The Garden of Evening Mists by Tan Twan Eng
challenging
dark
emotional
reflective
relaxing
sad
tense
slow-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
3.5
The Neverending Story by Michael Ende
adventurous
emotional
hopeful
inspiring
lighthearted
mysterious
reflective
slow-paced
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? Yes
5.0