melmarian's reviews
61 reviews

Memory Bookstore by Choung Myung Seob

Go to review page

challenging dark mysterious tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? Plot

3.0

Work-Life Balance: Malevolent Managers and Folkloric Freelancers by Wayne Rée, Benjamin Chee

Go to review page

adventurous funny inspiring reflective medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? No

3.5

I got the most unique reading experience this year thanks to this book!

Served in a prose slash comic format, Work-Life Balance clashes two things that I wouldn’t dream to be clashed: the struggles of modern corporate life and Southeast Asian ghosts. Also the title “Work-Life Balance” basically screams nonfiction! Needless to say, when I picked up this book, I didn’t really know what was in store for me.

“The Company” in this book is filled with pontianaks, manananggals, ba jiao guis, raksasis, toyols, other ghosts and demons, and also some humans. There are also “pale demons” like Mammon and Belial, and a demon with questionable motive (but don’t they all have questionable motive?) named Mephistopheles, who delivers the end sentence quite memorably.
This got me thinking... maybe the workplace in real life is not too far off, maybe it's also inhabited by demons and ghosts, that's why it feels like hell sometimes, LOL 
The Complete Persepolis by Marjane Satrapi

Go to review page

challenging dark emotional funny informative sad tense medium-paced

4.25

Taman Tanpa Aturan by Noor H. Dee

Go to review page

adventurous funny lighthearted fast-paced

3.5

Yellowface by R.F. Kuang

Go to review page

challenging emotional informative tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.75

When her supposedly best friend and bestseller author Athena Liu suddenly dies, the 'mediocre' June Hayward committed Grand Theft Libro; stealing Athena's raw & unfinished manuscript then publishing it as her own; rebranding herself with a racially ambiguous penname: Juniper Song. But the manuscript of The Last Front was such a rough first draft that June would work hard to make it a marketable, finished book. That's why she claimed The Last Front is her own work as much as Athena's, only that people don't know that Athena was the original writer. After a long editorial process, at long last, June found success as a writer and was celebrated and admired, pretty much in the same way Athena once was. But theft always has a price, even if June didn't 'fully' steal the manuscript. June started seeing Athena's ghost. You'd think that she'd stop and admit the truth, but alas, if she did, we won't have such a twisting and interesting story.
 

Yellowface is quite self-explanatory; it contains a lot of critique to modern publishing world, and a slight part of psychological thriller. We as common readers are shown the long process of making a book; we are shown how writers would shed blood, sweat, and tears to achieve the goal of getting their book published. This is the first R.F. Kuang book I've read, and I feel that this book isn't her peak. I have no interest in The Poppy War Trilogy (so far), but I'd definitely read Babel.

Read for #TBBTBmelmarian2024
Borrowed from @multiverse.library 
Susu dan Telur by Mieko Kawakami

Go to review page

challenging emotional informative reflective sad slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.25

Buku yang tebal nan padat bergizi. Sejauh ini, Susu dan Telur adalah buku yang paling lengkap mencatat dan menyorot pengalaman ketubuhan perempuan yang pernah kubaca.
Susu dan Telur terbagi menjadi dua bagian:
  • Bagian Pertama: Musim Panas, 2008 -- menceritakan pergumulan Makiko (kakak perempuan Natsu, tokoh utama) yang ingin melakukan operasi implan payudara. Diselingi dengan entri diari Midoriko, anak perempuan Makiko dengan segala sambatan khas ABG-nya.
  • Bagian Kedua: Musim Panas 2016-Musim Panas 2019 -- menceritakan pergumulan Natsu yang ingin punya anak, tapi tidak punya pasangan. Natsu kemudian mempertimbangkan melakukan AID (inseminasi buatan) namun dengan donor sperma.

Buku ini agak slow-paced, namun kurasa cukup berhasil menyampaikan apa yang ingin penulis sampaikan. Banyak pertanyaan sensitif dan bahkan mungkin tabu di mata masyarakat yang dibahas dalam buku ini, misalnya; etiskah melahirkan bayi dengan bantuan donor sperma anonim? Bagaimana jika si bayi, ketika sudah besar nanti, ingin mengetahui siapa ayah kandungnya?
Apakah keputusan menghadirkan seorang bayi ke dalam dunia ini adalah bentuk keegoisan orang tua? Bila pasangan suami-istri atau pasangan sejenis menginginkan memiliki anak, mengapa orang lajang tidak boleh menginginkan anak juga? Apakah seseorang yang aseksual berarti dia juga 'kurang perempuan'?

Mungkin buku ini penuh dengan pil pahit yang sulit ditelan, tapi menurutku ini salah satu buku yang perlu dibaca setidaknya sekali seumur hidup. 
The Cat Who Saved Books by Sōsuke Natsukawa

Go to review page

adventurous mysterious reflective medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.25

Separo kisah fantasi dan separo lagi sindiran keras pada para pembaca buku dan industri buku.
The Cat Who Saved Books berkisah tentang Rintaro Natsuki, bocah SMA yang juga adalah seorang hikikomori, yang baru saja ditinggal mati kakeknya. Sang kakek mewariskan toko buku bekas Natsuki Books kepadanya, namun duka membuat Rintaro makin menutup diri.
Kedatangan Tiger si kucing tabby yang bisa bicara mengubah segalanya. Ia memberikan misi kepada Rintaro untuk menyelamatkan buku-buku, dengan cara menaklukkan 'monster-monster' yang berada dalam labirin fantastis.
Idenya menarik, dan sindiran-sindirannya cukup mengena. Tapi beberapa kali dibilang bahwa 'misi kali ini berbahaya, kamu mungkin tidak bisa kembali' tapi nyatanya gak gitu-gitu amat, hehehe.
Karakter si kucing sendiri kurang banyak dimunculkan, dan masih misterius dari mana dia datang dan ke mana dia pergi?

Tapi aku suka character development Rintaro, dari yang sebelumnya hikikomori jadi peduli pada orang lain, bahkan mulai dekat dengan cewek teman sekelasnya. Buku ini juga membuat kita, pembaca, berpikir kembali tentang relasi kita dengan buku.

Overall, The Cat Who Saved Books memberikan pengalaman baca yang cukup menyenangkan, yang jelas aku lebih suka buku ini daripada Days at the Morisaki Bookshop.

Read for #TBBTBmelmarian2024 and #JanuaryinJapan 
Perkumpulan Anak Luar Nikah by Grace Tioso

Go to review page

emotional funny hopeful inspiring reflective sad tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

5.0

Sebetulnya aku agak bingung mengkategorikan buku ini. Dibilang buku metropop; karakter-karakternya memang cocok & diksi yang digunakan sangat modern, tapi kayaknya bukan metropop deh. Sastra? Ya, menurutku ini sastra, karena sastra tak selalu harus menggunakan bahasa yang berbunga dan mendayu. Fiksi sejarah? Memang latar sejarahnya sangat kental tapi karakter-karakternya tidak hidup di masa lalu, latar sejarah di masa lalulah yang mendasari plot ceritanya. Tapi, fiksi sejarah mungkin yang paling cocok disebut genre buku ini.

Buku unik yang tiap babnya digantikan dengan "Thread" ini bercerita tentang Martha, perempuan pintar yang mendapat beasiswa pemerintah Singapura dan kemudian ia bersama sepupunya Yuni membuat akun Twitter @duolion163 yang menguliti politikus-politikus Indonesia. Gara-gara sebuah postingan blog zaman duluuuu banget, ketahuan bahwa ia memalsukan akta kelahirannya dan memakai akta palsu itu untuk mendaftar beasiswa. Nasi sudah menjadi bubur dan Martha harus menanggung konsekuensi atas perbuatannya di masa lalu. Pemerintah Singapura yang strict tidak akan mendiamkan saja pelanggaran Martha. Dan semua yang dekat dengan Martha; Ronny, suaminya yg sedang mengajukan tenure menjadi associate professor; sahabat-sahabatnya dari remaja Fanny dan Linda; bahkan sahabatnya yang nyaleg, Rivai, ikut terseret dalam kasus Martha.

Ngomong-ngomong tentang masa lalu, ada suatu alasan kuat mengapa Martha nekat memalsukan akta kelahirannya. Ternyata karena di akta asli tertulis "anak luar nikah", karena papa Martha berstatus stateless alias tidak berkewarganegaraan; bukan WNI, mau dibilang WNA juga bukan, wong orangnya tidak pernah ke luar Indonesia. Dari sini kita ditarik mundur melihat sejarah tentang permasalahan pelik kewarganegaraan warga Tionghoa-Indonesia yang memuncak pasca 1965, yang menyebabkan banyak warga Tionghoa menjadi stateless. Luka menganga yang ditimbulkan peristiwa 1998 kepada warga Tionghoa-Indonesia juga jadi sorotan dalam buku ini. This book is such an emotional rollercoaster, yang juga membuatku makin mengenal dan berempati pada rekan-rekan etnis Tionghoa/Chindo. Bagaimanapun kita sama-sama orang Indonesia.

Banyak teman buku yang menobatkan buku ini sebagai buku terbaik yang mereka baca di tahun 2023, dan rating di Goodreads pun sangat tinggi: 4.75. Setelah membacanya aku pun setuju, IT WAS WORTH EVERY STAR. Sejujurnya aku punya pet peeve buku yang ditulis dengan bahasa campur-campur kayak begini, tapi untuk fiksi aku masih bisa toleransi, juga sejak jadi bagian dari multinational working environment aku jadi makin melunak soal ini. Selain penulis halus banget memasukkan unsur sejarah dalam plot, buku ini fast-paced alias nggak ada momen boring. Character arc tiap tokohnya pun menurutku digali dengan baik; memberi kesempatan pembaca untuk mengenal dan bersimpati dengan mereka. Ada satu sih yang menurutku kurang; porsi cerita untuk Yuni, sepupu Martha yang juga admin @duolion163. Yuni ini keren banget lho, dari luar tampak kayak ibu-ibu rumah tangga "biasa" yang mengurusi bisnis kecap, tapi kemampuannya setara agen rahasia, hahaha. Kalo ada spinoff yang menceritakan POV Yuni, aku mau baca. 
The Frenchman's Creek by Daphne du Maurier

Go to review page

adventurous funny lighthearted mysterious reflective tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.5

Set on 17th century Cornwall, our main character, the charming Lady Dona St. Columb, escapes the stifling London life and stole to Navron house by the edge of the creek. She meets a French gentleman pirate, and a love affair ensues. Instead of mere romance, this is also a critique on social restrictions to women at that time (maybe still relatable even now to some degree). Expect action (the excitement!) and du Maurier's trademark atmospheric writing (you almost feel as if you were there), but not intimate scenes, unfortunately. Oh they happened alright, but for some reason the writer opted to leave it out from the book. 
Temple Alley Summer - Musim Panas di Gang Kuil Kimyo by Sachiko Kashiwaba

Go to review page

adventurous funny inspiring lighthearted mysterious medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes

5.0