clodiodi's reviews
88 reviews

The Tyrant's Tomb by Rick Riordan

Go to review page

5.0

Turn out i finished the whole 4 books, this is why i dont read series (or watch ongoing series), bcs i'm bad at waiting
The Burning Maze by Rick Riordan

Go to review page

4.0

Will update the review later..
Blind Date by AliaZalea

Go to review page

2.0

Memutuskan untuk baca ini karena sudah lama sekali tidak membaca novel romance metropop seperti ini dan butuh refreshing dari kejenuhan hidup.

Well, the story not bad, but not really that good too. Ceritanya cukup ringan bahkan cenderung datar, terlalu banyak deskripsi dan percakapan yang kadang bikin saya skip membacanya. Narasi di awal masih cukup oke dan menarik, semakin ke belakang kaya too good to be true dan terlalu klise i think.. mungkin memang saya yang tidak cocok dengan gaya cerita seperti ini.

But overall cukup menyenangkan sebagai selingan bacaan ringan untuk menghilangkan kejenuhan.

Mungkin akan mencoba membaca karya Alia Zalea yang lain karena dia cukup sering direkomendasikan terlepas dari pengalaman saya membaca buku ini.
Saman by Ayu Utami

Go to review page

4.0

Saman merupakan karya kedua Ayu Utami yang saya baca setelah sebelumnya mencicipi Manjali dan Cakrabirawa di awal tahun.

Masih dengan gaya penulisan Ayu Utami yang khas, Saman ditulis dengan berani dan mampu mengangkat isu sosial, politik, keagamaan, dan seksualitas dengan terang-terangan dan menjadikan hal yang tabu terasa normal untuk dibicarakan.

Kisah dalam buku Saman ini sendiri berpusat pada kehidupan empat sahabat karib dan pembimbing rohani mereka saat SD, seorang pastor muda bernama Saman.

Bagian pertama dimulai dengan kisah Laila, salah satu sahabat, yang terlibat dalam kisah asmara pelik dengan seorang pria beristri. Kisah asmara mereka dilatarbelakangi oleh kasus kecelekaan kerja yang terjadi di sebuah pertambangan offshore. Kasus ini membawa Laila bertemu kembali dengan cinta lamanya, Saman.

Bagian kedua mengenalkan kita pada Saman, sebelumnya dikenal dengan nama Wisanggeni, seorang pastor muda yang memiliki ikatan dengan apa yang terjadi di masa kecilnya. Merasa membutuhkan jawaban atas sosok yang selalu menghantuinya, Wis kembali ke kampung halamannya dan memtuskan melayani di sana. Perjalanannya mencari jawaban justru mebawanya pada sebuah panggilan hidup yang tidak pernah ia duga, panggilang yang membuat dia memaknai kembali arti dari kasih serta keterlibatan antar manusia. Keterlibatan tersebut membuat dia terseret dalam peperangan dengan penguasa dan mengharuskan dia mengganti namanya.

Selanjutnya, kita dibawa kembali pada kisah Laila yang diambil dari sudut pandang Shakuntala, sahabat lainnya. Melalui shakuntala kita juga dibawa pada masa kecil serta remaja keempat sahabat dan bagaimana mereka saling merekat satu sama lain hingga dewasa.

Bagian terakhir kita diperkenalkan dengan tokoh Yasmin, salah satu dari 4 sahabat, meskipun narasi diceritakan dalam bentuk surat-menyurat antara Saman dan Yasmin. Melalui percakapan mereka, kita mengetahui apa yang terjadi setelah Saman terlibat konflik dengan penguasa.

Secara keseluruhan buku ini sangat saya nikmati. Bagi beberapa pembaca, mungkin penulisan Ayu Utami terlalu vulgar atau mengusik sisi kenyamanan kita terhadap norma dan nilai yang ada, namun itulah kehidupan. Banyak hal yang secara berani dituliskan oleh Ayu yang juga menjadi bentuk kritik terhadap hal-hal diskriminatif baik terhadap masyarakat marginal maupun perempuan. Bahkan secara keagamaan, sebagai seorang kristen, saya merasakan banyak hal relevan dari gejolak yang dialami Wis sebagai pastor muda terhadap kehadiran Tuhan (yang tentu saja dirasa akan sangat sensitif bagi sebagian orang). Meskipun secara alur bisa terasa memingungkan karena fokus terus berpindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya, namun secara keseluruhan Saman masih bisa dinikmati secara utuh.

Selesai membaca buku ini masih banyak hal yang menggantung dan terasa belum selesai, seakan belum mendapat kesimpulan atas banyak hal yang terjadi. Mungkin hal tersebut akan segera terjawab di buku selanjutnya, Larung.

4/5⭐️
Larung by Ayu Utami

Go to review page

3.0


Selesai membaca Saman, segera membaca lanjutannya yaitu Larung.

Masih berkisar di kehidupan 4 sahabat dan Saman yang merupakan sentral dari buku pertama, hanya saja kali ini terdapat penambahan tokoh baru yang tidak lain adalah Larung sendiri.

Bagian awal buku dimulai dengan kisah Larung dan petualangannya dalam mengakhiri hidup Neneknya (iya betul sekali). Masih dipenuhi dengan suasana mistis dan spiritual seperti kisah Saman, kisah Larung muda ini cukup menarik meskipun bagi saya cukup bertele-tele di beberapa bagian sehingga harus berhenti membaca dulu.

Panjang lebarnya pengenalan karakter Larung melalui kisah dia dan neneknya ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap kisah selanjutnya.

Kita dibawa kembali ke kisah 4 sahabat, Laila, Cok, Shakuntala, dan Yasmin, yang berkumpul di New York untuk menyaksikan pertunjukan Shakuntala. Walaupun tentu saja, terdapat tujuan lain di antara mereka, yang sudah kita ketahui dari kisah di buku Saman. Kisah ke 4 sahabat ini sangat menarik, karena Ayu Utamin lebih berani lagi mengekspresikan ide feminisme yang diusungnya melalui percakapan dan pergolakan batin keempat perempuan muda ini. Bahasa yang digunakan termasuk lebih vulgar dan kiasan yang digunakan membuat saya cukup sering berhenti untuk memahami maksudnya.

Akhir kisah di buku Larung ditutup oleh misi penyelundupan 3 orang aktivis muda yang harus dilakukan oleh Saman dan Larung. Baru disinilah tokoh Larung dimunculkan kembali. Menurut saya ini bagian paling seru karena cukup menegangkan dan tidak lupa dipenuhi dengan percakapan pintar, terutama dilontarkan oleh Larung. Sayangnya endingnya sangat sangat sangaaat...... silahkan dibaca sendiri.

Secara keseluruhan buku Larung ini masih sama memuaskannya dengan buku Saman. Kritik dan isu yang dibawa di Saman juga masih diangkat di buku Larung ini. Di buku ini kiasan kata yang digunakan cukup berat dan penuh dengan ide-ide yang lebih berani dibandingkan Saman. Meskipun bagi saya, cukup banyak narasi yang bertele-tele yang membuat saya sempat berhenti sejenak karena bosan.

3.5/5⭐️
Of Mice and Men - Tikus dan Manusia by John Steinbeck

Go to review page

4.0

Salah satu novel klasik yang banyak direkomendasikan oleh orang-orang. Awal baca buku ini hanya tau kisahnya sedih dan tragis dari review orang-orang. But, I'm not expecting this kind of ending. Selesai baca buku ini cuma bisa melongo dan ngerasa sakit banget di dada. This is beautiful but also tragic. I think i need a moment of silence rn

Hanya ini yang bisa disampaikan karena ceritanya sendiri cukup singkat, namun dengan sangat baik menampilkan ironi dan kepahitan dari kehidupan masyarakat kelas bawah, silahkan dinikmati sendiri
Sergius Mencari Bacchus by Norman Erikson Pasaribu

Go to review page

2.0

Beberapa puisi sangat menarik dan indah, bahkan menjadi favorit saya, namun banyak juga yang saya tidak paham maknanya. Mungkin memang tidak berjodoh dengan selera saya saja atau mungkin juga karena pemahaman saya mengenai puisi masih dangkal.