Take a photo of a barcode or cover
devipurwanti's reviews
16 reviews
4.5
Graphic: Child death, Death, Mental illness, Sexism, Suicide, Blood, Police brutality, Abortion, Murder, Schizophrenia/Psychosis
Moderate: Religious bigotry
Minor: Bullying, Gun violence, Infertility
3.5
Lebih lanjut, pemahaman tentang bagaimana film dengan aliran neo realisme sering kali sepi peminat, dan bahwa film sering dianggap sebagai bentuk eskapisme semata, mengingatkanku pada kritik para pemikir kritis yang menilai film adalah salah satu cara kapitalisme memperdaya kita.
Meskipun dari segi teknis, aku masih menemukan beberapa kesalahan penulisan dan kejanggalan spasi yang sedikit mengganggu kenyamanan membaca. Namun, buku ini patut dibaca, terutama bagi penikmat film, pekerja di industri film, atau siapa aja yang tertarik pada sejarah dan budaya.
Graphic: Colonisation
4.0
Graphic: Sexism, Toxic relationship, Religious bigotry, Colonisation, War
Moderate: Adult/minor relationship, Police brutality, Car accident
- Plot- or character-driven? A mix
4.0
Penggambaran situasi dalam buku ini sangat detail, sesuai judulnya. Dari hal sederhana seperti rutinitas mandi—aku bahkan bisa mengendus aroma tentara di gurun—sampai deskripsi diorama di museum Israel. Meskipun terkadang membosankan, tetapi ini mendukung imajinasiku yang terbatas untuk hadir di situasi yang penulis bangun. Buku ini mendesakku untuk mengumpat “anjing” sebelum akhirnya ditutup dengan kehampaan.
Graphic: Gun violence, Rape, Sexual violence, Murder, Colonisation
Moderate: Genocide
Minor: Animal cruelty, Injury/Injury detail
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? It's complicated
4.5
Graphic: Child abuse, Emotional abuse, Incest, Misogyny, Pedophilia, Physical abuse, Sexual violence
- Strong character development? Yes
5.0
Peran nyai penuh dengan dilema, dari sebagai pengatur rumah tangga hingga pendamping orang-orang Belanda totok, termasuk dalam hubungan seksual tanpa ikatan pernikahan. Namun, yang lebih penting untuk disoroti adalah bahwa ini nggak membuat mereka berhak atas diri mereka sendiri dan keturunannya.
Meskipun begitu dan terkadang hanya berani di dalam pikiran, Isah jarang kehilangan keberanian untuk berpikir kritis dan meneguhkan martabatnya. Canting, sahabat Isah, membantu merekam kisah hidupnya sebagai bentuk merawat ingatan, bukan hanya untuk keturunannya, tetapi juga untuk perempuan lain yang mengalami nasib serupa.
Graphic: Domestic abuse, Emotional abuse, Misogyny, Sexism, Sexual violence, Slavery, Pregnancy, Abandonment, Colonisation, Classism
Minor: Addiction