blackferrum's reviews
664 reviews

Detektif Swasta Mami Suzuki by Simon Rowe

Go to review page

dark informative mysterious reflective fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.75

Cerita misteri dan heartwarming sangat jarang bisa disandingkan. Makanya, pas baca ini rasanya kayak aneh. Well, sesuatu yang baru memang rasanya asing di awal, kan?

Mami Suzuki membuka bisnis sampingan sebagai detektif swasta, di samping pekerjaannya sebagai resepsionis hotel bintang lima. Keuangan yang tidak cukup untuk biaya hidup termasuk salah satu alasannya.

Per bab membahas kasus yang berbeda, tapi sebenarnya punya hubungan. Pattern yang kelihatan jelas adalah rekomendasi dari klien sebelumnya. Pertama soal pencurian mutiara, lalu salah satu tokoh di sini merekomendasikan bisnis Suzuki ke klien di bab kedua, soal menghilangnya koki sashimi. Kemudian rekomendasi berlanjut pada permintaan penyelidikan seorang kakak yang sudah meninggal dan diyakini berhubungan dengan campur tangan istrinya. Lalu, terakhir mengenai seorang kekasih yang terlalu terkejut mendapati berita kehamilan pacarnya dan memilih menghilang.

Kayaknya nggak bisa bahas panjang kali lebar soal kasusnya karena berpotensi mengarah ke spoiler. Yang pasti, alurnya mengalir--dalam arti harfiah. Alirannya tenang sampai-sampai lupa ini genrenya misteri. Genre yang lebih dikenal dengan aura seriusnya. Untuk ukuran misteri, buku ini kelewat tenang, nggak ada kesan tegangnya malah.

Bisa dibilang, buku ini sama seperti j-lit yang lain, walaupun penulisnya bukan orang Jepang asli. Kalau dipikir-pikir, penulisnya sukses memasukkan vibe j-lit tanpa ada kesan memaksa.

Intinya, buku ini bagus banget. Dari segi karakterisasi, voice karakter, semuanya pas. Yang lagi cari bacaan misteri, tapi nggak mau kebanyakan mikir, harus coba baca ini.

Oh, kecuali kasus terakhir yang bagiku agak diburu-buru dan agak nggak jelas. Agak disayangkan kasusnya ditutup dengan cara begitu, tapi yah bagian Suzuki mempertimbangkan jadi detektif penuh waktu itu cukup membayar kekecewaan akibat kasus Pulau Kucing, sih. Agak tapi.
Planet Luna by Ray Antariksa Yasmine

Go to review page

dark emotional funny informative lighthearted reflective sad medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.75

Another Elex's Lit yang bikin banyak merenung. Permasalahan Luna nggak bisa dibilang sepele. Justru masalah ini kompleks dan harus banget dibahas. Perundungan, apa pun bentuknya, akan meninggalkan bekas berupa luka dan nggak akan sembuh dalam jangka waktu yang pendek. Stop school Bullying!

Luna mengalami perundungan ketika SD sebelum akhirnya dipindahkan ke Solo dan tinggal bersama neneknya. Bertahun-tahun hidupnya damai, lalu neneknya meninggal dan hal itu jelas memengaruhi kehidupan Luna setelahnya.

Trauma masa lalu masih belum sepenuhnya membaik, ditambah kondisi sekolah barunya yang sama saja seperti dulu. Luna jelas nggak betah. Itu sebelum bertemu dengan Sheila dan dua temannya lalu mereka menjadi sahabat. Lalu Nawang, tetangga sekaligus teman satu sekolah, yang ingin berteman dengan Luna, datang dan semua mimpi buruk dimulai.

Kayaknya aku pernah bilang di suatu tempat jika topik dalam YA bisa sangat depresif. I told about another' publisher, but this one kind of. Topiknya sangat tidak mudah diterima begitu saja sekaligus harus banget dibaca. Perundungan nggak pernah jadi topik yang mudah, kan, mengingat dampak buruknya.

Isi kepala Luna sangat berisik. Beneran berisik sampai-sampai pembacanya ikut terseret dan mau nggak mau harus memikirkannya juga. Well, nggak bisa menyalahkan Luna. Yang dia alami jelas bukan hal sepele apalagi mudah. Kalau sepanjang baca ini kamu merasa "lelah", maka kamu ikut merasakan beratnya posisi Luna.

Ketika akhirnya dapat teman yang berakhir jadi sahabat, Luna mengulang bagian apa yang belum pernah dia rasakan. Yah, kelihatannya kekanakan, terlalu norak, ke mana-mana bareng seolah nggak mau lepas, dan kelewat senang. Yep, siapa juga yang nggak kepengin punya sahabat, apalagi lingkungan kelasnya nggak kondusif. Lama-lama paham kenapa Luna merasa cemburu waktu sahabatnya pilih fokus ke kelompok belajar ketimbang menghabiskan waktu sama dia. Sekali lagi, Luna baru merasakan itu di tahun pertamanya di SMA.

Bagian yang aku suka di buku ini adalah meskipun mengalami masa-masa sulit, mereka nggak ragu buat mengambil langkah, meskipun menyakitkan. Dan yang paling penting; mengusahakan untuk sembuh.

Realistic fiction yang ini harus banget dibaca, berapa pun umur kalian. Perundungan bukan topik yang nyaman, tapi korban lebih merasa tidak nyaman seumur hidupnya.
If You Could See the Sun by Ann Liang

Go to review page

lighthearted slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? N/A
  • Loveable characters? N/A
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

Alice Sun seolah tertimpa mimpi buruk ketika orang tuanya mengabarkan jika mereka tidak bisa lagi membiayai sekolahnya di Allington. Pilihannya hanya dua; bersekolah di sekolah negeri atau pergi ke luar negeri. Dua-duanya bukan opsi terbaik karena sekolahnya saat ini sudah menyajikan semuanya. Semua yang Alice butuhkan.

Murid berprestasi sepertinya jelas tidak bisa menerima kenyataan ini begitu saja. Jadi, ketika mendadak tubuhnya tidak bisa terlihat--secara harfiah--Alice merasa ini jalan yang akan menyelamatkannya dari mimpi buruk tadi.

Namun, menjadi transparan tidak cukup membuatnya puas. Dia menggandeng Henry Li demi menuntaskan misinya. Ketika satu pengalaman memberikan harga yang sepadan, Alice tidak bisa berhenti, sementara tenggat pembayaran iuran semakin dekat. Lalu sebuah misi berujung insiden membuat hatinya terketuk; benarkah yang dia lakukan ini?

Alurnya cukup menarik. Eh, sebenarnya memang menarik. Siapa yang nggak merasa ide Alice memanfaatkan kemampuan menghilangnya jadi salah satu sumber pemasukan? Gila memang, mengingat misi-misinya nggak bisa dibilang mudah, bahkan menyerempet bahaya. Jadi, yah, cukup memantik rasa penasaran.

Sayangnya, Alice ini nggak punya karakterisasi yang mantap. Sejak awal diklaim nggak begitu terlihat, tapi jadi murid berprestasi? I know, nggak terlihat di sini artinya nggak punya teman atau simply bukan salah satu dari anggota geng, yang pasti bukan cewek tanpa label karena otaknya jenius.

Kepribadiannya dari awal nggak begitu solid. Kesan dari beberapa halaman awal adalah Alice Sun anak yang tidak suka berbasa-basi dan mandiri dalam ranah remaja seumurannya. Pindah ke beberapa halaman selanjutnya, ketika keanehan (atau kemampuan) di tubuhnya muncul, lalu meminta Henry bekerja sama rasanya ada Alice yang lain karena yah, mendadak jadi agak "agresif".

Soal kedekatannya dengan Henry, Alice agak terlalu sering membahas soal Henry begini dan begitu untuk ukuran musuh bebuyutannya. Plus beberapa kali pembahasan Henry agak memakan timing yang seharusnya dipakai untuk fokus pada misi Alice. Semacam ketika Henry muncul, maka mari bahas bagaimana perasaan Alice padanya, alias kebanyakan salfok.

Intinya, perkara Alice Sun nggak bisa dibilang mudah, tapi jelas rumit. Menukarkan moralnya demi mendapat uang rasanya nggak bisa disepadankan.

Buku ini cocok untuk para pencinta Young Adult. Bukan yang terbaik, tapi lumayan menghibur alurnya.

By the way, sampai saat ini ada pertanyaan besar yang belum terjawab; apa yang menyebabkan tubuh Alice tidak terlihat? Maksudku secara sistem tidak jelas. Alice hanya bisa merasakan kapan kemampuan itu datang. Tentang apa dan bagaimana masih jadi misteri.
Listen to Me by Christina Juzwar

Go to review page

emotional lighthearted medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? N/A
  • Diverse cast of characters? N/A
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.5

Christian adalah karakter yang selalu muncul dalam kisah-kisah remaja sebagai cowok keren, tapi bandel minta ampun. Biasanya, sekolah kasih hukuman dengan memasangkannya dengan siswi teladan supaya mereka bisa belajar bersama, tapi kepala sekolah Christian punya ide lain dengan menjadikannya sebagai teman untuk sang keponakan, Janaya.

Christian jelas menolak hukuman absurd itu karena memang aneh. Siapa juga yang mau menemani keponakan kepsek, padahal orangnya aja nggak kenal? Bukannya ini terlalu personal, ya? Ah, tapi Christian tidak bisa menolak karena ini hukuman dan kepseknya tidak akan diam saja jika hukuman itu tidak dilaksanakan.

Keponakan kepsek ternyata buta. Awalnya Chris menyangsikan kehadirannya di rumah sang kepala sekolah karena sifat keponakannya ketus, mana dia disuruh baca buku lagi. Berasa jadi baby sitter. Tapi, lama-lama Chris menyadari banyak hal ketika bersama Janaya. Ketakutan dan kekalutan masa lalunya berubah menjadi suatu pandangan di masa depan berkat obrolan dari hari ke hari mereka.

Teenlit yang mengharukan dan agak lucu juga, sih. Tipikal opposite attract yang bikin gemas. Awalnya ogah, lama-lama betah.

Karakter Christian di sini yah cowok berandal pada umumnya, lah. Paling banter dia berantem sama merokok. Terus Janaya ini awalnya udah kuat karakternya, tapi di bagian konflik awal agak melenceng dikit. Bagian cemburunya nggak salah, tapi rendah diri? Hmmm.

Atau yah mungkin juga karena karakternya sebetulnya kurang bold aja jadi perubahan sifat kayak gini malah kelihatan jelas dan tiba-tiba. Terus hal yang menjadikan Janaya nggak pede kurang dieksplor, sih. Harusnya ini yang jadi highlight di novel ini. Malah kayaknya lebih epic lagi kalau hal tersebut bisa bersinggungan dengan trauma masa lalunya Christian.

Oh iya, di sini juga banyak rekomendasi dari beberapa buku. Well, sebenarnya agak gimana gitu bagian rekomendasinya karena memang diselipkan testimoni, kan. Jadinya kayak lagi baca reviu dari dua karakter di novel ini haha.

Bagi kamu yang suka teenlit heartwarming dan lucu, bisa coba baca ini.
The Jolly Psychopath by Ki Yoonseul, 기윤슬

Go to review page

dark emotional funny lighthearted mysterious reflective fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.75

Not k-lit fan, but this one quite fun. Bukannya bermaksud kejam, tapi hidup Yongin benar-benar gambaran komedi gelap. Diadopsi ketika berusia 15 tahun, usia yang bagi sebagian anak panti asuhan dianggap terlalu "terlambat". Hidupnya aman, damai, dan sentosa? Oh, tidak. Alasan sebenarnya dia diadopsi karena kakak angkatnya seorang psikopat.

Kedengarannya ngeri memang. Bagaimana bisa anak biasa-biasa saja seperti Yongin diminta orang tua angkatnya untuk menenangkan sisi psikopat sang kakak angkat? Yang pasti mustahil. Lebih mustahil lagi ketika kakaknya dengan segenap kesadaran memintanya untuk mencari korban atau Yongin yang akan menjadi korbannya sendiri.

Ceritanya kebanyakan tell dari pov Yongin, tapi entah kenapa betah-betah saja baca sampai akhir. Banyak kejadian menarik yang yah, seru aja. Misterinya ada banget, tapi nggak sampai menimbulkan kesan suram atau apa, justru hampir heartwarming, apalagi momen of truth-nya.

Yang paling aku suka di buku ini karakternya bisa dibedakan. Voice mereka khas banget, sampai bisa terbayang di kepala wajah masing-masing karakternya. Kayaknya bakal lebih seru kalau dialihwahanakan, sih.

Yah, intinya, aku suka buku ini karena menghibur banget banget. Himnae, Yongin-ah!
Lima Penyintas (Five Survive) by Holly Jackson

Go to review page

adventurous dark mysterious tense slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? N/A
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.5

Bayangannya, enam orang yang kejebak di RV ini bakal adu mulut sampai baku hantam bikin pengakuan masing-masing mengenai dosa di masa lalu. Realitanya? Menahan kesabaran ngalihatin karakter sok dan supersotoy bikin keputusan bodoh.

Dua orang remaja akhir dan empat orang remaja awal menempuh perjalanan ke perkemahan musim semi melalui jalur darat dengan RV. Naas, sinyal mendadak hilang, peta tidak berfungsi dengan baik, dan ban mereka bocor. Ketika berhasil memperbaiki masalah, enam ban RV meletus secara bersamaan. Saat itulah mereka sadar, ban bocor itu bukan karena kecelakaan, melainkan kesengajaan.

Si penembak di luar menginginkan rahasia yang disembunyikan satu orang, lalu kelima yang lain akan bebas. Red punya trauma masa lalu yang terus menempel berupa rasa bersalah atas kematian ibunya. Oliver dan Maddy, kakak beradik yang yakin bahwa mereka adalah target si penembak serta punya kaitan dengan kasus yang ditangani ibu mereka. Reina, pacar Oliver, mahasiswi kedokteran yang punya cerita lain di balik insiden yang menimpannya dan Oliver. Simon, calon aktor berbakat yang pamannya menyewakan RV tanpa bayaran sepeser pun.

Enam orang dalam RV berukuran 9,5 meter mencoba berbagai cara untuk kabur dari sang penembak.

Pertama, setelah baca buku pertama dari seri AGGTM, pikirku buku ini punya "vibes" tulisan yang serupa. Bukan perkara tema yang harus sama, sebaliknya, justru aku berharap menemukan ciri khas dari tulisan HJ. Sayang, terlalu banyak penuturan soal perasaan para karakter, terutama Red, yang sering diulang seolah takut pembaca akan melupakan detailnya.

Kedua, Untuk ukuran thriller 8 jam terjebak di suatu tempat (idk the definition), buku ini agak membosankan. Sebenarnya membosankan. Rasanya kepengin nguap dan beberapa kali harus pakai metode baca cepat karena yah, penjelasannya kadang nggak selalu diperlukan. Kalau dipikir-pikir, malah banyak lubangnya.

Ketiga, what's wrong with Oliver? Okelah, mungkin dia ini NPD atau egonya kebesaran, atau malah machiavellian. Yang bikin heran, itu lima orang nggak ada yang mau ngiket dia atau gimana? Sumpah, jengkel maksimal sama sikapnya yang bossy itu. Duh, jadi paham alasan Reina ngelakuin itu walaupun nggak bisa jadi pembenaran juga.

Katanya karakter yang bikin pembaca merasakan berbagai emosi itu bagus, artinya penulis berhasil menciptakan karakter yang "real". Tapi, bagiku Oliver malah kayak tokoh nggak penting, tapi maksa dipenting-pentingin karena yang lain lempeng-lempeng aja. Serius, aku masih heran, kenapa nggak ada yang dorong dia keluar dari RV.

Red juga, karakter yang astagfirullah, kalau istilah orang yang jatuh cinta sih, bulol. Tapi, Red nggak bucin ke Oliver. Entahlah, mentalnya macam pesuruh yang iya-iya aja, nggak ada keberaniannya sama sekali. Bikin jengkel banget, astaga. Ini kalau mengabaikan sifat Red di akhir, ya. Bener-bener, deh, polos sampai akhir.

Karakter lainnya agak lempeng dan bagiku kalau pov-nya nggak difokuskan ke Red, kayaknya buku ini isinya cuma Oliver, Oliver, dan Oliver.

Lagi-lagi, balik ke selera. Mungkin ini bukan buku HJ favoritku dan Oliver bakal masuk jajaran worst characters this year. Kalau kalian suka No Exit karya Taylor Adams, tapi versi low-key, bisa coba baca ini.

Ini beberapa hal yang bagiku janggal.
1. Kenapa pas Red mengaku soal identitas dirinya sebagai saksi yang disembunyikan itu nggak dikomunikasikan ke walky-talky seperti kasus Reina? Bukannya mereka bisa cek dulu, ya, benar atau enggak itu yang dicari si penembak? Toh, penembak nggak membatasi jumlah tebakan mereka.
2. Identitas si penembak terasa kabur, walaupun di belakang sudah dijelaskan dia siapa, tapi itu nggak cukup kuat karena hanya diucapkan lewat penuturan karakter lain.
3. Pengungkapan si pelaku malah bikin mood drop. Bukannya lega karena ternyata dia pelakunya malah bingung. Mungkin ini ada kaitannya dengan "karakter yang terlalu sempurna". Jadi, nggak ada kesan kaget, puas, atau bahkan lega.
4. Serius, ini lima orang versus satu Oliver nggak ada yang berkutik, kah? Yang jahat Oliver aja, kah, semua punya "hati"? Penulis seolah terlalu sayang karakter lain, jadi menciptakan satu karakter yang keterlaluannya lewat batas biar yang lain nggak jadi "tersangka".
Sentuhan Emas by Arleen A.

Go to review page

lighthearted fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? N/A
  • Diverse cast of characters? N/A
  • Flaws of characters a main focus? Yes

2.5

Sama sekali nggak kebayang ada orang yang punya kemampuan bisa mengubah benda menjadi emas. Meet Qadira, seorang Oronin, yang direkrut OSS (organisasi orang-orang yang punya kemampuan seperti Qadira) setelah orang tuanya meninggal.

Ketika menjalankan tugas, cinta lamanya kembali ke hadapan. Pengabdiannya selama tiga tahun pada OSS terancam. Qadira dijadikan mata-mata oleh ketua OSS, mengingat cinta lamanya, Vance, merupakan pihak yang diharuskan mencegah penjualan maupun penyebaran emas palsu, termasuk kegiatan yang dilakukan OSS.

Perasaannya mulai bertumbuh, semakin lama semakin kuat. Qadira diharuskan memilih, mengkhianati kaumnya atau cinta sejatinya.

Beberapa kali mendengar soal Midas Touch, tapi nggak pernah tergerak untuk mencari tahu kisah aslinya. Buku ini memakai latar modern untuk menggambarkan kemampuan si Raja Midas lewat orang-orang seperti Qadira. Hmm, apa lantas cerita ini bisa disebut magical realism?

Omong-omong soal kemampuan, ada hal yang perlu lebih diperjelas lagi, terutama soal latar belakang Qadira. Apakah sempilan cerita mengenai Raja dan Ratu Regindra itu masih mengalir sampai sekarang dan memunculkan manusia-manusia istimewa macam Qadira dan Vance? Apa yang membuat Qadira mempunyai kekuatan khusus, padahal orang tuanya tidak punya kekuatan serupa? (eh, atau ada ya, agak lupa, hanya ingat Qadira ini clueless ketika sadar punya kemampuan)

Alur di buku ini hanya fokus ke masalah OSS dan Departemen. Soal cinta dan pengkhianatan. Entah memang dimaksudkan untuk bacaan cepat (karena jumlah halamannya relatif sedikit) atau ya kepengin saja bahas soal dua hal yang kusebutkan sebelumnya.

Buku ini bisa dibaca buat yang lagi butuh selingan. Konfliknya berat, tapi dikemas dengan gaya bercerita yang ringan.

Masih merasa janggal dengan kematian orang tuanya Qadira dan gimana Qadira nggak merasa curiga sama sekali dengan hal itu. Enggak ada unsur pembangunnya juga, kesannya malah disengaja tempel biar nggak plot hole alias nggak menyatu dengan alur alasannya.
Perjamuan Khong Guan by Joko Pinurbo

Go to review page

emotional funny lighthearted reflective fast-paced
  • Plot- or character-driven? N/A

4.0

Pertama kali baca kumpulan puisi. Tetap pada prinsip terabas dan aku suka banget sama isinya. Memang, nggak semua hal perlu dipahami mendalam, dan selama ini nggak merasakan hal itu dari baca novel. Pas baca ini baru sadar, ternyata baca tanpa perlu membebani pikiran buat mikir keras makna dibalik setiap kalimatnya tuh begini, ya.

Salah satu penggalan puisi yang menurutku mengena banget (semua mengena, sih, percayalah, apalagi soal kritik terhadap pemerintah itu):

... Ayah menjawab,
"Maaf, saya
sedang
berbahagia.
Negara
dilarang
masuk
ke dalam hati saya."

(2019)

Bagian paling mengena karena situasi ketika menulis reviu ini diganggu dengan adanya kenaikan pajak hehe.
Perempuan di Rumah No 8 by Mutiarini

Go to review page

dark emotional informative lighthearted reflective sad slow-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? N/A
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.75

Actual rating: 3,8

Dua buku penulis sebelumnya berhasil memberikan impresi yang baik, terutama The Priveleged One. Lalu, sekali lagi, buku ini memberikan kesan yang mendalam serta membekas dengan isu yang diangkatnya.

Setelah mengalami KDRT sampai keguguran, Anika memilih bersembunyi dari suaminya. Persembunyian itu lantas membawanya melihat banyak hal, termasuk banyaknya korban KDRT atau KDH (Kekerasan Dalam Hubungan), serta bagaimana akhirnya korban menyikapi permasalahannya; menutup atau memilih abai.

Rumah persembunyian baru Anika menyimpan misteri mengenai sosok hantu berkepala bengkok bernama Lastri. Sama seperti respons kebanyakan orang, Anika ketakutan. Lalu mimpi-mimpi kilas balik kehidupan Lastri datang malam demi malam, memperlihatkan bahwa Lastri punya nasib serupa dengannya, korban KDRT.

Stigma masyarakat mengenai KDRT memang menyeramkan. Apalagi ketika ada pemahaman yang mengendap jika hal tersebut adalah aib keluarga semata dan punya arti orang lain tidak boleh ikut campur. Sekalipun memakan korban jiwa.

Penulis terampil merangkai semua jenis KDRT yang terjadi, termasuk laki-laki sebagai korban. Banyaknya pemberitaan mengenai perempuan adalah korban dan laki-laki adalah pelaku membuat yang terjadi sebaliknya semakin menekan kaum laki-laki.

Buku ini membahas mengenai kekerasan dalam rumah tangga maupun hubungan, tapi bukan berarti menghakimi salah satu pihak. Pelaku memang sering kali dianggap satu-satunya pemicu adanya kekerasan di sini, tapi bagaimana jika ditarik jauh ke belakang? Pembahasan mengenai rantai trauma yang diturunkan dari generasi ke generasi turut andil dalam menyebabkan perilaku pelaku maupun korban.

Keluarga Anika punya banyak trauma yang tak kasat mata. Kisahnya memilukan. Kepenginnya jotos saja si kakek, tapi masalahnya nggak sesederhana itu. Begitupun dengan Reza. Dia memang cowok brengsek yang minta banget dihajar balik, tapi sayangnya yang punya andil sikapnya nggak hanya dia. Baca buku ini indeed makin frustrasi karena nggak bisa melakukan apa pun, selain ikut merasa sesak.

Selain akhir dari kisah KDRT yang biasanya menyesakkan, ditunjukkan pula akhir yang not bad atau korbannya memilih berdamai dengan keadaan. Bukan maksudnya lantas menerima kekerasan yang dia dapat dengan lapang dada, tapi memilih memutus kekerasan itu dengan kesadaran penuh demi kedamaian diri sendiri maupun keluarga dan/atau orang terdekatnya yang ikut terkena dampak.

Intinya, buku ini punya isian yang padat dan memang agak berat, mengingat topik yang diangkat. Ending-nya aku suka. Enggak memaksakan harus berakhir manis banget sampai rasanya susah menjadi kenyataan, tapi cukuplah jadi gambaran realistis kira-kira itulah yang akan terjadi jika ada di posisi Anika. Kira-kira, ya, langkah baiknya bisa dicontoh, lain-lain yang buruk harus ditinggalkan.

Sayangnya, penjelasan mengenai KDRT/KDH ini masih banyak dituturkan langsung oleh narasi penulis. Kadang aku merasa ini buku self-improvement berkedok novel karena alur ceritanya jalan di awal dan akhir.

Expand filter menu Content Warnings
Philosophy of Love by RevelRebel

Go to review page

emotional funny informative lighthearted reflective relaxing medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.75

Actual rating: 3,8

Another keluarga Prijadi. Dari Cut The Crap udah penasaran sama sosok Rani. Memang agak beda sedikit dengan gambaran di novel kakaknya, tapi mungkin karena CTC diperbarui dan direvisi, jadi wajar kalau agak beda. Lagi pula, di sini fokusnya memang ke Rani.

Kayaknya aku pun kurang menangkap relasi antara judul dengan patah hati yang Rani alami. Idk, rasanya masih seperti atribut yang sengaja disematkan penulis kalau Rani itu selalu menjalin hubungan yang berakhir menyakiti hatinya sendiri. Tapi entah juga kalau akunya yang kurang menangkap. Enggak masalah, yang penting background karakter dan alurnya.

RR nggak pernah gagal bikin karakternya "hidup". Selama baca berturut-turut, kayaknya belum pernah refleks membatin "kok karakternya mirip kayak ini, ya". Pasti ada pembeda dan setelah diskusi dengan buddy read-ku, karakternya memang berjalan sesuai profesi yang tersemat.

Misalkan si Rani. Dia digambarkan sebagai model dan aktris yang percaya diri dan sangat profesional dalam bidangnya, tapi juga punya prinsip soal hidupnya. Stigma buruk yang melekat dalam profesinya pun dia paham plus ditunjukkan lewat aksinya yang langsung memutus hubungan dengan pihak-pihak yang memang sangat merugikan. Enggak peduli manajernya ngomel atau apa.

Di sisi lain, dia punya kebiasaan yang melabeli dirinya sebagai anak yang nggak pintar apa pun. Tapi itu pun dibantu sadar sama Arsya dan Rani jadi tambah percaya diri dengan kemampuannya. Kayak, kalau kamu tahu potensimu di mana dan kamu bisa melakukan sesuatu yang bikin kamu menjadi diri sendiri, so be it. Rani tahu nggak pintar kayak Chris atau punya jiwa seni yang kental kayak Caleb, tapi tetap bisa jadi dirinya sendiri sebagai seorang Calista Rani.

Arsya juga. Dia dosen yang kompeten. Konfliknya nggak jauh-jauh dari profesi yang melekat di dia. Begitupun dengan kebahagiaannya. Mereka emang kontras dilihat dari luar, tapi dalamnya cocok banget.

Agak kesal sih sama Arsya pas memutuskan buat pergi. Masih nggak bisa menemukan hal yang bisa "mewajarkan" kenapa dia nyerah gitu aja. Kayak bukan jalan keluar, tapi malah jadi ajang penyiksaan diri sendiri, hiks.

Anyway, konfliknya tuh padet, I love it. Penyelesaiannya juga rapi. Yang disayangkan cuma layout-nya yang amburadul. Semoga dicetak ulang dan direvisi, deh, hehe.